pemiliknya. Nelayan yang mempunyai rumah luas dengan kondisi yang baik adalah kelompok nelayan yang mempunyai sebagian besar aset produktif sehingga status
sosial dalam kelompoknya juga lebih tinggi, sedangkan kelompok nelayan yang mempunyai rumah sangat sederhana dan sempit umumnya hanya memiliki sebagian
kecil aset produktif. status sosial kelompok nelayan ini lebih rendah dan dibayang- bayangi dengan tingkat ketergantungan pada kelompok lain yang mempunyai status
sosial lebih tinggi. Ditinjau dari status kepemilikan rumah dan pekarangannya, rata-rata rumah
nelayan ini adalah milik sendiri, baik yang berasal dari hasil usahanya maupun sebagai warisan dari orang tua nelayan tersebut. Jumlah rumah yang kepemilikan
sendiri mencapai 38 rumah 84,4, sebanyak 5 rumah adalah milik orang lain yang dipinjam pakai maupun numpang untuk sementara waktu, serta sisanya sebanyak 2
rumah merupakan rumah yang dikontrak atau disewa oleh nelayan.
4.17 Pendapatan Nelayan
Pendapatan merupakan indikator utama dalam mengukur tingkat kesejahteraan seseorang, seorang yang mempunyai pendapatan tinggi biasanya akan
mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, pendidikan maupun kesehatan untuk keluarganya. Adapun data mengenai pendapatan nelayan dari kegiatan melaut,
pekerjaan selain melaut, dan pendapatan sampingan bagi nelayan yang memiliki pekerjaan selain melaut yang dihitung dalam sebulan ditampilkan pada Tabel 4.7 di
bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Pendapatan dan Pekerjaan Sampingan Nelayan
Keterangan Frekuensi
Persentase Pendapatan Utama:
Di bawah Rp.500.000 Rp.500.000 – Rp.1.000.000
Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000 Rp.1.500.000 – Rp.2.000.000
2 7
17 19
4,4 15,6
37,8 42,2
Sub Total 45
100,0 Pekerjaan sampingan:
Tidak ada Petani tambak
Buruh Usaha dagang
33 5
4 3
73,3 11,1
8,9 6,7
Sub Total 45
100,0 Pendapatan sampingan:
Tidak ada Rp. 0 Di bawah Rp.500.000
Rp.500.000 – Rp.1.000.000 33
6 6
73,3 13,3
13,3
Sub Total 45
100,0 Sumber: Data Primer diolah, 2008
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pendapatan nelayan dari hasil menangkap ikan di laut relatif sudah cukup baik, dimana dijumpai sebanyak 19 orang
42,2 nelayan berpendapatan antara 1,5 juta rupiah sampai 2 juta rupiah, selanjutnya yang berpendapatan antara 1 juta rupiah sampai 1,5 juta rupiah sebanyak
17 orang 37,8, 7 orang berpendapatan antara 500 ribu sampai 1 juta rupiah, dan sisanya hanya 2 orang yang berpendapatan di bawah 500 ribu rupiah. Dengan
demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa pendapatan nelayan di daerah penelitian sudah cukup memadai untuk membiayai kebutuhan keluarga.
Dari 45 nelayan yang diobservasi tidak semuanya hanya bekerja penuh sebagai nelayan, diantara mereka ada juga yang bekerja pada bidang pekerjaan lain
Universitas Sumatera Utara
sebagai sampingan, khususnya bagi nelayan yang menggunakan boat kecil maupun boat pancing yang aktivitas menangkap ikan di laut tidak penuh dalam seminggu.
Rata-rata boat kecilboat pancing ini melakukan pencarian ikan selama satu atau dua hari dan memiliki masa istirahat. Nelayan yang bekerja sampingan sebagai petani
tambak dijumpai sebanyak 5 orang 11,1, bekerja sebagai buruh terutama bongkar muat di pelabuhan Krueng Geukuh sebanyak 4 orang 8,9, bekerja dalam sektor
usaha dagang sebanyak 3 orang 6,7. Dari 12 orang nelayan yang mempunyai pekerjaan sampingan tersebut,
tentunya mereka juga memperoleh pendapatan sebagai tambahan dari pendapatan dari menangkap ikan. Rata-rata pendapatan dari pekerjaan sampingan ini lebih sedikit
dibandingkan dari pekerjaan utama, mengingat alokasi waktu untuk pekerjaan sampingan ini lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk
menangkap ikan di laut. Dari hasil penelitian dijumpai 6 orang berpendapatan antara 500 ribu sampai 1 juta rupiah, dan 6 orang lainnya berpendapatan dari pekerjaan
sampingan di bawah 500 ribu rupiah per bulan.
4.18 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan