Nelayan dan Petani Tambak

usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak pada penerapan teknologi. Karena pada luasan yang lebih sempit, penerapan teknologi cenderung berlebihan hal ini erat hubungannya dengan konversi luas lahan ke hektar, dan menjadikan usaha tidak efisien. Menurut Rosyidi 2002, yang dimaksud dengan tanah bukanlah sekedar tanah untuk ditanami atau untuk di tinggali saja, tetapi termasuk pula didalamnya segala sumber daya alam. Istilah tanah maksudnya adalah segala sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi, yang antara lain meliputi: a tenaga penumbuh dari pada tanah, baik untuk pertanian, perikanan, maupun pertambangan; b ikan dan mineral, baik ikan dan mineral darat sungai, danau, tambak, kuala, dan sebagainya maupun ikan dan mineral laut.

2.6. Nelayan dan Petani Tambak

Pada dasarnya wilayah pesisir dimanfaatkan oleh masyarakat Nelayan dan petani tambak. Nelayan berbeda dengan petani tambak. Perbedaan yang mendasar adalah nelayan memanfaatkan wilayah pesisir sebagai tempat bekerja, sedangkan petani tambak mengelola daerah rawa, sungai, sawah, dan sejenisnya untuk mengelola ikan dan produk perikanan lainnya Elfrindi dalam mulyadi, 2005 Petani tambak tidak tergantung dengan musim ikan karena petani tambak yang komersial biasanya mengelola perikanan dengan siklus tertentu, sedangkan nelayan sangat tergantung dengan cuaca dan musim. Sungguhpun keduanya menghasilkan ikan, Universitas Sumatera Utara namun ikan dari petani tambak biasanya dibudidayakan sehingga sangat tergantung pada bibit, makanan, perawatan, dan lainnya. Sementara itu, nelayan tidak ikut dalam proses budi daya, kecuali secara natural mereka berupa menangkap ikan yang sudah terbudi daya dengan sendirinya mengikuti ekosistem kelautan. Gabungan antara nelayan pantai dengan petani tambak lazim dikenal dengan rumah tangga perikanan. Dalam konteks nelayan, nelayan tradisional diartikan sebagai orang yang bergerak di sektor kelautan dengan menggunakan perahu layar tanpa motor, sedangkan mereka yang menggunakan mesin atau perahu motor merupakan nelayan modern. Dalam konteks rumah tangga nelayan, persoalannya jauh lebih kompleks bila dibandingkan dengan rumah tangga konvensional. Walaupun dalam sensus sektor perikanan merupakan subsektor dari pertanian, keberadaan rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus bila dibandingkan dengan rumah tangga tani. Perbedaan yang muncul dari kedua rumah tangga ini antara lain: 1 Rumah tangga tani dan petani tambak mengandalkan tanah yang terbatas sebagai salah satu faktor produksi, sementara rumah tangga nelayan menggunakan wilayah pesisir sebagai suatu faktor produksi, 2 Pada rumah tangga tani lahan terbatas penggunaannya, sedangkan laut bagi rumah tangga nelayan adalah tidak terbatas yang dibatasi oleh batas-batas teritorial administrasi, 3 Petani dalam proses produksinya terikat dengan musim, sementara rumah tangga nelayan sarat dengan siklus bulan Mashuri dalam Mulyadi, 2005 Menurut Dahuri 2003, nelayan dikategorikan sebagai tenaga kerja yang melakukan aktivitas produksinya dengan cara berburu ikan dilaut atau melaut. Umumnya Universitas Sumatera Utara mereka memiliki alat produksi utama seperti kapal, pancing, jaring, bagan, dan lain-lain. Berdasarkan teknik dan alat-alat penangkapannya, nelayan tradisional adalah nelayan yang masih mempertahankan cara penangkapannya dengan menggunakan kapal tanpa motor KTM, tanpa inovasi teknologi, tanpa dukungan modal yang kuat, tanpa kelembagaan usaha yang mapan, cendrung bersifat subsistem, dan secara goneologi telah menekuni aktifitas tersebut secara turun temurun. Berbeda halnya dengan nelayan modern, teknik penangkapannya mengadopsi perkembangan teknologi, seperti kapal motor hingga ke teknologi citra satelit misalnya. Dukungan modal dan kelembagaan usahanya mapan, serta ciri-ciri subsistem telah hilang. Usaha penangkapannya ditujukan semata-mata untuk meraih profit secara maksimal. Sementara, pembudidaya ikan adalah tenaga kerja perikanan yang menyandarkan teknik produksinya kepada kegiatan budidaya, dan jenis komoditi produksinya adalah jenis-jenis ikan budidaya ekonomis penting, seperti udang, bandeng, ikan mas, gurami, ikan hias atau komoditi lainnya, seperti rumput laut dan lain-lain. Kecendrungan pola sosial atas dasar perbedaan pola dan teknik produksi dan perbedaan kepemilikan alat produksi terjadi pula di kegiatan budidaya perikanan. Aktivitas produksi budidaya dapat digolongkan ke dalam kegiatan budidaya tambak, kolam, karamba, dan sawah.

2.7. Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir