Lembaga Pemasaran Analisis pemasaran jeruk siam di kampung Wadio, distrik Nabire Barat, kabupaten Nabire, Papua

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Lembaga Pemasaran

Lembaga-lembaga pemasaran yang berperan dalam kegiatan pemasaran jeruk di Kampung Wadio adalah pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Pedagang pengecer yang terlibat dalam pemasaran terdiri dari pengecer lokal dan pengecer non lokal. Pedagang pengecer lokal dibedakan berdasarkan tempat penjualan jeruk dan fasilitas yang digunakan menjadi tiga jenis, yaitu pengecer keliling, pengecer pasar maupun pengecer yang menjual jeruk di pinggir-pinggir jalan.

6.1.1. Petani

Petani yang dimaksud adalah petani yang mengusahakan atau melakukan budidaya jeruk siam di Kampung Wadio. Petani melakukan penjualan jeruk kepada pedagang pengumpul, pedagang pengecer lokal dan konsumen. Penjualan kepada pedagang pengumpul tidak dilakukan secara rutin, akan tetapi tergantung kepada kematangan jeruk petani. Volume penjualan jeruk kepada pedagang pengumpul rata-rata adalah sebanyak 25 peti atau 1.250 kilogram. Sedangkan penjualan kepada pedagang pengecer berkisar antara 5 – 10 tas atau setara dengan 75 – 150 kilogram. Jumlah penjualan kepada konsumen akhir maksimal sebanyak 50 kilogram. Jeruk yang dijual oleh petani kepada pedagang pengumpul, pengecer maupun konsumen pada umumnya berbentuk buah jeruk segar. Bentuk dan ukurannya masih dalam keadaan bervariasi, karena petani tidak melakukan proses grading . Harga jual yang berlaku pada saat petani melakukan penjualan disesuaikan dengan harga yang berlaku di pasar. Pada saat panen raya harga tertinggi jeruk siam di tingkat petani adalah Rp 2.500,00 per kilogram, sedangkan pada saat panen kecil harga tertinggi di tingkat petani adalah Rp 5000,00 per kilogram. Panen raya jeruk siam di Kampung Wadio pada umumnya berlangsung sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu pada Desember – Januari dan Juli – Agustus. Petani menghasilkan rata-rata 148 kilogram jeruk dengan intensitas panen satu kali dalam seminggu. Total produksi jeruk oleh petani dalam tiga bulan terakhir dapat dilihat pada Tabel 19. 58 Tabel 19. Total Produksi Petani Responden dan Harga Jeruk Rp dalam Tiga Bulan Terakhir Februari-April 2011 Bulan Produksi kg Harga Rpkg Februari 481,54 3.826,67 Maret 581,15 3.453,33 April 713,85 3.100,00 Rata-Rata 592,18 3.460,00 Pada bulan Februari jumlah produksi jeruk yang dihasilkan petani rata-rata adalah 481,52 kilogram dengan harga rata-rata yang berlaku Rp 3.826,67 per kilogram. Pada bulan ini jumlah produksi jeruk di Kampung Wadio dalam keadaan sedikit, karena telah melewati periode musim panen. Pada bulan Maret, produksi jeruk mengalami sedikit peningkatan yaitu 581,15 kilogram. Jumlah jeruk yang tersedia di pasar dalam keadaan cukup sehingga harga jeruk pun sedikit mengalami penurunan menjadi Rp 3.453,33 per kilogram. Pada bulan April, jumlah jeruk di pasar kembali meningkat karena mendekati periode musim panen. Rata-rata jumlah produksi jeruk dalam bulan April adalah 718,83 kilogram dengan harga jual Rp 3.100,00 per kilogram. Sehingga diperoleh rata-rata jumlah produksi dalam tiga bulan tersebut yaitu 592,18 kilogram dalam sebulan dan rata- rata harga jual jeruk adalah Rp 3.460,00 per kilogram.

6.1.2. Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul yang dimaksud disini adalah pedagang pengumpul di tingkat desa. Pedagang pengumpul mengumpulkan hasil produksi jeruk petani di Kampung Wadio kemudian memasarkannya ke luar daerah. Lembaga pemasaran ini melakukan penjualan ke luar daerah dengan memanfaatkan transportasi laut, yaitu menggunakan kapal penumpang. Alasan pedagang pengumpul melakukan kegiatan pemasaran ini karena keuntungan yang diperoleh cukup menjanjikan, selain itu juga permintaan dari luar daerah cukup besar jumlahnya, yaitu rata-rata 200 peti 1.000 kilogram setiap periode penjualan. Kapal yang digunakan untuk mengirim jeruk adalah kapal penumpang yang singgah di Pelabuhan Nabire. Kapal-kapal tersebut yaitu Kapal Labobar, Kapal Nggapulu dan Kapal Dorolonda. Kapal-kapal ini singgah sebanyak tiga kali dalam seminggu. Kapal-kapal tersebut mulai berlayar dari pelabuhan Tanjung Priok 59 menuju ke timur Indonesia, hingga sampai ke pelabuhan terakhir yaitu Pelabuhan Jayapura. Kemudian kapal berlayar kembali ke arah barat menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Daerah tujuan penjualan jeruk yaitu Jayapura, Manokwari, Sorong, Ambon, Bitung dan Surabaya. Dua hari sebelum kapal masuk ke Pelabuhan Nabire, pedagang pengumpul mulai mengamati lahan milik petani yang akan dibeli. Pedagang pengumpul mendatangi lahan jeruk milik petani dan mengamati keadaan jeruk yang dimiliki petani tersebut. Apabila sebagian besar jeruk pada lahan petani tersebut sudah terlihat matang, dan memiliki ciri-ciri bahwa jeruk tersebut telah siap dipanen, maka pedagang pengumpul akan mendatangi petani tersebut untuk melakukan proses pembelian. 6.1.3. Pedagang Besar Umumnya pedagang besar merupakan pedagang yang berasal dari daerah tujuan pemasaran jeruk di luar Kabupaten Nabire. Pedagang besar terlebih dahulu memesan jeruk yang akan dibeli dengan menghubungi pedagang pengumpul yang telah menjadi langganannya melalui telepon. Pemesanan dilakukan dua hari sebelum kapal singgah di Pelabuhan Nabire. Setelah itu pedagang besar dari luar Nabire akan menjemput jeruk yang telah disiapkan oleh pedagang pengumpul. Hal ini dilakukan dengan menumpangi kapal penumpang yang akan membawa jeruk tersebut ke luar Kabupaten Nabire. Selanjutnya pedagang besar kembali ke daerah tujuan penjualan dengan menumpangi kapal yang sama, yaitu kapal yang juga mengangkut jeruk yang telah dibeli.

