II. 1.3.
Data-Data Umum Vihara
Suatu bangunan dapat dikatakan sebagai vihara apabila terdiri dari : Peraturan Departemen Agama RI nomor H IIIBA.01.10311992, Bab II.
1. Uposathagara atau Sima
Gedung tempat pentahbisan Bhikkhu atau Bhikkhuni, merupakan suatu area yang memiliki batas-batas tertentu yang dibuat menurut aturan
keagamaan. Dalam ruangan ini terdapat altar yang merupakan tempat perletakan Pratima Sang Buddha, Boddhisatva, Dewa, Guru atau Orang
Suci Buddhis, Lambang Buddhis dan Relik Suci. Selain itu terdapat alat perlengkapan kebaktian.
2. DhammasalaDhammasabha Balai Dhamma
Gedung atau ruang khotbah, mengajar dan diskusi ajaran Buddha atau tempat pertemuan keagamaan. Dalam ruangan ini terdapat juga altar yang
isinya sama atau kurang lebih sama dengan di Uposathagara. Jika tidak memungkinkan Dhammasala digabungkan dengan Uposathagara.
3. Kuti
Adalah bangunan untuk tempat tinggal para Viharawan yaitu para bhikkhuni, Samanerai, Upasakasika yang melaksanakan Atthasila.
Banyak kuti tergantung pada jumlah para Viharawan di Vihara tersebut. 4.
Sarana pendidikan 5.
Tempat meditasi 6.
Ruang-ruang lain
II. 1.4. Dasar-dasar Peletakan Vihara
Dasar-dasar Pengaturan Vihara sebagai Objek Puja antara lain
Bhikkhu Subalaratono dan Samanera Uttamo, Puja : 29-31 :
a. Tata Meletakkan Lampu
Penyinaran altar yang lebih terang dari bagian lain dalam ruangan ini akan menarik perhatian maksimal kepada Altar. Pemilihan warna yang teduh
misalnya merah, hijau dan biru. b.
Tata Suara Dalam kebaktian umat biasanya tersedia pengeras suara. Gunanya dalam
pembacaan paritta sering suara umat tidak sama tinggi rendahnya. c.
Tata Letak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud disini adalah tempat duduk bhikkhu Sangha, pimpinan kebaktian dan umat. Untuk bhikkhu Sangha dapat disediakan temapt yang
lebih tinggi dari umat. Maksudnya sebagai penghormatan sila latihan yang dilaksanakan.
d. Tata Taman
Ruangan kebaktian yang ideal memiliki taman juga. Taman ini berguna untuk memberikan suasana teduh dan nyaman, sehingga dapat menjernihkan
pikiran dan kekotorannya sewaktu umat mempersiapkan diri dalam kebaktian. Lingkungan yang segar dan bersih memupuk pikiran positif serta
menarik perhatian bagi pengunjung tempat kebaktian yang menjadi sumber penghormatan utama.
e. Tata Bangunan
Bangunan utama dimana altar berada, ditempatkan sebagai pusat dari bangunan lain yang ada di sekelilingnya. Peninggian pada bagian tengah
bangunan akan membantu pertukaran udara yang lebih baik sehingga ruang kebaktian tidak terasa panas demikian juga dengan resonansi suara yang
lebih sempurna dalam pembacaan paritta. Secara psikologis, bentuk atap yang menjulang tinggi akan membantu menumbuhkan kesan kecil untuk
orang yang berada di bawahnya.
II. 2. Agama Buddha Agama Buddha ialah
agama dan
falsafah yang berasaskan ajaran Buddha
Śākyamuni Siddhārtha Gautama yang mungkin lahir pada kurun ke-5 sebelum masehi. Agama Buddha menyebar ke benua India dalam 5 kurun selepas Baginda meninggal
dunia. Dalam dua ribu tahun yang seterusnya, agama Buddha telah menyebar ke tengah, tenggara dan timur
Asia . Kini, agama Buddha telah dipaparkan sebagai tiga aliran
utama, yaitu Theravāda
Bahasa Sanskrit :
Sthaviravāda ,
Mahāyāna , and
Vajrayāna .
Agama Buddha terus menarik orang ramai menganutnya di seluruh dunia dan mempunyai lebih kurang 350 juta penganut. Agama Budddha dikenali sebagai salah
satu agama yang paling besar di dunia. Seorang Buddha ialah seorang yang mendapati alam semula jadi yang benar
melalui pelajarannya yang bertahun-tahun, penyiasatan dengan pengamalan agama pada masanya dan pertapaan. Penemuannya dikenali sebagai
Bodhi atau Pemahaman.
Sesiapa yang bangun dari Ketiduran Kejahilan secara langsung yang mengenali alam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
semula jadi nyata yang sebenar dikenali sebagai Buddha. Śākyamuni dikatakan sebagai Buddha yang terkini daripada banyak Buddha. Terdapat banyak Buddha akan dilahirkan
selepas Śākyamuni dan banyak Buddha dilahirkan sebelum Śākyamuni. Mengikut ajaran Buddha, sesiapa dapat mempelajarinya dan juga memahami alam semula jadi
nyata yang sebenar seperti Buddha dengan menurut kata-kata Buddha yang dikenali sebagai Dharma dan mempraktikkannya dengan mengamalkan kehidupan yang
bermoral dan pemikiran yang bersih. Secara keseluruhan, tujuan seorang menganut agama Buddha adalah untuk menamati segala kesusahan dalam kehidupan. Bagi
mencapai matlamat ini, penganut Buddha harus membersihkan dan melatih minda sendiri dengan mengikut Lapan Jalan Tepat, atau Jalan Tengah supaya memahami
kenyataan yang sebenar lalu mencapai kebebasan dari segala kesusahan, iaitu nirodha
atau
nirvāna Pāli nibbāna www. wikipedia.org.
II. 2.1. Riwayat Hidup Buddha Gautama