pulau Jawa, Bhikkhu Narada Thera memberikan khotbah-khotbah dan Dhamma di beberapa tempat yang ditandai pemberkahan penanaman pohon Bodhi di pekarangan
candi Borobudur sekaligus membantu pendirian Java Buddhist Association Perhimpunan agama Buddha yang pertama di Bogor dan Jakarta dengan menjalin
kerja sama yang erat dengan bhiksu-bhiksu dari kelenteng-kelenteng dan Perkumpulan Theosofi Indonesia di Jakarta, Bogor, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Beliau kemudian
melantik upasaka-upasaka dan upasika-upasika di tempat-tempat yang beliau kunjungi. Salah satunya adalah bapak Maha Upasaka S. Mangunkowotjo di Yogyakarta, seorang
tokoh umat Buddhis dan anggota MPR di Jawa Tengah. Pada tanggal 22 Mei 1953 Waisak 2497, umat Buddhis bersama
Perkumpulan Theosofi Indonesia merayakan upacara Waisak yang dipimpin oleh Anagarika Tee Boan An di Candi Borobudur. Dengan demikian api Buddha Dharma
menyala kembali di Indonesia. Beliau memasuki kehidupan samanera dengan menerima diksa secara Mahayana dari Mahabhiksu Pen Ching sebelum berangkat ke Burma untuk
memperdalam pengetahuannya tentang Agama Buddha. Pada bulan April 1954, beliau menerima upasampada dari Mahathera Mahasi Sayadaw dan diberi gelar nama Bhikkhu
Ashin Jinarakkhita sekaligus adalah putra Indonesia pertama yang menjadi bhikkhu sesudah runtuhnya kerajaan Majapahit. Pada tanggal 17 Januari 1955, beliau kembali ke
Indonesia dan tanggal 14 Juli 1955, beliau mendirikan Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia PUUI sebagai organisasi umat awam yang membantuk Sangha Agung
Indonesia SAGIN dalam mengembangkan Agama Buddha di Indonesia. Tahun 1972, PUUI diganti menjadi Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia
MUABI yang kemudian disempurnakan lagi menjadi Majelis Upasaka Pandita Agama Buddha Indonesia dengan singkatan yang tetap yaitu MUABI. Akhir tahun 1979, nama
MUABI diubah menjadi Majelis Buddhayana Indonesia MBI. Lambang PUUI dipakai hingga sekarang.
II. 2.3. Hari-Hari Suci
1. Hari Uposatha, hari puasa dan kebaktian umum yang jatuh pada tanggal 1, 8, 15, dan
23 menurut penanggalan bulan lunar. 2.
Hari Waisak, hari raya umat Buddhis yang utama. Ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional sesuai Surat Keppres RI No. 3 Tahun 1983. Hari suci Waisak memperingati
tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama yang jatuh di saat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
bersamaan yaitu bulan purnama di bulan Waisak sehingga dikenal hari Sang Buddha yang jatuh pada bulan Mei.
3. Hari Asadha, memperingati khotbah pertama Sang Buddha di Isipatana Taman
Rusa sehingga dikenal dari Dhamma yang jatuh pada bulan Juli. 4.
Hari Kathina, memperingati selesainya musim hujan di India. Bhikkhu-Bhikkhuni tidak boleh mengembara di musim hujan karena banyak binatang-binatang kecil
yang berkembang biak bisa terinjak maupun tergiring roda-roda kendaraan selama perjalanan. Maka Bhikkhu-Bhikkhuni menetap untuk bermeditasi Vassa sehingga
dikenal hari Sangha yang biasanya dirayakan tiga empat bulan setelah Hari Asadha. 5.
Hari Magha Puja, memperingati hari pertemuan para Arahat di bulan Magha yaitu bulan Februari atau Maret, di mana pertemuan ini adalah tanpa diundang ataupun
direncanakan lebih dulu dan semua Bhikkhu yang memiliki enam kemampuan gaib ini adalah Ehi Bhikkhu yaitu bhikkhu yang ditabiskan langsung oleh Sang Buddha
sendiri. 6.
Hari Ulambana, hari berdana kepada Sangha berupa jubah, obat-obatan, dan makanan di saat selesainya Vassa Bhikkhu-Bhikkhuni di bulan 7 tanggal 15.
Kemudian berkembang menjadi berdana kepada fakir miskin. Bakti ini dulunya diajarkan Sang Buddha kepada Bhikkhu Mogallana yang ingin menolong ibunya
yang terlahir di alam Setan Kelaparan namun gagal karena karma buruk tidak dapat diubah kecuali melakukan kebajikan dan berdana kepada Sangha.
7. Hari Metta, ditandai dengan melakukan kegiatan yang bersifat cintakasih seperti
tidak melakuka n kejahatan, memberikan dana, dan membebaskan binatang ke alam bebas. Dicetuskan saat berdirinya rumah sakit Buddhis di Hongkong yang dihadiri
umat Buddhis dari berbagai negara.
II. 3. Agama Khonghucu Agama Khonghucu adalah istilah yang muncul sebagai akibat dari keadaan