merespon secara alami dan teratur. Sehingga tujuan belajar tercapai dengan baik.
Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil
pembelajaran. Dalam penerapannya model pembelajaran harus dilakukan dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model
pembelajaran memiliki tujuan, prinsip dan tekanan utama yang berbeda. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
9
1 Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli
tertentu. 2
Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. 3
Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas.
4 Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: 1 urutan
langkah-langkah pembelajaran syntax; 2 adanya prinsip-prinsip reaksi; 3 system sosial dan 4 system pendukung. Keempat
bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaan
5 Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
Dampak tersebut meliputi: 1 Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; 2 dampak pengiring, yaitu hasil belajar
jangka panjang. 6
Membuat persiapan mengajar desain instruksional dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya
9
Dr. Rusman, M.Pd, Op.Cit, h. 136.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Istilah pendekatan secara harfiah dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai “proses, perbuatan, cara mendekati”. Pendekatan
adalah cara umum seorang guru memandang persoalan atau obyek sehingga diperoleh kesan tertentu.
10
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau bergantung dari pendekatan tertentu. Menurut Roy Killen 1998, ada
dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, dan pendekatan yang berpusat pada siswa.
11
Pendekatan kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama
di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.
12
Pembelajraan kooperatif menurut Johnson Johnson dalam Zulfiani, dkk adalah cara belajar yang menggunakan kelompok
kecil sehingga siswa bekerja dan belajar satu sama lain. Untuk mencapai tujuan kelompok di dalam belajar kooperatif siswa
berdiskusi dan saling membantu serta mengajak satu sama lain untuk memahami isi materi pelajaran. Menurut Slavin dalam Zulfiani, dkk,
pembelajatan kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami
suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar
tertinggi.
10
Dra. Eveline Siregar, M.Pd Hartini Nara, M.Si, Teori Belajar dan Pembbelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h. 75
11
Prof. Dr. Suyono, M.Pd. Drs. Hariyanto, M.S, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,2011, h. 90.
12
Dra. Eveline Siregar, M.Pd Hartini Nara, M.Si, op. cit., h. 76.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang baik di dalam kelompok kecil dengan siswa yang memiliki tingkat
keahlian berbeda, menggunakan ragam aktivitas untuk meningkatkan pemahaman mereka pada sebuah subjek mata pelajaran. Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di dalam kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerja sama untuk sampai
pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.
13
Di dalam kelompok tersebut siswa dapat berdiskusi dan saling membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tertinggi.
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme
dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang
kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15.
Berdasarkan teori tersebut, penerapan yang dimaksud yaitu dalam pembelajaran siswa secara individu dalam proses pembelajaran
menemukan informasi dari setiap materi pembelajaran dan menyesuaikan dengan aturan yang ada dan apabila informasi tersebut
tidak sesuai dengan aturan yang ada, siswa dapat merevisinya. Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme
yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun
dalam pikiran anak.
14
13
Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, Bandung: Angkasa, 2009, h. 159.
14
Ibid, h. 201
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok
mencapai tujuan atau penguasaan materi.
15
Johnson dan Johnson menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Zamroni mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan
khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di
kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang
cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk
mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat
bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
c. Karakteristik pembelajaran kooperatif
Secara umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu:
16
1 Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas
untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran. 2
Siswa saling bergantung secara positif aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama.
15
Trianto, M. Pd, Op.Cit, h. 57
16
Ibid, h. 62
Pembelajaran yang yang paling baik ditangani jika melalui kerja kelompok.
3 Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2
sampai 5 siswa. 4
Siswa menggunakan perilaku kooperatif, pro-sosial. 5
Setiap siswa secara mandiri bertanggungjawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka.
d. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Menurut Carin bahwa pembelajaran kooperatif ditandai oleh ciri- ciri sebagai berikut:
17
1 Setiap anggota mempunyai peran
2 Terjadi interaksi langsung diatara siswa
3 Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan
juga teman-teman sekelompoknya 4
Peran guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan-keteranpilan interpersonal kelompok
5 Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
e. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Menurut Anita Lie dalam Zulfiani, dkk ada beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif yaitu:
1 Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama
dengan siswa yang lain 2
Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan
3 Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat
4 Mengurangi kecemasan siswa kurang percaya diri
5 Meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif
6 Meningkatkan prestasi belajar siswa
17
Ibid, h. 63
f. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif
Menurut Roger and David Johnson dalam Zulfiani, dkk pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan, diantaranya:
1 Pembelajaran kooperatif lebih kuat menghasilkan pencapaian
tujuan pembelajaran dibanding pola interaksi kompetitif dan individual
2 Siswa lebih positif tentang sekolah, bidang mata pelajaran dan
guru. 3
Siswa lebih positif tentang satu sama lain ketika belajar secara kooperatif
4 Siswa lebih efektif antar pribadi, lebih mampu menerima
perspektif orang lain, dan memiliki keahlian interaksi yang lebih baik.
