ekstrinsik dalam bentuk penghargaan dapat menjadi motivator setiap karyawan untuk mencapai kinerja yang lebih baik dengan memberi penghargaan, perusahaan akan
dapat meningkatkan kinerja karyawan.
e. Motivasi Indikator Kebutuhan Aktualisasi
Hasil penelitian tentang motivasi indikator kebutuhan aktualisasi diketahui sebagian besar responden menyatakan ragu-ragu dan sangat tidak setuju Tabel 4.6.
Hal ini memberikan gambaran bahwa kebutuhan aktualisasi seperti mengikuti seminar, pelatihan, memberikan penyuluhan dan kesempatan untuk kreatif belum
terpenuhi oleh organisasi dalam kegiatan posyandu lansia. Hasil wawancara terhadap kader posyandu lansia tentang kebutuhan
aktualisasi belum ada peluang diberikan organisasi seperti kebutuhan pengembangan diri semaksimal mungkin, dan kreatifitas. Menurut kader kebutuhan akan hidup
sehari-hari saja belum sepenuhnya terpenuhi, karena kesibukan sehari-hari maka hampir tidak pernah terpikirkan untuk kebutuhan aktualisasi. Menurut kader
organisasi lebih memahami tentang masalah kebutuhan aktualisasi. Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan aktualisasi belum
sepenuhnya terpenuhi oleh organisasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi Maslow dalam Robbins 2006 menyatakan bahwa orang akan berusaha
memenuhi kebutuhan pokok sebelum berusaha memenuhi kebutuhan lebih tinggi. Lebih lanjut Maslow menyatakan bahwa kebutuhan tidak muncul secara bersama-
sama pada saat yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini didukung teori motivasi Herzberg dalam Hasibuan 2005, yang menyatakan bahwa karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan
kemampuannya misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang pendidikannya, karena hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan mendorongnya lebih giat dalam bekerja.
Hal senada juga dikemukakan oleh Gibson et al. 1996 bahwa motivasi ekstrinsik dalam bentuk pengembangan karir dapat menjadi motivator setiap
karyawan untuk mencapai kinerja yang lebih baik dengan memberi kesempatan pengembanagn diri perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja karyawan.
5.3 Pengaruh Kemampuan Kerja terhadap Kinerja Kader
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara univariat kemampuan kerja kategori kurang baik sebanyak 16 orang 47,1 Tabel 4.10, hal ini memberikan
gambaran bahwa kemampuan kerja kader meliputi; kemampuan intelektual dan kemampuan fisik dalam pelaksanaan kegiatan posyandu belum sepenuhnya baik.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan kader posyandu secara fisik maupun intelektual belum spenuhnya mendukung
kelancaran pelaksanaan kegiatan posyandu lansia. Hal ini memberikan masukan bagi manajemen puskesmas karena kemampuan merupakan salah satu faktor penentu
dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara terhadap kader posyandu lansia bahwa mereka menyadari kemampuan baik secara fisik maupun intelektual masih kurang baik dari segi
pengalaman dan keterampilan sebagai kader dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan sewaktu kegiatan posyandu lansia berlangsung.
Hasil penelitian secara multivariat menggunakan uji regresi berganda menunjukkan variabel kemampuan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja
kader dengan nilai p=0,044 Tabel 4.21, artinya semakin baik kemampuan kerja maka kinerja kader posyandu lansia semakin optimal dalam pelaksanaan kegiatan
posyandu lansia. Salah satu unsur tokoh informal masyarakat terutama di wilayah pedesaan
adalah para kader, disebabkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki serta kedekatan emosional yang dibangun dengan masyarakat setempat. Namun demikian,
karena sifat pekerjaannya yang sukarela, maka keaktifan mereka sangat tergantung kepada dukungan tokoh agama dan tokoh masyarakat serta instansi yang menangani.
Menurut Depkes.RI 1998, keterampilan petugas adalah tehnik yang dimiliki oleh petugas dalam memberikan pelayanan berdasarkan kemampuan dan standar
pelayanan yang telah ditetapkan. Keterampilan petugas posyandu merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistim pelayanan di posyandu, karena dengan
pelayanan kader yang terampil akan mendapat respon positif dari lansia, sehingga terkesan ramah, baik, pelayanannya teratur hal ini yang mendorong lansia rajin ke
Universitas Sumatera Utara
posyandu. Ketrampilan dalam hal ini dilihat dalam usaha melancarkan proses pelayanan di posyandu.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kemampuan fisik adalah dengan memberikan pelatihan bagi kader posyandu.
Menurut Mantra 2000 mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kader dengan cara mengikuti kursus, pelatihan dan refreezing secara berkala dari segi pengetahuan,
teknis dari beberapa sektor sesuai dengan bidangnya. Pengetahuan yang dimiliki oleh kader untuk usaha melancarkan proses pelayanan di posyandu. Proses kelancaran
pelayanan posyandu di dukung oleh keaktifan kader. Aktif tidaknya kader posyandu dipengaruhi oleh fasilitas mengirim kader ke
pelatihan kesehatan, pemberian buku panduan, mengikutkan seminar-seminar kesehatan penghargaan, kepercayaan yang diterima kader dalam meberikan
pelayanan mempengaruhi aktif tidaknya seorang kader posyandu. Penghargaan bagi kader dengan mengikutkan seminar dan pelatihan serta pemberian modul-modul
panduan kegiatan pelayanan kesehatan. Dengan beberapa kegiatan tersebut diharapakan kader merasa mampu dalam memberikan pelayanan dan aktif datang di
setiap kegiatan posyandu Mantra, 2000. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil kajian Puspasari 2002 tentang
kinerja Kader Posyandu menunjukkan bahwa kinerja Kader Posyandu dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti: rendahnya tingkat partisipasi pengguna posyandu,
Universitas Sumatera Utara
terbatasnya dana untuk makanan tambahan, terbatasnya sarana dan prasarana, tidak adanya imbalan serta kurangnya supervisi dari petugas kelurahan dan kecamatan.
Penelitian ini juga sejalan dengan teori Robbins 2006 menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu: a kemampuan intelektual intelectual
ability merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, b kemampuan fisik physical ability merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan
stamina kekuatan dan karakteristik fisik. Demikan juga dengan pendapat Gibson et al. 1996, bahwa secara individual kemampuan merupakan kondisi mental dan fisik
seseorang dalam menjalankan suatu aktivitas atau pekerjaan. Pembahasan variabel kemampuan untuk masing-masing indikator sebagai
berikut:
a. Kemampuan Intelektual