Fasilitas atau Peralatan yang Tersedia di Posyandu Lansia Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Kader

salah satu tugas utama kader adalah menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu.

b. Fasilitas atau Peralatan yang Tersedia di Posyandu Lansia

Hasil observasi pada posyandu lansia diketahui bahwa fasilitas yang ada di posyandu lansia sudah lengkap sesuai dengan standar peralatan posyandu lansia Depkes RI, 2005. Meskipun fasilitas atau peralatan yang tersedia di posyandu lansia sudah sesuai standar, namun lansia merasakan belum memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan pengamatan penulis, fasilitas kesehatan sarana dan prasarana yang tersedia pada posyandu Lansia belum sesuai dengan kebutuhan kesehatan Lansia yang mengalami proses degeneratif. Menurut Azwar 2000, tuntutan kesehatan berkaitan dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, dengan demikian perkembangan teknologi perlu diperhatikan agar kegiatan pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan bermutu terhadap konsumen.

5.2 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Kader

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara univariat motivasi kategori sedang sebanyak 17 orang 50,0 Tabel 4.7, hal ini memberikan gambaran bahwa motivasi kader posyandu lansia meliputi; kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi belum terpenuhi oleh organisasi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kontribusi motivasi kader berdasarkan teori motivasi kebutuhan sebagian besar secara hirarki belum terpenuhi. Hal ini memberikan masukan bagi manajemen puskesmas dalam hal pemberian motivasi kepada kader posyandu dalam rangka meningkatkan derajat kesehaatan para lansia . Hasil penelitian secara multivariat menggunakan uji regresi berganda menunjukkan variabel motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja kader posyandu lansia dengan nilai p=0,000 Tabel 4.21, artinya semakin tinggi motivasi maka kinerja kader semakin optimal dalam kegiatan posyandu lansia. Hasil penelitian ini sesuai pedoman penyelenggaraan posyandu Depkes RI, 2006 disebutkan bahwa seorang kader merupakan tenaga yang bekerja secara sukarela dan tanpa pamrih, namun pada wilayah tertentu yang kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya sudah baik, biasanya kader posyandu dimotivasi melalui pemberian penghargaan reward atas kesediaannya membantu program peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan di posyandu. Perhatian dari pemerintah dan masyarakat terhadap kader dapat diimplementasikan dalam berbagai bentuk, karena perhatian tersebut merupakan salah satu faktor yang memotivasi kader dalam kegiatan posyandu. Kader yang mempunyai motivasi tinggi akan berupaya untuk mencapai tujuan kegiatan posyandu. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Widiastuti 2005 bahwa pemerintah Propinsi Bali telah berupaya memotivasi kader dengan memberikan Universitas Sumatera Utara insentif sebesar Rp. 15.000 per bulan, selain itu, kader juga mendapatkan kemudahan dalam pengurusan KTP dan sebagainya. Demikian juga dengan hasil penelitian Sihombing dan Yuristianti 2000 di Kecamatan Kanggime dan Kecamatan Kembu Propinsi Papua bahwa perlu dilakukan identifikasi khusus bagi kader yang aktif untuk diberikan perhatian sebagai penghargaan atas partisipasi dan kerelaannya ikut berpartisipasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Penghargaan ini dapat diwujudkan dalam bentuk pelayanan dan pengobatan cuma- cuma bagi para kader dan keluarga mereka. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi Maslow dalam Robbin 2006, mengasumsikan bahwa orang berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok fisiologis sebelum berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi realisasi tinggi. Maslow menyatakan bahwa kebutuhan tidak muncul secara bersama-sama pada saat yang sama. Kebutuhan ynag lebih rendah dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi mulai mengendalikan prilaku seseorang. Maslow memisahkan kelima kebutuhan sebagai kategori tinggi dan kategori rendah. Kebutuhan kategori tinggi dipenuhi secara internal di dalam diri orang itu. Sedangkan kebutuhan kategori rendah terutama dipenuhi secara eksternal dengan upah, kontrak serikat buruh, dan masa kerja. Demikan juga dengan pendapat Gibson et al. 1996, menyatakan bahwa manusia termotivasi untuk bekerja dengan bergairah ataupun bersemangat tinggi, apabila ia memiliki keyakinan akan terpenuhinya harapan-harapan yang didambakan Universitas Sumatera Utara serta tingkat manfaat yang akan diperolehnya. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi terpenuhinya akan harapan-harapan dan hasil kongkrit yang akan diperolehnya, maka semakin tinggi pula motivasi positif yang akan ditunjukkan olehnya. Pembahasan variabel motivasi untuk masing-masing indikator sebagai berikut:

a. Motivasi Indikator Kebutuhan Fisik