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:
1 Dalam kelompok dengan keahlian campuran, seringkali siswa
yang lebih kuat harus mengajar siswa yang lebih lemah dan mengerjakan sebagian besar tugas kelompok
2 Waktu pada pembelajaran ini hanya cukup untuk fokus tugas
pada tingkatan yang paling mendasar 3
Strategi ini mungkin hanya mendukung pemikiran tingkat rendah dan mengabaikan strategi pemikiran kritis dan tingkat tinggi.
g. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif.
18
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
18
Dr. Rusman, M.Pd, Op.Cit, h. 211
Fase-2 Menyajikan informasi
Fase-3 Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok - kelompok belajar
Fase-4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Fase-5 Evaluasi
Fase-6 Memberikan penghargaan
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
h. Teori Pembelajaran Kooperatif
Teori pembelajaran kooperatif menurut Slavin terbagi dalam 2 kategori, yaitu teori Motivasi dan teori Kognitif.
19
1 Teori Motivasi
Menurut teori motivasi, motivasi siswa dalam pembelajaran kooperatif terletak pada bagaimana bentuk penghargaan reward
atau struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. “Motivational perspective on cooperative learning
19
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2008 h. 35
focus primarily on the reward or goal structure under wich students operate”.
Diidentifikasikan ada tiga macam struktur pencapaian tujuan seperti berikut:
a Kooperatif : siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan
hanya jika siswa yang lain juga akan mencapai tujuan tersebut. b
Kompetitif : siswa yakin bahwa tjuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan .
c Individualistik : siswa yakin upaya mereka sendiri untuk
mencapai tujuan taka da hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.
Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatiu menciptakan suatu situasi dimana anggota kelompok dapat mencapai
tujuan pribadi mereka apabila kelompok itu berhasil. Oleh karena itu, anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya dengan cara
melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil dan yang lebih penting lagi adalah mendorong teman kelompoknya untuk
melakukan upaya maksimal. 2
Teori Kognitif Teori ini menekankan pengaruh kerjasama dalam suasana
kebersamaan didalam kelompok itu sendiri. “cognitivetheories emphasize the effects of working together in itself whether or not the
groups are trying of group goal”. Teori kognitif dapat dkelompokkan dalam dua kategori
sebagai berikut:
20
a Teori Pembangunan
Asumsi dasar dari teori pembangunan adalah bahwa interaksi antar siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai
meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit.
20
Ibid, h.15
b Teori Elaborasi Kognitif
Pandangan dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa apabila informasi yang telah ada di dalam memori, siswa
harus terlibat dalam beberapa restruktur atau elaborasi kognitif suatu materi. Salah satu cara elaborasi kognitif yang paling
efektif adalah menjelaskan materi itu pada orang lain. Dasar teori pembelajaran kooperatif seperti yang disebutkan
di atas digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Team
Achievement Division
a. Pengertian
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Menurut Slavin, model STAD student team achievement division merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti
dan model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan banyak subjek lainnya
pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
21
Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan
guru”.
22
Jadi jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok
mereka dalam mempelajari pelajaran dan harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-
norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.
21
Dr. Rusman, M.Pd, op. cit., h. 213
22
Robert E. Slavin, Op.Cit, h. 144
Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
23
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD memiliki langkah-langkah pembelajaran meliputi :
24
1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Pembagian Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan
heterogenitas keragaman kelas dalam prestasi akademik, genderjenis kelamin, rasa atau etnik.
3. Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan
tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memotivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.
4. Kegiatan Belajar dalam Tim Kerja Tim
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok,
sehingga semua
anggota menguasai
dan masing-masing
memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila
diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
23
Isjoni, Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta, 2013 h. 51
24
Dr. Rusman, M.Pd, op. cit., h. 215
5. Kuis Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian
terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja
sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan
ajar tersebut.
c. Teori Pembelajaran STAD
Berdasarkan sifat keilmuan, Bruner mengategorikan teori pembelajaran menjadi preskriptif dan deskriptif.
