42
4.5.8. Analisis Efisiensi Pemasaran
Secara makro efisiensi pemasaran dianalisis dengan menggunakan pendekatan S-C-P Structure-Conduct-Performance. Banyak terdapat alat yang
dapat digunakan dalam menganalisis efisiensi pemasaran dengan menggunakan pendekatan S-C-P. Namun, penelitian ini hanya menggunakan beberapa alat untuk
mengukur efisiensi tersebut. Pada struktur pasar dilakukan identifikasi mengenai jumlah lembaga pemasaran, hambatan masuk, struktur biaya dan diferensiasi
produk. Perilaku pasar mengidentifikasi keadaan harga dan keadaan produk. Sedangkan keragaan pasar menganalisis profitabilitas, sistem penentuan harga,
sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Suatu sistem pemasaran dapat dikatakan efisien apabila biaya-biaya
pemasaran yang dikeluarkan merupakan biaya terendah. Biaya tersebut merupakan biaya yang dapat menyampaikan hasil-hasil pertanian kepada
konsumen. Syarat kedua yaitu total harga yang dibayarkan konsumen dapat melakukan pembagian harga secara merata kepada semua pihak dalam pemasaran
Soekartawi 2004. Sehingga untuk penelitian ini efisiensi pemasaran juga mengacu kepada teori Soekartawi 2004 yaitu dengan menganalisis penggunaan
biaya-biaya pemasaran, apakah telah dikeluarkan serendah-rendahnya dan apakah harga total yang diterima oleh konsumen telah terbagi secara merata bagi seluruh
pelaku-pelaku pemasaran tersebut. Untuk mengetahui apakah pembagian harga telah merata, digunakan analisis RC Rasio.
4.6. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang terkait dengan analisis sistem pemasaran jeruk siam Nabire ini diuraikan sebagai berikut.
1. Petani jeruk siam adalah individu yang melaksanakan usahatani atau
budidaya komoditas jeruk siam serta melakukan kegiatan pemasaran jeruk siam.
2. Pedagang pengumpul adalah individu ataupun kelompok yang membeli
jeruk siam dari petani kemudian menjualnya kepada pedagang besar atau pedagang pengecer.
43 3.
Pedagang besar adalah individu atau kelompok yang melakukan pembelian jeruk siam dari pedagang pengumpul dan kemudian menjualnya kepada
pedagang pengecer. 4.
Pedagang pengecer adalah individu atau kelompok yang membeli jeruk siam dari pedagang besar atau dari pedagang pengumpul ataupun dari petani,
kemudian menjualnya kepada konsumen akhir. 5.
Konsumen akhir adalah individu atau kelompok yang melakukan pembelian jeruk siam dari pedagang pengecer, pedagang besar, pedagang pengumpul
ataupun petani untuk dikonsumsi langsung atau diolah menjadi berbagai bentuk olahan lain.
6. Harga jual adalah harga rata-rata jeruk siam per kilogram yang diterima oleh
lembaga pemasaran dalam melakukan penjualan jeruk siamnya Rpkg. 7.
Harga beli adalah harga rata-rata jeruk siam per kilogram yang dibayarkan oleh lembaga pemasaran yang melakukan pembelian jeruk siam Rpkg.
8. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran
untuk kegiatan atau aktivitas usaha pemasaran jeruk siam Rpkg. 9.
Keuntungan pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan ke produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir jeruk siam
Rpkg.
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Karakteristik Umum Kampung Wadio
Kampung Wadio merupakan salah satu kampung yang termasuk dalam wilayah Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire. Luas wilayah kampung ini
adalah 1.650 hektar, sedangkan luas Distrik Nabire Barat secara keseluruhan adalah 14.319 hektar. Batas-batas geografis Kampung Wadio adalah sebagai
berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Kalisemen
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Topo Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Bumi Raya
Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Gerbang Sadu
Kampung Wadio terletak lima kilometer di sebelah Timur Ibukota Distrik Nabire Barat dengan waktu tempuh 15 menit. Sedangkan jarak Kampung Wadio
dengan Ibukota Kabupaten adalah sembilan kilometer dengan waktu tempuh 25 menit.
Persentase penggunaan lahan di Kampung Wadio yaitu 57,43 persen untuk pemukiman, pertokoan serta hutan, 10,42 persen
ladangtegal yang diusahakan, 16,92 persen perkebunan, 4,96 persen
lahan sawah dan 10,27 persen ladang yang tidak diusahakan. Kampung Wadio merupakan salah satu sentra produksi jeruk
siam di Kabupaten Nabire, dengan rata-rata suhu udara 29,93 ˚C dan kelembaban
udara 82,25 persen. Curah hujan per tahun berkisar rata-rata 432,83 mm dan hari hujan 19 haribulan. Kampung ini terletak pada ketinggian 10 meter diatas
permukaan laut. Fasilitas transportasi yang menghubungkan Kampung Wadio dengan
kampung lain adalah angkutan umum dan ojek yang tersedia setiap menit. Kampung ini terbagi menjadi 2 RW dan 13 RT. Jumlah penduduk Kampung
Wadio hingga April 2011 adalah 1.458 jiwa yang terdiri dari 752 jiwa laki-laki dan 706 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk 23,5 per kilometer. Jumlah
Kepala Keluarga di Kampung Wadio adalah 450 KK. Komposisi penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 10.
