Motivasi Indikator Kebutuhan Penghargaan

Menurut Sarwono 2003 desa yang memiliki kepala desa yang selalu memberikan motivasi setiap pelaksanaan kegiatan posyandu lansia akan lebih baik kinerja dan kelestarian posyandunya di bandingkan dengan desa yang kepala desanya tidak memberikan motivasi sama sekali. Dukungan motivasi tersebut dapat berupa pemberian tugas yang selalu di monitor dan di supervisi, selalu mempertimbangkan kemampuan kader sebelum memberi tugas, kebiasaan kepala desa untuk melakukan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu. Menurut Notoatmodjo 2005 selain dukungan tokoh masyarakat, dukungan tokoh agama juga mempunyai pengaruh di masyarakat. Selanjutnya tokoh agama ini dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat. Dukungan dari tokoh agama sangat berperan penting dalam memotivasi perilaku seorang kader dalam kegiatan posyandu lansia. Robbins 2006, menyatakan hubungan antara atasan dan bawahan serta hubungan sesama pegawai merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam organisasi. Hubungan menyangkut jalinan komunikasi baik vertikal, horizontal dan diagonal mempengaruhi kinerja dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien bagi organisasi.

d. Motivasi Indikator Kebutuhan Penghargaan

Hasil penelitian tentang motivasi indikator kebutuhan penghargaan diketahui sebagian besar responden menyatakan setuju, ragu-ragu dan sangat tidak setuju Tabel 4.5. Skor rata-rata indikator kebutuhan penghargaan merupakan skor tertinggi Universitas Sumatera Utara urutan ketiga, yaitu sebesar 12,2 Tabel 4.8 masih jauh dibawah mean hipotetis 25. Hal ini memberikan gambaran bahwa kebutuhan penghargaan kepada kader sebagian besar belum terpenuhi. Hasil wawancara terhadap kader posyandu lansia kebutuhan tentang penghargaan berupa insentif memang ada diberikan organisasi selain gaji, namun pemberian insentif belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penghargaan dalam bentuk bentuk lain non material belum sesuai dengan kebutuhan, sehingga mereka bekerja apa adanya.. Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan penghargaan belum sepenuhnya terpenuhi oleh organisasi. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Widiastuti 2005 bahwa pemerintah Propinsi Bali telah berupaya memotivasi kader dengan memberikan insentif sebesar Rp. 15.000 per bulan, selain itu, kader juga mendapatkan kemudahan dalam pengurusan KTP dan sebagainya. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi Maslow dalam Robbins 2006 menyatakan bahwa kebutuhan penghargaan appreciation needs, adalah kebutuhan akan status atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi dapat memotivasi seseorang dalam bekerja. Menurut Herzberg dalam Luthans 2003, bahwa tidak ada satu organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada tenaga kerjanya atau meningkatkan kinerja, jika tidak memiliki sistem kompensasi dan gaji yang realistis, apabila sistem kompensasi dan penggajian diimplementasikan dengan benar maka akan memotivasi pegawai. Hal senada juga dikemukakan oleh Gibson et al. 1996 bahwa motivasi Universitas Sumatera Utara ekstrinsik dalam bentuk penghargaan dapat menjadi motivator setiap karyawan untuk mencapai kinerja yang lebih baik dengan memberi penghargaan, perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja karyawan.

e. Motivasi Indikator Kebutuhan Aktualisasi