25
Teori belajar preskriptif beraksentuasi pada bagaimana sebaiknya proses belajar
diselenggarakan. Teori belajar deskriptif menekankan pada bagaimana proses belajar terjadi dalam diri peserta didik. Jadi, teori belajar
preskriptif berisi seperangkat preskripsi guna mengoptimalkan hasil belajar yang diinginkan. Teori belajar deskriptif berisi deskripsi
mengenai hasil belajar yang muncul sebagai akibat dari digunakannya metode tertentu.
4. Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan dan suatu kesatuan kegiatann terpadu yang mencakup
beberapa kegiatan,
seperti mengenali
huruf dan
kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya menarik kesimpulan
mengenai maksud bacaan.
26
25
Agus Suprijono, Op.Cit, h. 15
26
Dra. Novi Resmini, M.Pd, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Tinggi, Bandung: UPI PRESS, 2007, h. 73
Membaca merupakan adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan melalui media kata-kata bahasa tulis.
27
Klein, dkk yang dikutip Rahim 2005 mengemukakan, bahwa definisi membaca mencakup 1 membaca merupakan suatu proses 2
membaca adalah strategis, dan 3 membaca merupakan kegiatan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi
dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna
Menurut Anderson yang dikutip oleh Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, pendapat sisi linguistik menjelaskan bahwa :
“Membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi a recording dan decoding process. Pembacaan
sandi decoding adalah menghubungkan kata-kata tulis written word dengan makna bahasa lisan oral language meaning yang
mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
”
28
Selain penjelasan di atas, beliau juga mengungkapkan bahwa : “Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk
memahami yang tersirat dari yang tersurat, melihat pemikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Tingkat hubungan antara
makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dengan interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan
tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca.
”
29
Dari pengertian membaca diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses keterampilan
untuk mengamati, memahami, menghubungkan dan memikirkan isi suatu bacaan. Membaca juga untuk mendapatkan informasi serta
makna yang terkandung di dalam bacaan.
27
Dra. Isah Cahyani, M.Pd. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD, Bandung: UPI PRESS, 2007, h. 98
28
Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa Bandung, 2008, h. 7
29
Ibid. hlm 8
Dengan demikian membaca sebetulnya merupakan aktivitas menguraikan kode-kode tulisan ke dalam bunyi atau menguraikan
kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke dalam makna tertentu.
b. Langkah-Langkah Membaca
Hal pertama yang harus disadari adalah pengetahuan apa yang sudah dimiliki sebelum membaca tulisan. Kedua ialah menetapkan
sasaran. Langkah ketiga mencari gambaran umum bacaan. Tujuan awal adalah langkah membaca kritis yang keempat. Kelima adalah
pendalaman dan yang terakhir adalah pembahasan ulang.
30
Pada langkah pertama, mengaitkan pengetahuan sangat penting dimiliki sebelum membaca dengan pengetahuan yang akan didapatkan
melalui proses membaca karena tanpa pengetahuan, proses membaca tidak mungkin berjalan dengan lancar.
Pada langkah kedua menetapkan sasaran maksutnya seseorang menganalisis apa sasaran sebelum membaca tulisan. Hal ini berguna
untuk meningkatkan konsentrasi serta membantu untuk mencapai sasaran tersebut.
Pada langkah ketiga bukan membaca dalam pengertian sebenarnya, melainkan membaca sekilas. Hal ini berguna agar dapat
mengetahui struktur dan isi bacaan. Pada langkah keempat maksutnya memberi tanda dengan
menggunakan pensil, pulpen atau stabilo pada poin-poin penting sesuai dengan sasaran karena peninjauan tersebut akan memelihara
pemusatan perhatian pembaca. Pada langkah kelima pendalaman yang dimaksud adalah
memahami materi bacaan secara terperinci atau membaca materi yang dibaca dengan pemahaman yang mendalam.
30
Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, Jakarta: MitraWacana Media, 2010, h. 222
Pada langkah terakhir pembahasan ulang berfungsi untuk meneliti apakah semua sasaran sudah dicapai atau belum, karena
dengan pembahasan ulang dapat mengaitkan pengetahuan dan meningkatkan memori jangka panjang.
c. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
Tarigan mengemukakan tujuh tujuan membaca yaitu;
31
1 Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta
reading for details or facts atau yang dimaksud dengan apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, untuk memecahkan
masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh. 2
Membaca untuk memperoleh ide utama reading for main ideas atau yang dimaksud membaca untuk mengetahui mengapa hal itu
merupakan topik yang baik dan menarik juga merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya.