45
Tabel 10
. Komposisi Penduduk Berdasarkan UmurUsia di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire Tahun 2011
Umur tahun Jumlah Penduduk jiwa
Persentase Laki-laki
Perempuan 15
274 302
39,51 15 – 50
278 325
41,36 50
128 151
19,14 Jumlah
680 778
100.00 Sumber : Balai Kampung Wadio
2011
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa angkatan kerja penduduk Kampung Wadio memiliki persentase tertinggi, yaitu 41,36 persen. Sementara
penduduk dengan usia yang masih tergolong anak-anak memiliki persentase 39,51 persen. Penduduk dengan diatas 50 tahun, memiliki persentase 19,14 persen.
Dengan banyaknya angkatan kerja atau penduduk usia produktif, dapat mendukung peningkatan produktivitas penduduk di kampung tersebut.
Sebagian besar penduduk Kampung Wadio bermatapencaharian utama sebagai petani, yaitu sebesar 69,78 persen. Hal ini menunjukkan sektor pertanian
merupakan sumber pendapatan utama sebagian besar penduduk Kampung Wadio. Akan tetapi, penduduk Kampung Wadio yang bermatapencaharian utama selain
petani juga memiliki lahan pertanian. Penduduk tersebut melakukan kegiatan usahatani sebagai usaha tambahan. Usahatani dengan komoditas jeruk dilakukan
oleh sebagian besar petani di Kampung Wadio. Komposisi penduduk berdasarkan matapencaharian utamanya dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 11.
46
Tabel 11.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire Tahun 2011
No. Mata Pencaharian
Jumlah KK Persentase
1 Pegawai Negeri Sipil
29 6,44
2 TNIPOLRI
11 2,44
3 Swasta
12 2,67
4 Tukang
17 3,78
5 Jasa
10 2,22
6 Petani
314 69,78
7 Pensiunan
4 0,89
8 Pedagang
51 11,33
9 Peternak
2 0,44
Jumlah 450
100,00 Sumber : Balai Kampung Wadio
2011
Lahan pertanian di Kampung Wadio sebagian besar ditanami jeruk oleh petani. Selain jeruk, komoditas lain yang ditanam adalah jagung, kedelai, dan
sayur-sayuran seperti sawi, bayam, ketimun, terong, bawang merah, semangka, melon, kacang panjang, cabai, dan tomat. Penggunaan lahan untuk menanam padi
sudah hampir tidak ada. Karena petani telah beralih menanam jeruk yang dirasakan lebih menguntungkan. Selain ditanam di areal penanaman, tanaman
jeruk juga ditanam di pekarangan rumah penduduk. Sebagian besar penduduk kampung tersebut memiliki tanaman jeruk di pekarangan rumah mereka. Sehingga
apabila kita berada di kampung ini, sejauh mata memandang akan terlihat pohon- pohon jeruk yang ditanam di areal penanaman maupun di pekarangan rumah
penduduk. Latar belakang pendidikan penduduk Kampung Wadio umumnya telah
dapat menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD yaitu sebanyak 41,44 persen. Selain itu, 23,63 persen penduduk telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat
SMP, 22,42 persen telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMASMK, 2,77 persen telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat Sarjana dan 9,76
persen tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kampung Wadio tergolong dalam tingkat pendidikan yang rendah.
Struktur kepemilikan lahan di Kampung Wadio didominasi oleh kepemilikan lahan dengan luas 0,1 – 1 hektar. Hal ini menunjukkan bahwa petani
47 setempat umumnya masih memiliki luas lahan yang kecil. Hanya beberapa
penduduk yang memiliki luas lahan 3 – 5 hektar. Belum ada petani atau penduduk yang memiliki lahan lebih dari lima hektar. Hal ini disajikan secara rinci pada
Tabel 12.
Tabel 12.
Struktur Kepemilikan Lahan Pertanian di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire Tahun 2011
No. Luas Pemilikan Lahan ha
Jumlah penduduk jiwa Persentase
1 0,1
43 14,53
2 0,1 - 0,5
67 22,64
3 0,6 – 1
65 21,96
4 1,1 - 1,5
51 17,23
5 1,6 - 2,0
55 18,58
6 3 – 5
15 5,07
7 6
Jumlah 296
100,00 Sumber : Balai Kampung Wadio
2011
Sarana perekonomian yang mendukung atau menunjang kegiatan perekonomian di Kampung Wadio salah satunya adalah satu unit pasar. Pasar ini
menjual sembilan bahan pokok. Akan tetapi, kegiatan pasar tersebut hanya berlangsung pada pagi dan sore hari. Selain itu terdapat 10 unit kioswarung dan
satu unit KUD.
5.2. Karakteristik Responden 5.2.1. Karakteristik Petani Responden