Latar Belakang Analisis pemasaran jeruk siam di kampung Wadio, distrik Nabire Barat, kabupaten Nabire, Papua

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, sebagian besar daratan Indonesia dikelilingi oleh lautan atau samudra. Hal ini menyebabkan Indonesia merupakan negara yang beriklim laut. Sifat iklim ini lembab dan banyak mendatangkan hujan, sehingga wilayah Indonesia termasuk memiliki iklim yang panas dan basah Setyowati 2009. Secara geografis wilayah Indonesia terletak pada garis equator dan termasuk daerah beriklim tropis basah. Keadaan ini menyebabkan wilayah di Indonesia umumnya memiliki temperatur hangat, kelembaban udara tinggi, dan curah hujan tinggi. Oleh sebab itu, wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur, cocok untuk lahan pertanian dan memiliki hutan yang cukup lebat. 1 Selain dipengaruhi oleh khatulistiwa, bentuk wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan serta topografi yang dimiliki merupakan faktor alam yang memberikan corak pertanian. Pertanian memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Penduduk yang bermatapencaharian pada sektor pertanian jumlahnya tidak sedikit, begitu juga dengan produk nasional yang berasal dari pertanian Rahim dan Hastuti 2008. Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian pada Agustus 2010 adalah 41,49 juta orang. Jumlah ini merupakan jumlah tertinggi dibandingkan jumlah penduduk yang bekerja pada sektor lain seperti perdagangan, industri, konstruksi, transportasi dan lain-lain Tabel 1. Begitu juga pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2008 dan 2009, penduduk yang bekerja pada sektor pertanian jumlahnya merupakan jumlah tertinggi dibandingkan dengan sektor yang lain. 1 Iskandarsyah. 2008. http:www.pdfchaser.comGEOLOGI-LINGKUNGAN-GUNUNG- BIJIH-MINING-DISTRICT-GBMD-DAN-GUNUNG-....html [6 Maret 2011] 2 Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008–2010 juta orang No Lapangan Pekerjaan Utama 2008 2009 2010 Agustus Februari Agustus Februari Agustus 1 Pertanian 41,33 43,03 41,61 42,83 41,49 2 Industri 12,55 12,62 12,84 13,05 13,82 3 Konstruksi 5,44 4,61 5,49 4,84 5,59 4 Perdagangan 21,22 21,84 21,95 22,21 22,49 5 Transportasi, pergudangan dan komunikasi 6,18 5,95 6,12 5,82 5,62 6 Keuangan 1,46 1,48 1,49 1,64 1,74 7 Jasa kemasyarakatan 13,10 13,61 14,00 15,62 15,96 8 Lainnya 1,27 1,35 1,39 1,40 1,50 Jumlah 102,55 104,49 104,87 107,41 108,21 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011 2 Nilai PDB pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2008 adalah sebesar 284,6 triliun, kemudian mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen pada tahun 2009 menjadi 296,4 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian terhadap PDB Indonesia pada tahun 2009 meningkat dari 14,5 persen menjadi 15,3 persen. Sehingga sektor pertanian turut berkontribusi terhadap PDB setelah sektor industri pengolahan yang berkontribusi sebesar 26,4 persen. 3 Hortikultura merupakan kelompok komoditas yang penting dan strategis karena merupakan kebutuhan pokok manusia. Oleh sebab itu, komoditas hortikultura harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dengan mutu yang layak, aman dikonsumsi dan harga yang terjangkau bagi masyarakat. Konsumsi hortikultura dalam skala rumah tangga mencapai 16,1 persen. Pasar hortikultura di Indonesia sangat besar dan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat, sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Akan tetapi, 2 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Penduduk Usia 15 ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008–2010. http:www.bps.go.idaboutus.php?pub=1dse=1pubs=10 [6 Maret 2011]. 