3 Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan cerita reading
for sequence or organization atau yang dimaksud membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita misalnya bagian cerita diawal, kedua dan diakhir cerita atau seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan
masalah 4
Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi reading for inference atau yang dimaksud membaca untuk menemukan
mengapa para tokoh merasakan apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh
berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal
31
Dra. Novi Resmini, Op. Cit. Hlm 78
5 Membaca
untuk mengelompokkan,
membaca untuk
mengklasifikasikan reading to classify atau yang dimaksud membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang
tidak biasa, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.
6 Membaca menilai, membaca mengevaluasi reading to evaluate
atau yang dimaksud membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita
ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu.
7 Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan
reading to compare or contrast atau yang dimaksud membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana
hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai
pembaca.
d. Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca merupakan modal utama dalam kehidupan setiap pribadi, baik disekolah maupun di dalam lingkungan
masyarakat. Dalam kehidupan sekolah murid sering mengalami kesulitan belajar karena murid tersebut tidak memiliki kemampuan
membaca yang kurang memadai.
32
Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan.
33
Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efesien dan
efektif. Kemampuan untuk mebaca diperlukan berpikir kritis, menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat
32
http:karwapi.wordpress.com20121006proposal-ptk-16-meningkatkan-kemampuan- membaca-intensif-dengan-menggunakan-strategi-dr-ta-directed-reading-thinking-activity-murid-
kelas-iii-sd-negeri-211-bulete-kabupaten-wajo diakses tanggal 6 Oktober 2012
33
Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Op.Cit, h. 92
maupun makna tersiratnya, melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, dan menilai. Mengelolah secara kritis artinya dalam
proses membaca seseorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat atau makna baris bacaan reading the lines, tetapi juga
menemukan makna antar baris reading between lines, dan makna di balik baris reading beyond the lines.
Kemampuan membaca juga merupakan sebuah jembatan bagi siapapun saja dan dimana saja yang berkeinginan meraih kemajuan
dan kesuksesan, baik di lingkungan, di dunia persekolahan maupun di dunia pekerjaan, oleh karena itu, para pakar sepakat bahwa kemahiran
reading literacy merupakan prasyaratan mutlak bagi setiap insan yang memperoleh kemajuan. Untuk memperoleh kemampuan
membaca yang layak bukanlah pekerjaan yang mudah, karena faktor- faktor untuk melingkupnya sangat kompleks.
Kemampuan membaca dan berpikir secara kritis juga menuntut agar kita sadar akan sikap-sikap serta prasangka-prasangka kita
sendiri, dan unsur-unsur lain dalam latar belakang pribadi kita yang mungkin mempengaruhi kegiatan membaca dan berpikir kita.
34
Misalnya apabila ayah kita adalah seorang guru, mungkin saja memiliki sikap-sikap tertentu terhadap organisasi guru yang akan
mencegah pemicaraan kita mengenai pemogokan yang mengancam dengan suatu cara yang objektif.sebagai warga Negara atau mahasiswa
yang bertanggung jawab, kita perlu sadar akan sikap-sikap kita yang tidak masuk akal. Yang terpenting ialah bahwa kita menyadari minat-
minat pribadi kita sendiri dan bahwa kita tidak membiarkannya turut campur tangan pada kemampuan kita membacadan berpikir secara
inteligen dan kritis.
34
Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Op.Cit, h. 94
e. Evaluasi Hasil Membaca
Evaluasi menurut Bloom adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi
perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa atau tidak.
35
Zainul dan Nasution menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan instrument tes maupun non-tes.
Singkatnya evaluasi adalah kegiatan atau proses penentuan nilai, sehingga dapat diketahui mutu atau hasilnya.
Dalam evaluasi terdapat alat evaluasi. Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan
tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien.
36
Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik,
maka dikenal dengan teknik evaluasi, ada dua teknik dalam evaluasi yaitu teknik tes dan non tes.
Dalam teknik tes yang berhubungan dengan hasil membaca yaitu tes subjektif dan tes objektif.
37
Tetapi dalam pembahasan ini hanya menjelaskan tentang tes subjektif yang berhubungan dengan pebahasan
teoretiknya. Tes Subjektif yang pada umumnya berbentuk esai uraian. Tes
bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri
pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
1 Kebaikan-kebaikannya
35
Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, Yogyakarta: DIVA Press, 2013, h. 73
36
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, h. 40
37
Ibid. h. 177
a Mudah disiapkan dan disusun.
b Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau
untung-untungan. c
Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
d Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan
maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. e
Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan
2 Keburukan-keburukannya
a Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui
segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh bahan
pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja terbatas
c Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur
subjektif d
Pemeriksaannya lebih
sulit sebab
membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
e Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan
kepada orang lain.
3 Bilamanakah digunakan tes subjektif?
Tes bentuk esai digunakan apabila: a
Kelompok yang akan tes kecil, dan tes itu tidak akan digunakan berulang-ulang.
b Tester guru ingin menggunakan berbagai cara untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis. c
Guru ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa daripada hasil yang telah dicapai.
d Memiliki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes.
f. Pemilihan Teks sebagai Materi dalam Pembelajaran Membaca
Mengenai pembelajaran membaca, dituliskan dalam kurikulum Bahasa Indonesia bahwa membaca yang diajarkan pada siswa
umumnya meliputi membaca intensif, membaca cepat, membaca memindai dan membaca nyaring. Namun demikian, porsi materi dan
kegiatan untuk membaca intensif pemahaman lebih banyak diberikan. Ini tampak dari kompetensi dasar dalam kurikulum yang berhubungan
dengan materi dalam pembelajaran membaca antara lain:
38
Kelas I : b
Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat. c
Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat.
d Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas
3-5 kata dengan intonasi yang tepat e
Membaca puisi anak
Kelas II : a
Menyimpulkan isi teks pendek 10-15 kalimat yang dibaca dengan membaca lancar
b Menjelaskan isi puisi anak yang dibaca
Kelas III : a
Membaca nyaring teks b
Menjelaskan isi teks 100-150 kata melalui membaca intensif
c Menceritakan isi dongeng yang dibaca
38
http:giosamudera.wordpress.comcategoryskkd-sd diakses tanggal 20 April 2011
Kelas IV : a
Menemukan pikiran pokok teks agak panjang 150-200 kata dengan cara membaca sekilas
b Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang
dibaca c
Menemukan makna dan informasi secara tepat dalam kamusensiklopedi melalui membaca memindai
d Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan
intonasi yang tepat e
Membaca pantun
Kelas V : a
Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat
b Mnemukan gagasan utama
c Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat
d Membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca
sekilas e
Menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan
acara, daftar menu, dll yang dilakukan melalui membaca memindai
f Mengidentifikasi unsur cerita tokoh, tema, latar, amanat
Kelas VI : a
Mendeskripsikan isi dan teknik penyajian suatu laporan hasil pengamatan atau kunjungan
b Menanggapi informasi dari kolom atau rubrik khusus
majalah anak, Koran,dll Mengenai pemilihan teks yang digunakan dalam pembelajaran
membaca, sebenarnya dalam kurikulum 2006 dituliskan bahwa
panjang pendeknya teks tidak diatur karena yang menjadi dasar pertimbangan adalah kualitas teks, bukan kuantitasnya.
39
Hal itu dapat dikaitkan dengan pemikiran bahwa sebuah teks yang panjang tetapi
mengandung banyak kekurangan atau kelemahan, tidak dianjurkan dipakai sebagai materi pembelajaran karena tidak memberikan model
yang baik bagi siswa. Materi bacaan yang dianjurkan sebaiknya adalah teks yang
tidak saja sesuai dengan topik pembahasan tetapi juga harus merupakan bacaan yang baik dari segi organisasi ide, alur berpikir,
struktur teks serta tata bahasanya. Begitu juga dengan hasil eksperimen Wood dalam Hosenfeld,
Arnold, Kirchofer, Laciura dan Wilson, 2007 yang mendapati bahwa dibandingkan teks yang memuat kalimat-kalimat kompleks, teks
dengan pengungkapan ide yang rumit lebih sulit dipahami oleh pembaca. Jadi dapat disimpulkan cerita pendek, cerita anak, atau
bahkan cerita rakyat dapat menjadikan pelajaran lebih menyenangkan karena umumnya pemakaian teks seperti itu sangat dianjurkan.
5. Karangan Narasi
a. Pengertian Narasi
Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-
olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau
tindakan.
