Kemampuan Intelektual Kemampuan Fisik

terbatasnya dana untuk makanan tambahan, terbatasnya sarana dan prasarana, tidak adanya imbalan serta kurangnya supervisi dari petugas kelurahan dan kecamatan. Penelitian ini juga sejalan dengan teori Robbins 2006 menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu: a kemampuan intelektual intelectual ability merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, b kemampuan fisik physical ability merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik. Demikan juga dengan pendapat Gibson et al. 1996, bahwa secara individual kemampuan merupakan kondisi mental dan fisik seseorang dalam menjalankan suatu aktivitas atau pekerjaan. Pembahasan variabel kemampuan untuk masing-masing indikator sebagai berikut:

a. Kemampuan Intelektual

Hasil penelitian tentang kemampuan kerja indikator kemampuan intelektual diketahui 50 responden kadang-kadang melakukan aktivitas secara mental dalam pelaksanaan kegiatan posyandu Tabel 4.9. Hal ini memberikan gambaran bahwa kemampuan secara intelektual kader posyandu belum baik dan terkait dengan lama kerja kader 5 tahun sebanyak 55,9 Tabel 4.1 Hasil wawancara terhadap kader posyandu lansia bahwa kepala Puskesmas belum sepenuhnya melaksanakan pembimbingan, pembinaan dan pengarahan kepada kader posyandu lansia. Kepala Puskesmas memberikan pembimbingan, pembinaan dan pengarahan jika dirasa perlu. Menurut kader mereka perlu arahan atau bimbingan Universitas Sumatera Utara dalam pelaksanaan kegiatan psoyandu lansia. Ketika dikonfirmasi kepada kepala Puskesmas pembimbingan, pembinaan dan pengarahan tetap diberikan, namun tidak rutin, karena kader juga sibuk dengan berbagai kegiatan, jadi kegiatan bimbingan dilakukan secara berkala. Hasil penelitian Sukiarko 2007, menyimpulkan bahwa pembinaan kader merupakan sarana penting dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam kegiatan Posyandu. Kader terampil akan sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan sehingga informasi dan pesan-pesan tentang lansia akan dapat disampaikan kepada masyarakat serta beberapa penyebab kurang berfungsinya posyandu karena lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat kurang berfungsi, kemampuan kader di Posyandu yang masih rendah, tingkat kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang dikumpulkan kader masih rendah, serta 90 kader membuat kesalahan. Salah satu kesalahan kader yang paling sering dijumpai adalah teknik penimbangan yang kurang tepat. Lebih jauh lagi, hanya 40,7 kader yang tahu manfaat Kartu Menuju Sehat KMS untuk konseling.

b. Kemampuan Fisik

Hasil penelitian tentang kemampuan kerja indikator kemampuan fisik diketahui 50 responden kadang-kadang melakukan aktivitas secara fisik dalam pelaksanaan kegiatan posyandu Tabel 4.9. Hal ini memberikan gambaran bahwa dalam pelaksanaan kegiatan posyandu lansia kontribusi kegiatan fisik kader lebih Universitas Sumatera Utara besar berperan dalam memberikan pelayanan dan terkait dengan umur kader 26-33 tahun sebanyak 55,8 Tabel 4.1 Hasil wawancara terhadap kader posyandu 52,9 tamat SLTA Tabel 4.1 menyadari bahwa kegiatan secara fisik lebih sering dilakukan dalam kegiatan posyandu, namun kegiatan secara fisik juga belum optimal dilakukan karena keterbatasan kemampuan yang dimilki dalam kegiatan posyandu lansia. Petugas kesehatan yang menjadi pembina kader di Posyandu diharapkan lebih memperhatikan keterampilan kader dengan terlibat secara aktif dan menyeluruh dalam kegiatan Posyandu.. Hasil penelitian Sukiarko 2007, menyimpulkan selama ini kader telah memperoleh pelatihan dasar dan penyegaran tentang kegiatan pelayanan di Posyandu dengan pendekatan konvensional, yaitu pelatihan yang diberikan secara ceramah dan tanya jawab oleh pelatih. Salah satu kelemahan dari metode konvensional adalah hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi tidak meningkatkan keterampilan peserta latih. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN