Uji Pengaruh Secara Serempak Uji F Uji Pengaruh Secara Parsial Uji t

menjelaskan variabel dependen. Hasil uji goodness of fit untuk model 1 ditampilkan pada Tabel 4.31 di bawah ini. Tabel 4.31 Koefisien Determinasi R 2 Model Penelitian untuk Nelayan Model R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0,599 0,559 289148,34578 Sumber: Print Out SPSS Lampiran 6 Dari output SPSS yang ditampilkan pada Tabel 4.31 di atas menunjukkan bahwa untuk model 1 diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,599 yang bermakna bahwa variasi kemampuan variabel modal, pengalaman, tenaga kerja, dan variabel waktu melaut dalam menjelaskan variasi pendapatan nelayan sebesar 59,9 sedangkan sisanya sebesar 40,1 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model, karena fenomena ini yang perlu diteliti.

4.24.1 Uji Pengaruh Secara Serempak Uji F

Pengujian pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara serempak dilakukan dengan uji F. Metode pengujian yang dilakukan dengan menggunakan kriteria bila F hitung lebih besar dari F Tabel pada α = 0,05 maka hipotesis yang menyatakan bahwa modal, pengalaman, tenaga kerja dan waktu melaut signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Aceh Utara dapat diterima. Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 4.32. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.32 ANOVA Model Penelitian Untuk Nelayan Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 501E+12 4 1.251E+12 14.967 .000a Residual 334E+12 40 8.361E+10 Total 835E+12 44 Sumber: Print Out SPSS Lampiran 6 Berdasarkan output SPSS pada lampiran 6 dapat diketahui bahwa nilai F hitung untuk model 1 sebesar 14,967 dengan p-value sebesar 0,000 dan nilai Sedangkan F Tabel pada v 1 = n – k 45 – 5 = 40 dan v 2 = k – 1 5 – 1 = 4 diperoleh F Tabel sebesar 2,61. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara serempak variabel modal, pengalaman, tenaga kerja, dan variabel lama melaut berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Aceh Utara.

