Motivasi Indikator Kebutuhan Sosial

pengembangan karir, sehingga kader belum sepenuhnya termotivasi aktif dalam kegiatan posyandu. Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika serangkaian hambatan ditemui oleh kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu lansia maka rmotivasi menjadi rendah, salah satu penyebabnya adalah kebutuhan dasar kader belum terpenuhi dan kurangnya perhatian organisasi, hal ini terkait dengan pendapatan kader 52.9. UMP NAD. Maslow dalam Robbins 2006, menyatakan ketika kebutuhan yang paling mendasar terpenuhi maka seseorang akan berusaha untuk akan mencari kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan akan perlindungan rasa aman serta kebutuhan akan perlakuan yang adil dan jaminan hari tua. Hasil yang menarik dalam peneltian ini ketika kebutuhan fisik belum terpenuhi, maka kebutuhan selanjutnya secara hirarki sulit terpenuhi, karena kader merupakan tenaga sukarela. Hal ini tampaknya selaras dengan argumentasi Maslow karena pada jenjang kebutuhan kedua, yaitu kebutuhan akan rasa aman berkontribusi lebih besar terhadap motivasi, artinya, untuk mencapai level kebutuhan tertinggi tahap-tahap yang dilewati sepenuhnya berurutan, dimana untuk mencapi kebutuhan rasa aman harus terpenuhi kebutuhan fisik terlebih dahulu.

c. Motivasi Indikator Kebutuhan Sosial

Hasil penelitian tentang motivasi indikator kebutuhan sosial diketahui sebagian besar responden menyatakan setuju, ragu-ragu dan tidak setuju Tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Hal ini memberikan gambaran bahwa kebutuhan sosial kader sebagian besar belum terpenuhi dalam kegiatan posynadu lansia. Hasil wawancara terhadap kader pssyandu di desa hubungan dengan atasan dan petugas kesehatan lain kurang harmonis, namun rasa persahabatan dengan masyarakat desa dan rekan kerja terjalin dengan baik dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Menurut kader ketika melaksanakan kegiatan posyandu merupakan tanggungjawab penuh kader secara individu dan dukungan pimpinan dirasakan kurang, sehingga kebutuhan sosial bidan desa seperti dukungan pimpinan kurang terpenuhi. Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika pengakuan hasil kerja oleh atasan, rekan kerja, petugas kesehatan lain dan masyarakat kurang diakui dalam kegiatan posyandu lansia maka kader kurang termotivasi. Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa secara intrinsik atau internal setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang berpotensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri yang berasal dari dalam diri sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan dan siap memikul tanggung jawab yang lebih besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg dalam Luthans 2003, untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama pegawai maupun atasan dan bawahan. Universitas Sumatera Utara Menurut Sarwono 2003 desa yang memiliki kepala desa yang selalu memberikan motivasi setiap pelaksanaan kegiatan posyandu lansia akan lebih baik kinerja dan kelestarian posyandunya di bandingkan dengan desa yang kepala desanya tidak memberikan motivasi sama sekali. Dukungan motivasi tersebut dapat berupa pemberian tugas yang selalu di monitor dan di supervisi, selalu mempertimbangkan kemampuan kader sebelum memberi tugas, kebiasaan kepala desa untuk melakukan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu. Menurut Notoatmodjo 2005 selain dukungan tokoh masyarakat, dukungan tokoh agama juga mempunyai pengaruh di masyarakat. Selanjutnya tokoh agama ini dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat. Dukungan dari tokoh agama sangat berperan penting dalam memotivasi perilaku seorang kader dalam kegiatan posyandu lansia. Robbins 2006, menyatakan hubungan antara atasan dan bawahan serta hubungan sesama pegawai merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam organisasi. Hubungan menyangkut jalinan komunikasi baik vertikal, horizontal dan diagonal mempengaruhi kinerja dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien bagi organisasi.

d. Motivasi Indikator Kebutuhan Penghargaan