40
Oleh sebab itu dapat disimpulkan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Apa yang telah
39
Kundharu Saddhono St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Teori dan Aplikasi, Bandung: CV. Karya Putra Darwati, 2012 h. 90
40
Dr. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: PT Gramedia, 1983, h. 135-136
terjadi tidak lain daripada yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh- tokoh dalam suatu rangkaian waktu.
b. Pengertian Karangan Narasi
Salah satu kemampuan membaca yang biasa diterapkan di SD adalah kemampuan membaca sebuah karangan cerita. Karangan adalah
bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan juga sebagai
rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.
41
Hasil mengarang dapat berupa tulisan, cerita, artikel, buah pena, ciptaan atau gubahan lagu, musik dan nyanyian. Karangan
yang baik adalah karangan yang dapat dibaca dan dipahami oleh para pembaca.
Karangan dapat dibedakan menjadi karangan deskripsi, eksposisi, narasi, persuasi. Narasi adalah ragam wacana yang
menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.
42
Sasarannya adalah memberikan gambaran sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai
fase, langkah, urutan atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. Gorys Keraf berpendapat bahwa :
“narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu
peristiwa yang telah terjadi. ”
Jadi, karangan narasi berasal dari narration = bercerita adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan,
merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu
kesatuan waktu.
41
Yeti Mulyati, dkk, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, Jakarta: Universitas Terbuka, 2011, h. 1.5
42
Ibid, h. 5.1
Karangan narasi berusaha menjawab keingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “Apa yang terjadi?”. Seperti halnya karangan
deskripsi, karangan narasi memiliki dua macam sifat yaitu, 1 narasi ekspositoris, menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa
yang dikisahkan. Sasaran utamanya yaitu perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut, 2 narasi sugestif, peristiwa
yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal imajinasi para pembaca. Narasi ekspositoris digunakan untuk
karangan faktual seperti biografi, aotobiografi, sejarah atau proses dan cara melakukan suatu hal. Sedangkan narasi sugestif digunakan untuk
karangan imajinatif seperti novel, cerpen, roman dan drama.
43
c. Teknik Narasi
Narasi adalah suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang
peristiwa pada suatu waktu kepada pembaca.
44
Hal terpenting dalam karangan narasi adalah unsur tindakan atau buatan sehingga ketika membaca karangan narasi pembaca
seolah-olah melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Terdapat dua bentuk narasi, yaitu narasi sugestif dan narasi ekspositoris.
Berikut perbedaan pokok antara Narasi Sugestif dan Narasi Ekspositoris :
No. Narasi Sugestif
Narasi Ekspositoris 1.
Menyampaikan suatu makna atau suatu suatu amanat yang tersirat
Memperluas pengetahuan
2. Menimbulkan daya khayal
Menyampaikan informasi
mengenai suatu kejadian
3. Penalaran hanya berfungsi sebagai Didasarkan
pada
43
Dr. Gorys Keraf, Op.Cit, h. 136
44
Ibid, h. 138
alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat
dilanggar. penalaran
untuk mencapai
kesepakatan rasional
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa
figuratif dengan menitik-beratkan penggunaan kata-kata konotatif
Bahasanya lebih
condong ke
bahasa informatif dengan titik
berat pada penggunaan kata-kata denotatif
1. Narasi Sugestif
Narasi sugestif atau imajinatif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang
daya khayal para pembaca.
45
Narasi sugestif berupa wacana fiktif seperti dongeng, cerpen, novel, dan roman. Dongeng, cerpen,
novel, dan roman merupakan bentuk narasi fiktif dengan ciri khas yang dimilikinya yaitu adanya alur dan suspensi, latar dan waktu,
tokoh dan karakter, sudut pandang dan makna yang terkandung di dalamnya
2. Narasi Ekspositoris
Ekspositoris adalah bentuk karangan yang sebaliknya dari karangan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bersifat nonfiktif yang
disajikan dengan bahasa denotatif dan tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan
pembaca dengan pemaparan yang rasional. Sejarah, biografi, autobiografi adalah bentuk narasi yang menjelaskan peristiwa-
peristiwa yang menyangkut riwayat hidup atau pengalaman perorangan atau kelompok dengan penyajian yang berusaha
menarik manfaat dari pengalaman tersebut.
45
Ibid. h 139
d. Kemampuan Membaca Karangan Narasi
Di dalam kamus Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti sanggup; dapat; berada, sedangkan
kemampuan adalah suatu kesanggupan, kekuatan.