4.24.2 Uji Pengaruh Secara Parsial Uji t

4.24.2.1 Pengaruh modal terhadap pendapatan nelayan Dari Tabel 4.30 diperoleh t hitung untuk modal X 11 sebesar 5,146 Pada tabel t dengan df = n – k 45 – 5 = 40 dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung 5,146 t tabel 2,021 maka modal secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa variabel inilah yang sangat diperlukan untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam aktifitas nelayan menangkap ikan dilaut melaut karena modal diperlukan untuk dana awal aktifitas Universitas Sumatera Utara melaut, seperti penyediaan kapal motor, peralatan tambahan dalam penangkapanpenyimpanan ikan, sampai kepada biaya operasional melaut seperti biaya beli bahan bakar dan segala keperluan ABK selama melaut. Semakin besar modal yang ada, misal adanya beberapa boat atau adanya boat besar maka semakin besar pula kemungkinan nelayan mendapatkan pendapatan yang lebih banyak. Pada daerah penelitian modal yang digunakan dalam operasional melaut sebagian besar diperoleh dari pinjaman keluarga dan dari tokepengusaha. Pengembalian modal dari keluarga dan tokepengusaha dengan cara bagi hasil. Persentase pembagian hasil untuk keluarga lebih kecil dibandingkan dengan untuk tokepengusaha. Oleh karenanya pendapatan yang diterima nelayan menjadi berkurang akibat pembagian pendapatan kepada pemilik-pemilik modal. Variabel modal X 11 mempunyai koefisien sebesar 0,530 yang bermakna bahwa dengan tambahan modal Rp.1.000 pada saat variabel lain konstan maka akan dapat meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.530. Hal ini menunjukkan tambahan dari penggunaan modal selama melaut dapat meningkatkan pendapatan bagi nelayan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Salim 1999 yang menemukan variabel modal tidak bepengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Namun konsisten dengan hasil penelitian Rangkuti 1995 yang menemukan variabel biaya melaut berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Konsisten juga dengan Sasmita 2006 yang menemukan variabel modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. Universitas Sumatera Utara 4.24.2.2 Pengaruh pengalaman terhadap pendapatan nelayan Dari Tabel 4.30 diperoleh t hitung untuk pengalaman X 12 sebesar 1,559 Pada tabel t dengan df = n – k 45 – 5 = 40 dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung 1,559 t tabel 2,021 maka pengalaman secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Pengalaman memang merupakan faktor penting dalam memaksimalkan pendapatan, karena nelayan yang mempunyai pengalaman lebih lama cenderung lebih mengetahui kapan dan dimana dapat melabuhkan pukatnya sehing hasil tangkapan juga lebih banyak, tetapi pengalaman yang cukup lama belum dapat menjamin banyaknya hasil tangkapan karena dalam aktifitas menangkap ikanmelaut tidak pernah luput dari kondisi alam. Pada daerah penelitian pengalaman melaut para nelayan rata-rata sudah cukup lama, namun lamanya melaut para nelayan walaupun berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan nelayan. Hal ini dipengaruhi oleh musim yang kadang cuaca buruk dan sering kali terjadi badai serta ketinggian ombak yang tidak memungkinkan nelayan untuk melaut sehingga ikan tidak ada. Apalagi kondisi alam dalam beberapa tahun ini tidak menentu dan sering terjadi hal-hal yang tidak pernah diduga. Variabel pengalaman X 12 mempunyai koefisien sebesar 12420,744 bermakna bahwa dengan adanya tambahan pengalaman dalam melaut selama 1 tahun maka akan dapat meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.12.420,74 dengan Universitas Sumatera Utara asumsi ceteris paribus. Hal ini menunjukkan tambahan pengalaman melaut walaupun dapat meningkatkan pendapatan bagi nelayan tetapi tidak signifikan secara statistik. Hasil ini berbeda dengan penelitian Salim 1999 yang menemukan variabel pengalaman bepengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Namun konsisten dengan hasil penelitian Sasmita 2006 yang menemukan variabel pengalaman walaupun berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan nelayan. 4.24.2.3 Pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan Dari Tabel 4.30 diperoleh t hitung untuk tenaga kerja X 13 sebesar 2,027 Pada tabel t dengan df = n – k 45 – 5 = 40 dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung 2,027 t tabel 2,021 maka tenaga kerja secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. Tenaga kerja secara tidak langsung menjadi faktor pendorong peningkatan pendapatan nelayan. Karena tanpa adanya tenaga kerja tidak ada yang akan menjalankan perahu dan penggunaan peralatan melaut. Peralatan yang canggih sekalipun tanpa dihidupkan dan dikendalikan oleh manusia tenaga kerja maka tidak akan berfungsi. Namun sedikit atau banyaknya tenaga kerja yang dipakai, tergantung dari besar kecilnya perahu motor yang digunakan. Penggunaan tenaga kerja yang terlalu banyak pada skala kerja yang kecil akan sangat tidak efisien, mengingat biaya yang akan dikeluarkan untuk keperluan tenaga kerja tentu akan cukup banyak Pada daerah penelitian penggunaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dalam operasional melaut dan besar kecilnya perahu yang dipakai. Tenaga kerja yang Universitas Sumatera Utara dipakai semua mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing. Secara tidak langsung tenaga kerja juga menjadi faktor yang mendorong peningkatan pendapatan nelayan. Variabel tenaga kerja X 13 mempunyai koefisien sebesar 17640,950 bermakna bahwa dengan adanya tambahan penggunaan tenaga kerja dalam melaut sebanyak 1 orang dapat meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.17.640,95 dengan asumsi ceteris paribus. Hal ini menunjukkan tambahan penggunaan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan bagi nelayan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Salim 1999 yang menemukan variabel tenaga kerja tidak bepengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Namun konsisten dengan hasil penelitian Sasmita 2006 yang menemukan variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. 4.24.2.4 Pengaruh lama melaut terhadap pendapatan nelayan Dari Tabel 4.30 diperoleh t hitung untuk lama melaut X 14 sebesar 0,495 Pada tabel t dengan df = n – k 45 – 5 = 40 dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung 0,495 t tabel 2,021 maka lama melaut secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Waktu yang dimaksud dalam penelitian adalah lamanya waktu yang digunakan nelayan untuk sekali melaut. Lama tidaknya waktu yang digunakan nelayan untuk sekali melaut sangat tergantung dari jenis boat yang digunakan beroperasi dan cuaca yang mendukung. Pada daerah penelitian dijumpai kadangkala Universitas Sumatera Utara nelayan yang menggunakan boat kecil dan melaut hanya dalam waktu satu hari penuh menghasilkan pendapatan 600.000 rupiah. Sementara biaya yang dikeluarkan untuk operasional melaut jauh lebih kecil dari jenis boat besar baik untuk bahan bakar, keperluan tenaga kerja, juga tidak ada boks pendingin. Sedangkan nelayan yang menggunakan boat besar dan melaut sampai tiga atau empat hari kadang hanya menghasilkan pendapatan sebesar 3 juta rupiah, sementara biaya yang dikeluarkan untuk operasional melaut jauh lebih besar dari jenis boat kecil. Sehingga kalau diperhitungkan pendapatan nelayan yang menggunakan boat kecil dengan waktu satu hari lebih besar dari pada nelayan yang menggunakan boat besar dengan waktu 3 atau 4 hari. Variabel lama melaut X 14 mempunyai koefisien sebesar 3958,320 bermakna bahwa dengan adanya tambahan waktu melaut selama 1 jam maka akan dapat meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.3.958,32 dengan asumsi ceteris paribus. Hal ini menunjukkan tambahan waktu melaut walaupun dapat meningkatkan pendapatan bagi nelayan tetapi tidak signifikan secara statistik. Hasil ini berbeda dengan penelitian Sasmita 2006 yang menemukan variabel waktu melaut berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan.

4.12. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak