Perumusan Masalah Analisis pemasaran jeruk siam di kampung Wadio, distrik Nabire Barat, kabupaten Nabire, Papua

10 Perluasan areal penanaman jeruk ini sejalan dengan berkembang dan menyebarnya jeruk pada masyarakat di sekitar Kota Nabire. Akan tetapi, buah jeruk tidak hanya berkembang dan menyebar di Kota Nabire saja. Permintaan yang cukup tinggi juga berasal dari luar Kota Nabire, seperti Jayapura, Manokwari, Sorong, Ambon, dan Surabaya. Sehingga pemasaran jeruk nabire tidak hanya dilakukan di pasar lokal, melainkan juga di pasar luar daerah. Pendistribusian dilakukan dengan menggunakan kapal laut. Banyaknya kapal penumpang dan kapal barang yang beroperasi di Pelabuhan Nabire menyebabkan peningkatan aktivitas ekonomi dan pemasaran di Kota Nabire, termasuk komoditas jeruk nabire ini.

1.2. Perumusan Masalah

Pengembangan komoditas jeruk di Kabupaten Nabire sangat mendapat dukungan oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Pengembangan areal penanaman jeruk di Kabupaten Nabire terus dilakukan hampir setiap tahun. Akan tetapi, pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Nabire masih mengalami hambatan. Terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh para petani maupun pedagang jeruk siam, terutama masalah pendistribusian atau pemasaran komoditas jeruk. Pedagang pengumpul yang ada di daerah ini umumnya melakukan penjualan keluar daerah. Hal ini dilakukan dengan menggunakan kapal laut penumpang. Oleh sebab itu, pemasaran jeruk masih sangat tergantung pada kedatangan kapal penumpang ke Pelabuhan Nabire. Ketergantungan ini juga terjadi karena volume pembelian oleh pedagang pengumpul cukup besar, yaitu 500 – 2500 kilogram per petani. Sehingga apabila tidak ada pembeli, jeruk petani tidak terjual dan terbuang begitu saja. Produk pertanian termasuk komoditas jeruk siam umumnya memiliki ciri yaitu diproduksi secara musiman, selalu segar, mudah rusak, jumlahnya banyak akan tetapi nilainya relatif sedikit bulky, dan tidak dapat diproduksi di semua tempat atau daerah. Hal ini menyebabkan harga jeruk siam sering berflukuasi Soekartawi 1993. Kendala dalam pemasaran atau pendistribusian jeruk siam di kabupaten tersebut juga menyebabkan terjadinya fluktuasi harga jeruk. Pada tahun 2006, harga rata-rata tahunan jeruk siam di Kabupaten Nabire adalah Rp 5.800,00 per kilogram, setahun kemudian harga rata-rata turun menjadi Rp 4.800,00 per 11 kilogram, kemudian pada tahun 2008 sedikit meningkat menjadi Rp. 4.900,00 per kilogram, terjadi peningkatan kembali pada tahun 2009 menjadi Rp. 6.200,00 per kilogram, namun pada tahun 2010 harga kembali turun menjadi Rp. 5000,00 per kilogram Gambar 1. Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Nabire 2011diolah Gambar 1. Fluktuasi Harga Jeruk Siam di Kabupaten Nabire Tahun 2006 Hingga 2010 Terjadinya flukuasi harga jeruk siam ini disebabkan oleh keadaan musim, tingkat produksi ataupun biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran komoditas jeruk tersebut. Oleh sebab itu, masalah pemasaran komoditas jeruk siam inilah yang menjadi topik penelitian ini. Penelitian ini menganalisis sistem pemasaran jeruk siam serta efisiensi biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Berdasarkan uraian tersebut maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana saluran pemasaran, lembaga pemasaran dan fungsi-fungsi pemasaran yang terjadi di Kampung Wadio? 2. Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran jeruk siam? 12

1.3. Tujuan Penelitian