3 Handyoko A. 2010. Konstribusi Sektor Pertanian Terhadap PDB. http:www2.bbpp- lembang.infoindex.php?option=com_contentview=articleid=515Itemid=304 [6 Maret 2011] 3 kondisi tersebut belum dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memperkuat pembangunan subsektor hortikultura. 4 Hortikultura yang prospektif untuk dikembangkan adalah buah-buahan. Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan berbagai macam jenis buah tropisnya. Didukung oleh alam tropis Indonesia yang sangat subur, peluang untuk melakukan pengembangan tanaman buah tropis menjadi besar. Selain itu, potensi untuk mengembangkan buah-buahan tropis di Indonesia juga didukung oleh peluang pasar yang masih sangat tinggi. Pasar yang mampu menyerap hasil panen masih sangat besar jumlahnya. Krisnamurthi dalam Asmarantaka 2009 menyatakan bahwa kegiatan pemasaran buah-buahan memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Peran yang dimiliki adalah kegiatan usaha pertanian menjanjikan peluang yang besar untuk dikembangkan karena memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi dibandingkan dengan kegiatan usaha lain; cukup besarnya jumlah rumah tangga yang mengusahakan buah-buahan; angka ekspor buah-buahan yang cukup tinggi; pemenuhan gizi masyarakat Indonesia; keterkaitan agroindustri dan usahatani buah merupakan potensi yang sangat propektif bagi ke depannya; penyediaan jasa-jasa lingkungan; dan buah menjadi salah satu faktor yang dapat membangun identitas bangsa. Manggis, salak, mangga, duku, dan buah tropis lainnya berpeluang menjadi ‘brand’ sebagai identitas bangsa Indonesia. Perkembangan ekspor buah-buahan Indonesia cukup tinggi. Pada tahun 2009 telah mencapai 119.291.196 US dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkatkan hingga 171.970.000 US Tabel 2. 4 Tabloid Sinartani. 2011. Buah Pendatang Baru yang Potensial untuk Dikembangkan. http:www.sinartani.combuahsayurabiu-buah-pendatang-baru-potensial-dikembangkan- 1293425752.htm [13 Februari 2011] 4 Tabel 2. Statistik Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun 2005 - 2010 Tahun Volume ekspor ton Nilai ekspor US 2005 272.292,6 150.062.557 2006 262.358,5 144.492.469 2007 157.620,9 93.652.526 2008 171.822,6 100.163.544 2009 164.557,6 119.291.196 2010 214.742,0 171.970.000 Rata-rata 207.232,4 129.938.715 Sumber: Badan Pusat Statistik 2010 dalam Tabloid Agrina Volume 6, Nomor 145. 19 Januari- 1 Februari 2011, Halaman 5 5 Keterangan : Angka sementara Peningkatan perdagangan buah tropika ditingkat dunia ke negara pengimpor Amerika Serikat, negara-negara di Eropa dan Timur Tengah serta Asia Timur, membuka peluang bagi negara Indonesia untuk meningkatkan ekspor buah-buahan tropis yang dimiliki. 6 Namun yang menjadi tantangan saat ini, walaupun nilai ekspor terus mengalami peningkatan, nilai impor selalu lebih tinggi dari pada nilai ekspor. Jeruk adalah tanaman yang mudah menyesuaikan dengan keadaan lingkungan tumbuhnya. Oleh sebab itu, hampir di seluruh wilayah Indonesia terdapat sentra produksi jeruk. 7 Jika dibandingkan dengan jenis buah-buahan lain di Indonesia, jeruk merupakan salah satu jenis buah yang produksinya tinggi, yaitu mencapai 2.131.768 ton pada tahun 2009 setelah pisang yang jumlah produksinya 6.373.533 ton Tabel 3. 5 Tabloid Agrina Nomor 145 Volume 6: Halaman 5. 6 Nasional Republika. 2010.Ekspor Buah Lokal Masih Prospekt. http:bataviase.co.idnode450382 [6 Maret 2011] 7 Zainuri, Hanif. 