62
Gambar 10.
Pedagang Pengecer Pinggir Jalan
Tabel 20. Perbedaan Antara Pedagang Pengecer Pasar, Pedagang Pengecer
Keliling dan Pedagang Pengecer di Pinggir Jalan
No Keterangan
Pedagang Pengecer Pasar
Pedagang Pengecer Keliling
Pedagang Pengecer Pinggir
Jalan 1
Lokasi berjualan Tetap
Tidak tetap Tetap
2 Fasilitas yang digunakan:
- Sepeda motor Tidak
Ya Tidak
- Payung Ya
Tidak Tidak
- Stand Tidak
Tidak Ya
- Keranjang Tidak
Ya Tidak
3 Waktu berjualan
Pagi hingga siang hari
Pagi hingga sore hari
Pagi hingga malam hari
4 Rata-rata volume
pembelianpenjualan per hari
100 kg 75 kg
46,93 kg
6.2. Saluran Pemasaran
Terdapat enam pola saluran pemasaran jeruk dalam proses penyaluran jeruk siam dari petani jeruk di Kampung Wadio hingga konsumen akhir, baik
yang berada di Kabupaten Nabire maupun yang berada di luar Kabupaten Nabire. Keenam saluran pemasaran tersebut yaitu:
63 Saluran 1 : Petani – Pedagang pengumpul – Pedagang besar – Pedagang
pengecer non lokal – Konsumen Saluran 2 : Petani – Pedagang pengecer pasar – Pedagang pengecer pinggir jalan
– Konsumen Saluran 3 : Petani – Pedagang pengecer pasar – Konsumen
Saluran 4 : Petani – Pedagang pengecer keliling – Konsumen Saluran 5 : Petani – Pedagang pengecer pinggir jalan – Konsumen
Saluran 6 : Petani – Konsumen Saluran pemasaran jeruk di Kampung Wadio lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 12.
Keterangan :
: Saluran pemasaran 1 : Saluran pemasaran 2
: Saluran pemasaran 3 : Saluran pemasaran 4
: Saluran pemasaran 5 : Saluran pemasaran 6
Gambar 10
. Saluran Pemasaran Jeruk dari Kampung Wadio hingga Konsumen 50 kg
1.250 kg
100 kg 75 kg
100 kg 100 kg
50 kg Petani
Konsumen Pengecer pasar
Pengecer keliling
Pengecer pinggir jalan
Pedagang pengumpul
Pedagang besar
Pedagang pengecer non
lokal
64
6.2.1. Saluran Pemasaran 1
Pada saluran pemasaran 1, petani menjual jeruk kepada pedagang pengumpul desa, kemudian pedagang pengumpul desa menjual kepada pedagang
besar dengan melakukan pengiriman melalui transportasi laut yaitu menggunakan kapal penumpang. Sehingga kegiatan pembelian jeruk oleh pedagang pengumpul
hanya berlangsung saat adanya kapal laut yang singgah di Pelabuhan Nabire. Selain itu juga saat adanya permintaan dari pedagang di luar daerah. Kemudian di
luar daerah pedagang besar akan menjual buah jeruk tersebut kepada pedagang pengecer di daerah tersebut. Selanjutnya pedagang pengecer non lokal akan
menjual kepada konsumen akhir yang ada di daerah tersebut. Proses pembelian oleh pedagang pengumpul diawali dengan pengemasan buah jeruk dengan
menggunakan peti kayu. Peti kayu tersebut telah disiapkan terlebih dahulu oleh pedagang pengumpul. Kapasitas per peti adalah kurang lebih 50 kilogram. Setelah
dikemas dalam peti kayu, jeruk dijual dengan harga rata-rata Rp 3.460,00 per kilogram. Berbeda pada saat musim panen, harga jeruk mengalami penurunan,
harga terendah yang pernah diterima oleh petani mencapai Rp 1.400,00 per kilogram. Sedangkan pada saat jumlah produksi jeruk sangat sedikit, harga
terendah yang diterima oleh petani adalah Rp 3.800,00 per kilogram. Jeruk-jeruk yang telah berada di dalam peti selanjutnya diangkut dengan menggunakan truk
menuju pelabuhan, dimana kapal penumpang yang akan mengangkut jeruk-jeruk tersebut berlabuh. Setelah sampai di pelabuhan, peti-peti yang berisikan jeruk
tersebut dikemas lagi ke dalam container, tiap container dapat memuat 200 peti. Hal ini dilakukan agar jeruk-jeruk tersebut dapat diangkut menggunakan kapal
penumpang. Selanjutnya container tersebut akan dibawa oleh kapal penumpang menuju daerah tujuan penjualan. Setelah tiba di daerah tujuan penjualan,
pedagang besar menjual jeruk tersebut kepada pedagang pengecer di kota tersebut. Umumnya transaksi jual beli oleh pedagang besar dengan pedagang pengecer non
lokal dilakukan di tempat pembongkaran container. Pedagang pengecer non lokal menjual jeruk-jeruk tersebut di pasar-pasar yang ada di daerah tersebut.
Keputusan petani untuk menjual hasil produksi jeruknya kepada pedagang pengumpul disebabkan oleh faktor berikut, yaitu kemudahan dalam melakukan
transaksi dan pembelian dalam jumlah yang besar.
65
6.2.2. Saluran Pemasaran 2
Pada saluran pemasaran 2, petani menjual jeruk kepada pedagang pengecer lokal yang berjualan di pasar. Kemudian pedagang pengecer pasar
menjual kepada pedagang pengecer pinggir jalan, selanjutnya pedagang ini akan menjual kepada konsumen akhir. Pada umumnya pedagang pengecer pasar
melakukan pemesanan melalui telepon. Kemudian petani tersebut akan mengantar pesanan jeruk ke tempat yang telah ditentukan oleh pedagang pengecer pasar
dengan menggunakan sepeda motor. Jeruk dikemas di dalam tas-tas nilon oleh petani. Pedagang pengecer pasar membeli dengan harga rata-rata Rp 3.500,00 per
kilogram. Namun, pada saat musim harga jeruk terendah yang diterima oleh pedagang pengecer pasar adalah Rp 2.500,00 per kilogram. Sedangkan pada saat
produksi sangat sedikit, pedagang pengecer pasar membeli jeruk dengan harga Rp 5.000,00 per kilogram. Pedagang pengecer pinggir jalan mendatangi pasar untuk
melakukan pembelian jeruk. Transaksi ini biasanya dilakukan pada pagi hari, sebab pada siang hari, jeruk tersebut akan dijual kembali. Pedagang pengecer
pinggir jalan membeli jeruk dengan harga Rp 4.666,67 per kilogram. Pedagang pengecer pinggir jalan akan melakukan pembelian kembali jika jeruk telah atau
hampir habis terjual. Kemudian, pedagang pengecer pinggir jalan akan menjualnya kembali dengan harga Rp 6.766,67 per kilogram kepada konsumen.
6.2.3. Pola Saluran Pemasaran 3
Saluran pemasaran 3 melibatkan petani, pedagang pengecer pasar dan konsumen. Pada saluran ini, proses pembelian dan harga beli yang diterima oleh
pedagang pengecer pasar sama seperti yang berlaku pada saluran 2. Akan tetapi, pada saluran ini yang membeli jeruk dari pedagang pengecer pasar adalah
konsumen.
6.2.4. Pola Saluran Pemasaran 4
Pada pola saluran pemasaran 4, petani menjual jeruk kepada pedagang keliling. Kegiatan pembelian berlangsung setelah terjadi pemesanan oleh
pedagang pengecer keliling terlebih dahulu. Pemesanan dilakukan oleh pedagang pengecer keliling melalui telepon. Selanjutnya, petani akan mengantar pesanan
tersebut ke tempat yang telah ditentukan oleh pedagang pengecer keliling,
66 biasanya petani mengantar ke rumah pedagang keliling tersebut. Pedagang
pengecer keliling melakukan pembelian jeruk hampir setiap hari. Tetapi jeruk diperoleh dari petani yang berbeda-beda. Dalam sekali pembelian jeruk juga
diperoleh dari petani yang berbeda-beda. Sehingga pada umumnya pedagang pengecer keliling telah mengenal petani-petani yang ada di Kampung Wadio.
Pedagang keliling melakukan penjualan dengan berkeliling menggunakan sepeda motor. Setiap hari pedagang keliling menjual jeruk dengan volume rata-rata 75
kilogram. Sebab kapasitas jeruk yang dapat diangkut dengan menggunakan motor rata-rata 75 kilogram. Harga beli jeruk dari petani adalah Rp 4.333,33 per
kilogram. Kemudian pedagang keliling menjual jeruk kembali kepada konsumen dengan harga Rp 7.222,22 per kilogram.
6.2.5.
Pola Saluran Pemasaran 5
Selain memperoleh jeruk dari pedagang pengecer pasar, beberapa pedagang pengecer pinggir jalan juga memperoleh jeruk langsung dari petani.
Pembelian dilakukan dengan mendatangi petani. Bahkan kadang-kadang pedagang pengecer pinggir jalan juga memetik jeruk sendiri di lahan petani.
Harga beli jeruk dari petani adalah Rp 4.541,67 per kilogram. Volume pembelian pedagang pengecer pasar dari petani adalah 1.423 kilogram per bulan. Kemudian
jeruk dijual kembali di stand yang dimiliki petani di pinggir jalan. Harga jual kepada konsumen selama bulan Februari, Maret dan April adalah Rp 6.766,67 per
kilogram.
6.2.6. Pola Saluran Pemasaran 6
Saluran pemasaran ketiga hanya melibatkan dua lembaga yaitu petani dan konsumen akhir. Biasanya konsumen mendatangi lahan petani untuk melakukan
pembelian. Berbeda dengan harga yang diterima oleh pengecer, harga jual jeruk di tingkat petani pada saat musim panen adalah Rp 2.000,00 per kilogram, dan pada
saat tidak musim panen harga tertingginya adalah Rp 5.000,00 per kilogram. Namun, harga rata-rata penjualan jeruk oleh petani kepada konsumen adalah Rp
3.460,00 per kilogram.
67
6.3. Fungsi Pemasaran