Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

mereka memiliki alat produksi utama seperti kapal, pancing, jaring, bagan, dan lain-lain. Berdasarkan teknik dan alat-alat penangkapannya, nelayan tradisional adalah nelayan yang masih mempertahankan cara penangkapannya dengan menggunakan kapal tanpa motor KTM, tanpa inovasi teknologi, tanpa dukungan modal yang kuat, tanpa kelembagaan usaha yang mapan, cendrung bersifat subsistem, dan secara goneologi telah menekuni aktifitas tersebut secara turun temurun. Berbeda halnya dengan nelayan modern, teknik penangkapannya mengadopsi perkembangan teknologi, seperti kapal motor hingga ke teknologi citra satelit misalnya. Dukungan modal dan kelembagaan usahanya mapan, serta ciri-ciri subsistem telah hilang. Usaha penangkapannya ditujukan semata-mata untuk meraih profit secara maksimal. Sementara, pembudidaya ikan adalah tenaga kerja perikanan yang menyandarkan teknik produksinya kepada kegiatan budidaya, dan jenis komoditi produksinya adalah jenis-jenis ikan budidaya ekonomis penting, seperti udang, bandeng, ikan mas, gurami, ikan hias atau komoditi lainnya, seperti rumput laut dan lain-lain. Kecendrungan pola sosial atas dasar perbedaan pola dan teknik produksi dan perbedaan kepemilikan alat produksi terjadi pula di kegiatan budidaya perikanan. Aktivitas produksi budidaya dapat digolongkan ke dalam kegiatan budidaya tambak, kolam, karamba, dan sawah.

2.7. Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

Menurut Imron dalam Mulyadi 2005, Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka umumnya tinggal di pesisir pantai, Universitas Sumatera Utara sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Alternatif usaha perikanan rakyat selain penangkapan adalah melalui usaha-usaha budi daya yang memanfaatkan kawasan pesisir sebagai lahan bagi usaha perikanan budi daya, baik budi daya perikanan berbasis lahan di darat land-based aquaculture maupun di laut marine- based aquaculture. Jenis budi daya lahan di darat diwakili oleh pertambakan yang sangat umum dipakai sebagai tempat membesarkan ikan bandeng chanos chanos dan udang misalnya penaeus monodom. Jenis komoditi lain yang juga dibudidayakan di pertambakan adalah kepiting bakau, ikan belanak dan kakap putih. Pemanfaatan sumberdaya perikanan masih dalam kategori rendah. Hal ini terjadi karena produksi perikanan nelayan masih banyak dengan perahu tanpa motor dan petani ikan dengan sistem budi daya tradisional. Sementara itu, akselerasi peningkatan ekonomi mereka lemah, akibat kurangnya akses pada informasi, teknologi, dan modal yang diberikan. Nelayan dan petani ikan petani tambak sebagian masih merupakan penduduk miskin. Ini terlihat dari kinerja pembangunan perikanan masih jauh dari harapan. Kemiskinan nelayan cenderung dialami oleh nelayan perorangan dan buruh nelayan. Karena kedua jenis kelompok itu jumlahnya mayoritas, citra tentang kemiskinan melekat pada kehidupan nelayan. Dalam banyak hal nelayan membentuk masyarakatnya sendiri dan juga sering terasing karena mereka harus hidup di sepanjang tepi danau, sungai atau laut. Keterasingan relatif ini semakin besar karena nelayan semakin terpisah dari masyarakat daratan ketika menangkap ikan sehingga nelayan sering dipandang sebagai orang terpencil dari masyarakat. Tempat tinggal dan keterasingan sosial mempengaruhi variabel Universitas Sumatera Utara sosial budaya yang akhirnya mempengaruhi pembangunan. Hal ini ikut mendukung rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar nelayan Pollnac dalam Mulyadi, 2005. Menurut Poernomo dan Prasetyono 2002, sebagian besar nelayan 83 masih hidup miskin dan berusaha dengan cara tradisional dengan menggunakan armada penangkapan sangat sederhana, sehingga hasil tangkapannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika dilihat dari kepemilikan kapal yang dimiliki seperti piramida, menunjukkan sangat melebar kebawah. Kapal tidak bermotor berjumlah 64, kapal bermotor tempel 21, sedangkan kapal motor berjumlah hanya 15. Pendapatan nelayan yang menggunakan perahu tanpa motor sekitar Rp 885.000,- per tahun 70 dari hasil penangkapan ikan, 30 dari sumber pendapatan lain. Sedangkan pendapatan nelayan motor tempel sebesar Rp 1.180.000,- per tahun 73 dari hasil ikan, 27 dari sumber lain, nelayan kapal motor berpendapatan Rp 1.918.000,- per tahun 78 dari usaha ikan, 22 dari sumber lain. Sumber lain berasal dari usaha tani, upah sebagai buruh, usaha pengolahan, perdagangan, pengangkutan dan lainnya. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Aceh Utara dengan cakupan 5lima kecamatan dari 7tujuh kecamatan yang mempunyai kriteria sebagai masyarakat pesisir dan berprofesi sebagai Nelayan dan Petani tambak. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2007 sampai dengan Januari 2008.

3.2. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Nazir 2005, menyatakan penelitian kasus merupakan penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari kseluruhan personalitas yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara lebih mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter-karakter yang khas dari kasus. Studi kasus lebih menekankan mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil dan homogen. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Nazir 2005, menyatakan penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Universitas Sumatera Utara