2010. Jeruk Indonesia Mampu Bersaing. http:zainurihanif.com20101222jeruk-indonesia-mampu-bersaing. [16 Februari 2011] 5 Tabel 3. Produksi Beberapa Buah Indonesia Tahun 2005 hingga 2009 ton Tahun Mangga ton Jeruk ton Pepaya ton Pisang ton Nanas ton Durian ton Manggis ton 2005 1.412.884 2.214.019 548.657 5.177.607 925.082 566.205 64.711 2006 1.621.997 2.565.543 643.451 5.037.472 1.427.781 747.848 72.634 2007 1.818.619 2.625.884 621.524 5.454.226 2.237.858 594.842 112.722 2008 2.013.121 2.311.581 653.276 5.741.351 1.272.761 602.694 65.133 2009 2.243.440 2.131.768 772.844 6.373.533 1.558.196 797.798 105.558 Sumber: Badan Pusat Statistik 2010 diolah 8 Walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan jumlah produksi, jeruk tetap merupakan salah satu buah unggulan Indonesia. Varietas jeruk Indonesia sangat beragam. Beberapa jenis jeruk telah dikomersialkan dan diunggulkan seperti jeruk siam, jeruk keprok, dan jeruk besar. Jeruk Citrus Sp memiliki rasa yang khas, dengan kandungan gizi dan sumber kalori yang cukup tinggi. Buah ini menjadi salah satu jenis buah yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Disamping itu, harganya pun relatif cukup terjangkau. 9 Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, permintaan dan konsumsi buah-buahan pun terus mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan konsumsi buah per kapita juga meningkat. Peningkatan permintaan akan buah-buahan ini bukan hanya pada volumenya, tetapi juga variasi dari jenis buah yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia Limbongan dan Uhi 2005. Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak disukai oleh masyarakat. Jeruk juga merupakan komoditas buah yang menguntungkan untuk diusahakan saat ini, karena prospek pasar dalam dan luar negeri yang sangat baik. Buah yang memiliki nilai produksi tinggi di Provinsi Papua adalah jeruk. Jumlah produksi jeruk pada tahun 2009 adalah 9.183 ton. Jumlah ini dapat dikatakan cukup tinggi dibandingkan dengan jumlah produksi buah-buahan yang lain. Luas panen komoditas jeruk juga merupakan terluas ketiga setelah pisang 8 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi Buah-buahan menurut Provinsi. http:www.bps.go.idtab_subview.php?tabel=1daftar=1id_subyek=55notab=1 [26 Februari 2011]. 9 Rayanto, Roni. 2009. Ekspor Buah-buahan Indonesia Capai 240 Juta Dolar. http:agribisnis.deptan.go.iddisp_informasi110914ekspor_buah-buahan_indonesia_capai.html [19 Februari 2011] 6 dan mangga. Selain itu, jeruk juga termasuk ke dalam kelompok buah dengan rata-rata produksi yang tinggi seperti buah pepaya, durian dan nangka Tabel 4. Nabire merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua yang memiliki tanah subur dengan solum yang tebal. Hal ini merupakan salah satu faktor fisik yang mendukung berkembangnya pertanian di Kabupaten Nabire. Curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun menyebabkan berbagai tanaman dapat tumbuh dengan baik di daerah ini. Produktivitas yang dihasilkan pun cukup tinggi, termasuk tanaman jeruk. Jeruk siam merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan secara serius oleh pemerintah setempat. Jika dibandingkan dengan jenis jeruk siam lainnya yang juga dikembangkan di daerah lain, jeruk siam dari Kabupaten Nabire ini memiliki keunggulan tersendiri. Keunggulan yang dimiliki yaitu buahnya lebih besar, memiliki aroma yang khas, warna hijau kekuningan, berpenampilan menarik, dan tentunya memiliki rasa yang manis. Di kawasan Indonesia bagian Timur, jeruk nabire telah memiliki citra dan nama tersendiri bagi konsumen. 10 10 YH Bahar. 2007. Jeruk Nabire, Emas Hijau dari Timur. http:www.hortikultura.go.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=63Itemid=2. [20 Februari 2011] 7 Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Buah-Buahan Provinsi Papua Menurut Jenis Tanaman Tahun 2009 Jenis Tanaman Luas Panen Produksi Rata-Rata ton Produksi kwha 1. Alpukat 658 2.609 39,65 2. Jeruk Siam 1.373 9.183 66,88 3. Mangga 1.852 9.276 50,09 4. Rambutan 623 2.362 37,91 5. DukuLangsat 300 1.185 39,50 6. Durian 443 2.999 67,70 7. Jambu Biji 316 1.141 36,11 8. Jambu Air 494 2.095 42,41 9. Pepaya 412 3.529 85,66 10. Pisang 3.581 23.519 65,68 11. Nenas 826 3.845 46,55 12. Salak 1.003 3.622 36,11 13. Nangka 715 4.622 64,64 14. Sirsak 95 280 29,47 15. Belimbing 361 1.496 41,44 16. Semangka 179 944 52,74 17. Sukun 180 1.1 61,11 18. Melon 46 145 31,52 19. Markisa 14 47 33,57 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua 2010 diolah Berdasarkan kabupaten yang ada di Provinsi Papua, produksi jeruk siam di Kabupaten Nabire terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 produksi jeruk di Kabupaten Nabire berada pada peringkat kedua yaitu 2.232 ton setelah Kabupaten Keerom dengan jumlah produksi 2.423 ton Tabel 5. 