6.1.4. Pedagang pengecer

Pedagang pengecer merupakan pedagang yang menjual jeruk secara langsung kepada konsumen secara eceran. Pedagang pengecer non lokal membeli jeruk dari pedagang besar, kemudian menjualnya kepada konsumen akhir di pasar-pasar daerah setempat. Penjualan jeruk oleh pedagang pengecer non lokal dilakukan di luar Kabupaten Nabire seperti Jayapura, Sorong, Manokwari, Ambon, Makassar dan Surabaya. Sehingga yang menjadi konsumen pada pasar ini adalah konsumen yang ada di daerah tersebut. 60 Pedagang pengecer lokal membeli jeruk langsung dari petani tanpa melalui pedagang pengumpul desa, karena jarak antara lahan petani dengan tempat pedagang pengecer menjual jeruk hanya memakan waktu 25 menit perjalanan, sehingga dapat dengan mudah dijangkau oleh keduanya. Daerah penjualan pedagang pengecer adalah di sekitar Kabupaten Nabire. Terdapat beberapa jenis pedagang pengecer di daerah ini, yaitu pedagang pengecer pasar, pedagang pengecer keliling dan pedagang pengecer di pinggir jalan. Pedagang pengecer pasar menjual buah jeruk di pasar-pasar daerah setempat, seperti Pasar Kalibobo, Pasar Oyehe, Pasar Karang dan Pasar Sore. Tempat pedagang pengecer pasar berjualan adalah tetap pada satu tempat, dengan hanya menggunakan payung dan pengalas dari karung atau karpet pedagang sudah dapat membuka lapak untuk berjualan di pasar. Pasar-pasar lokal di daerah tersebut pada umumnya dalam keadaan ramai pada pagi hingga siang hari, sehingga pedagang pengecer pasar pun berjualan hanya pada pagi hingga siang hari. Sebagian kecil pedagang pengecer pasar ini melakukan pembelian langsung ke lahan jeruk petani. Karena sudah berlangganan untuk melakukan pembelian dengan petani, sebagian besar pedagang pengecer memperoleh buah jeruk yang akan dijual dengan memesan melalui telepon kepada petani, kemudian petani tersebut yang mengantar jeruk- jeruk yang telah dipesan ke tempat pedagang pengecer berjualan. Gambar 8. Pedagang Pengecer Pasar 61 Pedagang pengecer keliling merupakan pengecer yang melakukan penjualan dengan berkeliling, tempat pedagang ini berjualan tidak tetap pada satu tempat. Waktu berjualan pedagang pengecer keliling adalah pada pagi hingga sore hari dengan mendatangi lokasi–lokasi yang memungkinkan adanya pembeli. Jeruk dimasukkan ke dalam keranjang dan dijual berkeliling dengan menggunakan sepeda motor ke pemukiman-pemukiman, kantor-kantor, pasar- pasar dan tempat–tempat umum lainnya. Pedagang pengecer ini biasanya mendatangi petani untuk melakukan pembelian bahkan tidak jarang mereka sendiri yang melakukan pemanenan ke kebun petani. Gambar 9. Pedagang Pengecer Keliling Pedagang pengecer di pinggir jalan melakukan penjualan di pinggir- pinggir jalan yang ramai dilewati oleh calon konsumen. Namun tempat penjualan jeruk di pinggir jalan ini sebagian besar terdapat di Kampung Bumi Wonorejo. Biasanya konsumen akan mendatangi daerah tersebut untuk melakukan pembelian. Di pinggir jalan tersebut pedagang pengecer membangun stand-stand sebagai tempat berjualan. Pedagang-pedagang ini umumnya merupakan penduduk kampung setempat dan jarak rumah mereka dengan tempat berjualan tidak jauh, sehingga pedagang-pedagang tersebut dapat berjualan pada pagi hingga malam hari. Perbedaan antara ketiga jenis pedagang pengecer tersebut diuraikan pada Tabel 20. 62 Gambar 10. Pedagang Pengecer Pinggir Jalan Tabel 20. Perbedaan Antara Pedagang Pengecer Pasar, Pedagang Pengecer Keliling dan Pedagang Pengecer di Pinggir Jalan No Keterangan Pedagang Pengecer Pasar Pedagang Pengecer Keliling Pedagang Pengecer Pinggir Jalan 1 Lokasi berjualan Tetap Tidak tetap Tetap 2 Fasilitas yang digunakan: - Sepeda motor Tidak Ya Tidak - Payung Ya Tidak Tidak - Stand Tidak Tidak Ya - Keranjang Tidak Ya Tidak 3 Waktu berjualan Pagi hingga siang hari Pagi hingga sore hari Pagi hingga malam hari 4 Rata-rata volume pembelianpenjualan per hari 100 kg 75 kg 46,93 kg

6.2. Saluran Pemasaran