46
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia
lakukan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks
yang menuntut kerja sama antara sejumlah kemampuan. Kemampuan membaca siswa banyak ditentukan oleh pengalamannya membaca dan
kemampuannya menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan aspek- aspek kebahasaan, misalnya kosakata dan struktur. Faktor metode
mengajar, prosedur, dan kompetensi guru juga dapat mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak. Oleh karena itu, seorang guru
harus dapat menggunakan metode mengajar yang bervariasi untuk membuat semangat siswa dalam menerima pelajaran.
Kemampuan membaca karangan narasi perlu mendapat perhatian dari guru, karena siswa masih merasa malas dihadapkan
dengan teks bacaan yang tidak menarik, sehingga siswa masih belum memahami tentang isi bacaan. Guru sebaiknya memilih bahan bacaan
yang menarik dan membuat siswa ingin membaca serta mengerti isi dari bacaan tersebut. Bahan bacaan yang dapat diberikan guru untuk
karangan narasi dapat diperoleh dari berbagai sumber misalnya, sejarah cerita pahlawan yang sudah dimengerti siswa, cerita imajinasi
dari kehidupan hewan-hewan. Kemampuan membaca karangan narasi diharapkan siswa dapat
menyebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita, menjawab pertanyaan isi teks bacaan, memahami isi karangan, latar cerita, ide
pokok, dan membuat kesimpulan atas bacaan yang telah di baca. Langkah-langkah penyusunan karangan narasi adalah:
46
J.S.Badudu, Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, h. 854
a Menentukan tema atau amanat apa yang akan disampaikan
b Menetapkan sasaran pembaca
c Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan disampaikan
skema alur d
Membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita
e Merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa
sebagai pendukung cerita f
Susun tokoh dan perwatakan, latar dan sudut pandang
47
B. Hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan
kemampuan membaca karangan narasi siswa diantaranya:
Lina Murti Safitri. NIM : 0701045134 . Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe CIRC Cooperative Integrated Reading And Composition Terhadap Kemampuan Membaca Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN
Pesanggrahan 03 Pagi Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta : Program Studi Ilmu Pendidikan. Jurusan SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model
pembelajaran kooperatif CIRC terhadap kemampuan membaca karangan narasi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pesanggrahan 03 Pagi Jakarta
Selatan, kelas V semester II tahun ajaran 20102011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Sampel penelitian ini meliputi
30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa tes obyektif sebanyak 17 soal dengan 4 pilihan. Validitas tes dihitung
dengan menggunakan rumus korelasi biseral. Koefisien reliabilitas tes = 0,774 ini dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20 Kuder-Richardson. Teknik
47
Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Op.Cit, h. 140
analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu dengan uji-t, pada taraf signifikan = 0,05 dan derajat kebebasan dk = 58.
Marlina Pangapoi. NIM: 208111057
. “Peengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kalimat Konsep terhadap Kemampuan Menulis Karangan
Deskripsi oleh Siswa Kelas X SMA Swasta Josua Tahun pembelajaran 20122013”. Skripsi. Medan : Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas
Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji analisis data dengan menggunakan
uji “t” diperoleh = 5,940 pada taraf signifikan 5 dari daftar distribusi
N = 60 maka diperoleh = 1,6710. Jadi
, 5,940 1,6710 maka hipotesis nihil
ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
Artinya, terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe kalimat konsep dalam menulis karangan deskripsi. Berdasarkan data diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe kalimat konsep berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan
deskripsi siswa kelas X SMA Swasta Josua Medan Tahun Pelajaran 20122013.
RUSLAH: Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD Student Teams Achievement Division Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Gaya
Bahasa Pada Puisi. Penelitian Tindakan Kelas di MAN 22 Jakarta. Skripsi. Jakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan metode kooperatif tipe STAD
dalam meningkatkan kemampuan penggunaan gaya bahasa pada puisi tidak hanya mendongkrak nilai siswa dari rata-rata pretest 67.1 menjadi 70.7
posttest setelah pembelajaran, tetapi juga mengalami peningkatan dari antusiasme dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan tanggung
jawab serta kerja sama pada kelompok maupun pribadi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan serius.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas, salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dengan cara melakukan
perbaikan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan hal yang terpenting bagi keefektifan proses mengajar di sekolah. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah model pembelajaran cooperative learning tipe STAD.
Pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dalam model pembelajaran cooperative learning siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya
sementara guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD lebih merupakan metode umum dalam mengatur kelas
ketimbang metode komprehensif dalam mengajarkan mata pelajaran tertentu, di dalamnya guru menggunakan pelajaran mereka sendiri dan materi-materi
lain. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai kebutuhan siswa.
Dalam membaca karangan narasi, siswa diharapkan dapat menentukan dan memahami isi dari bacaan yang disediakan guru. Siswa dapat menjawab
pertanyaan isi teks, menyebutkan tokoh-tokoh, memahami isi karangan, latar cerita, ide pokok, dan menyimpulkan isi bacaan. Bahan bacaan yang dapat
dipakai guru dapat berupa novel, cerpen, atau cerita pahlawan. Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu
peristiwa. Dengan membaca karangan narasi siswa dapat menggunakan daya khayal imajinasi seperti mereka ikut berperan dalam bacaan yang
dibacanya. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD Student Team Achievement Division dapat meningkatkan kemampuan
membaca karangan narasi siswa secara berkelompok atau individu.
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Dari kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
- H
1
: Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan membaca karangan narasi.
- : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD
terhadap kemampuan membaca karangan narasi 1. Guru menggunakan pendekatan konvensional
2. Siswa tidak tertarik dalam menerima materi yang disampaikan 3. Kemampuan membaca karangan narasi siswa rendah
Proses Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif tipe pembelajaran STAD Student Team Achievement Division
Membaca Karangan Narasi
Kemampuan membaca karangan narasi siswa meningkat
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di MIN 6 Jagakarsa. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap Tahun Ajaran 2012-2013, yang
dilaksanakan pada bulan Februari.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan quasi eksperimen yaitu dengan memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua
kelompok siswa atau membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok. Disebut eksperimen karena metode penelitian yang menguji hipotesis
berbentuk hubungan sebab akibat.
48
Model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran STAD Student Team Achievement
Division. Dalam penelitian ini meneliti pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran STAD Student Team Achievement Division
terhadap kemampuan membaca karangan narasi. Jadi, peneliti meneliti perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe pembelajaran STAD Student Team Achievement Division siswa kelas V MIN 6 Jagakarsa.
Untuk pelaksanaannya peneliti akan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran STAD Student Team
Achievement Division dan kelompok kontrol belajar tanpa menggunakan model pembelajaran.
Kelompok Perlakuan Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi Eksperimen yaitu metode yang tidak
48
Prof. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 100
memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap variabel dan kondisi eksperimen.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan pretest- posttest control group design. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol dipilih secara random. Untuk pelaksanaannya peneliti akan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok yaitu kelompok
eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran STAD Student Team Achievement Division dan kelompok kontrol
menggunakan model pembelajaran konvensional. Adapun rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Kelompok Perlakuan
Tes akhir A
X
E
T B
X
K
T
Keterangan : A = Kelas eksperimen
B = Kelas kontrol X
E
= Pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD X
K
= Pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional T = Tes akhir yang sama pada kedua kelompok
C. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.
49
Populasi dalam dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MIN 6 Jagakarsa yang terdaftar
pada tahun 20122013 yang terdiri dari.
49
Prof. Sukardi, Op.Cit, h. 173
Jumlah siswa kelas VA sebanyak 30 siswa dan jumlah siswa kelas VB 34 orang siswa, karena jumlah populasi lebih dari 50 siswa, perlu adanya teknik
penarikan sampel penelitian, sampel diambil dengan menggunakan teknik presentase secara acak propotional random sampling.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
50
Sampel dari penelitian ini adalah kelas VA MIN 6 Jagakarsa sebagai kelompok eksperimen
dan kelas VB MIN 6 Jagakarsa sebagai kelompok kontrol. Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa
mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya
pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga
penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berisi tentang teknik untuk mendapatkan data- data yang diperlukan dalam penelitian yang menggunakan metode quasi
eksperimen. Hal-hal yang diperhatikan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah :
1. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berasal dari sampel yang diambil secara acak atau menggunakan teknik Simple
Random Sampling pada kelas VA sebanyak 30 siswa dan kelas VB sebanyak 34 siswa. Data berupa skor yang diperoleh dari hasil tes
kemampuan membaca karangan narasi.
2. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas X : Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
b. Variabel Terikat Y : Kemampuan membaca karangan narasi
3. Instrumen Penelitian
50
Prof. Sukardi, Op.Cit, h.174