Kondisi Sosial Nelayan HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.4 Karakterisktik Nelayan Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase Tidak sekolah Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas 5 14 20 6 11,1 31,1 44,4 13,1 Sub Total 45 100,0 Sumber: Data Primer diolah, 2008 Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari segi pendidikan sebenarnya nelayan di daerah penelitian tidak terlalu rendah, rata-rata mereka sudah menamatkan pendidikan setingkat SMP yang dijumpai sebanyak 20 orang 44,4, bahkan ada 6 orang 13,1 yang sudah menamatkan pendidikan setingkat SMA, walaupun masih dijumpai 14 orang 31,1 yang hanya menamatkan SD, dan 5 orang 11,1 yang tidak sekolah ataupun bila mereka sekolah tidak sampai menamatkan SD. Secara umum kondisi pendidikan nelayan di daerah penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan pendidikan nelayan yang ada di daerah lain.

4.16 Kondisi Sosial Nelayan

Kondisi sosial yang diangkat dalam penelitian ini meliputi unsur-unsur sosial seperti anggota keluarga, kondisi rumah tempat tinggal dan kondisi sosial lainnya. Dari kondisi sosial ini nantinya akan tergambar bagaimana tingkat kesejahteraan hidup dari kelompok nelayan di daerah penelitian ini. Tabel 4.5 menunjukkan data mengenai jumlah tanggungan keluarga dari nelayan di daerah penelitian. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Nelayan Tanggungan Keluarga Frekuensi Persentase 3 orang 4 – 6 orang 7 – 10 orang 20 24 1 44,4 53,3 2,2 Sub Total 45 100,0 Sumber: Data Primer diolah, 2008 Dari data pada Tabel 4.5 ini dapat diketahui bahwa rata-rata tanggungan keluarga nelayan ini relatif besar dimana nelayan yang mempunyai tanggungan keluarga 4-6 orang mencapai 24 orang 53,3. Dalam struktur kehidupan nelayan memang kurang memperhatikan tentang rencana ukuran keluarga. Sebagian besar berpedoman pada filsafah “banyak anak, banyak rezeki” sehingga dalam penafsiran falsafah ini nelayan menganggap bahwa setiap anak memiliki rezekinya sendiri, dan tidak perlu dikhawatirkan akan adanya kekurangan. Selanjutnya aspek penting dalam menilai kondisi sosial nelayan adalah kondisi rumah tempat tinggal keluarga. Kondisi rumah tempat tinggal ini meliputi; luas rumah, dinding, lantai, atap, jumlah kamar tidur dan status kepemilikan rumah. Banyak keluarga nelayan ini masih tergolong dalam kelompok masyarakat miskin, yang hidup disepanjang pesisir pantai Kabupaten Aceh Utara, kepemilikan aset masih sangat terbatas dan hidup secara tradisional. Walaupun demikian, tentu saja tidak semua rumah yang dihuni oleh nelayan ini tidak layak huni, karena sebenarnya pendapatan nelayan dari hasil melaut cukup memadai untuk membangun rumah yang Universitas Sumatera Utara ayak huni. Kondisi umum tentang rumah tempat tinggal nelayan disajikan pada Tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Kondisi Rumah Tempat Tinggal Nelayan Kondisi Sosial Frekuensi Persentase Luas Rumah: 36 meter persegi 42 meter persegi 54 meter persegi 63 meter persegi 108 meter persegi 12 6 16 8 3 26,7 13,3 35,6 17,8 6,7 Sub Total 45 100,0 Dinding Rumah: Tepas Bambu Papan Semi Permanen Permanen 4 23 16 2 8,9 51,1 35,6 4,4 Sub Total 45 100,0 Lantai Rumah: Tanah Panggung Semen 7 11 27 15,6 24,4 60,0 Sub Total 45 100,0 Atap Rumah: Daun Rumbia Nipah Seng 15 30 33,3 66,7 Sub Total 45 100,0 Jumlah kamar tidur: 1 kamar 2 kamar 3 kamar 4 kamar 1 18 23 3 2,2 40,0 51,1 6,7 Sub Total 45 100,0 Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 4.6 Kondisi Sosial Frekuensi Persentase Status kepemilikan rumah: Milik sendiri Sewa kontrakan Pinjam pakai numpang 38 2 5 84,4 4,4 11,1 Sub Total 45 100,0 Sumber: Data Primer diolah, 2008 Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat digambarkan bahwa rata-rata rumah nelayan di daerah penelitian sedang, dimana ukuran rumah terkecil mempunyai luas 36 meter persegi 6 x 6 m sedangkan ukuran rumah terbesar mencapai 108 meter persegi 9 x 12 m. Nelayan yang mempunyai rumah besar ini adalah mereka yang mempunyai boat serta modal melaut sendiri. Rata-rata rumah nelayan ini berdinding papan maupun semi permanen dengan lantai semen maupun panggung. Dari hasil penelitian menjumpai 4 rumah yang berdinding tepas bamburumbia yang berlantai tanah. Sedangkan rumah yang berdinding permanen hanya dijumpai 2 rumah. Selanjutnya atap rumah selain dari seng juga dari daun rumbianipah. Berdasarkan hasil observasi di daerah penelitian memang banyak dijumpai rumah panggung yang berdinding papan dan beratap daun rumbia yang diadopsi dari rumah adat Aceh. Alasannya banyak masyarakat yang menganggap bahwa tekstur rumah seperti ini lebih nyaman dan tidak penat. Jumlah kamar tidur dari rumah nelayan ini sangat tergantung dari luas rumah. Rata-rata rumah nelayan di daerah penelitian hanya memiliki 2-3 kamar tidur, hanya 4 rumah yang dijumpai memiliki 4 kamar tidur. Kondisi rumah sebagaimana yang digambarkan di atas dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan dan status sosial dari Universitas Sumatera Utara pemiliknya. Nelayan yang mempunyai rumah luas dengan kondisi yang baik adalah kelompok nelayan yang mempunyai sebagian besar aset produktif sehingga status sosial dalam kelompoknya juga lebih tinggi, sedangkan kelompok nelayan yang mempunyai rumah sangat sederhana dan sempit umumnya hanya memiliki sebagian kecil aset produktif. status sosial kelompok nelayan ini lebih rendah dan dibayang- bayangi dengan tingkat ketergantungan pada kelompok lain yang mempunyai status sosial lebih tinggi. Ditinjau dari status kepemilikan rumah dan pekarangannya, rata-rata rumah nelayan ini adalah milik sendiri, baik yang berasal dari hasil usahanya maupun sebagai warisan dari orang tua nelayan tersebut. Jumlah rumah yang kepemilikan sendiri mencapai 38 rumah 84,4, sebanyak 5 rumah adalah milik orang lain yang dipinjam pakai maupun numpang untuk sementara waktu, serta sisanya sebanyak 2 rumah merupakan rumah yang dikontrak atau disewa oleh nelayan.

4.17 Pendapatan Nelayan