8 Tabel 5. Produksi Jeruk Siam Provinsi Papua Menurut KabupatenKota Tahun 2005-2009 ton No. KabupatenKota Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 1 Merauke 687 754 827 807 845 2 Jayawijaya 227 237 244 259 267 3 Jayapura 1.602 1.696 1.752 1.677 1.694 4 Nabire 965 1.029 1.884 1.950 2.232 5 Mimika 133 147 161 186 202 6 Yapen Waropen 144 159 173 190 177 7 Biak Numfor 122 134 161 173 179 8 Boven Digoel 5 5 5 5 3 9 Mappi 2 2 2 2 2 10 Yahukimo 8 9 9 9 13 11 Tolikara 183 196 203 218 217 12 Sarmi 584 587 603 619 664 13 Keerom 2.166 2.286 2.341 2.386 2.423 14 Waropen 117 133 167 178 165 15 Supiori 9 9 9 9 9 16 Jayapura 236 259 275 298 92 JumlahTotal 7.190 7.642 8.816 8.966 9.183 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua 2010 Besarnya jumlah produksi dan keadaan lingkungan yang cocok, mendukung Kabupaten Nabire menjadi salah satu sentra produksi jeruk di Provinsi Papua. Jeruk telah diusahakan di Kabupaten Nabire sejak tahun 1996. Pada tahun 2006, luas areal penanaman jeruk telah mencapai 308 hektar dengan luas panen 157 hektar dan hasil produksi 6.240 ton Tabel 4. 9 Tabel 6. Jumlah Produksi dan Luas Panen Jeruk Siam di Kabupaten Nabire Tahun 2005-2010 Tahun Jumlah Produksi ton Luas Panen ha 2005 965 109 2006 1.029 156 2007 1.884 227 2008 1.950 238 2009 2.232 246 2010 2.610 246 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Nabire 2011 Melihat potensi dan prospek yang menjanjikan dari penanaman jeruk di Kabupaten Nabire, Ditjen Hortikultura berupaya mengembangkan jeruk nabire secara konsisten dan berkelanjutan. Upaya ini dilakukan dengan pemberian dana APBN dan pembinaan teknis. Pengembangan areal penanaman jeruk seluas 80 hektar dilakukan tahun 2004 pada dua kelompok tani. Kemudian pada tahun 2005 dilakukan kembali pengembangan areal penanaman seluas 30 hektar pada satu kelompok tani. Tahun 2006 dilakukan kembali pengembangan areal penanaman seluas 48 hektar pada tiga kelompok tani. Kini luas panen jeruk siam di Kabupaten Nabire telah mencapai 396 hektar, dengan areal penanaman tersebar di beberapa kecamatan. Untuk mendukung hal tersebut, pada tahun 2010 Dinas Pertanian Kabupaten Nabire juga melakukan perencanaan pengembangan jeruk. Rencana pengembangan jeruk di Kabupaten Nabire selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rencana Pengembangan Jeruk di Kabupaten Nabire Selama 5 Tahun 2010 – 2014 No. Distrik Luas ha 2010 2011 2012 2013 2014 1. 2. 3. 4. 5. Makimi Teluk Kimi Nabire Nabire Barat Wanggar - 5 - 40 - - - - 50 - - - - - 50 - - 25 25 - - - - - 50 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Nabire 2011 10 Perluasan areal penanaman jeruk ini sejalan dengan berkembang dan menyebarnya jeruk pada masyarakat di sekitar Kota Nabire. Akan tetapi, buah jeruk tidak hanya berkembang dan menyebar di Kota Nabire saja. Permintaan yang cukup tinggi juga berasal dari luar Kota Nabire, seperti Jayapura, Manokwari, Sorong, Ambon, dan Surabaya. Sehingga pemasaran jeruk nabire tidak hanya dilakukan di pasar lokal, melainkan juga di pasar luar daerah. Pendistribusian dilakukan dengan menggunakan kapal laut. Banyaknya kapal penumpang dan kapal barang yang beroperasi di Pelabuhan Nabire menyebabkan peningkatan aktivitas ekonomi dan pemasaran di Kota Nabire, termasuk komoditas jeruk nabire ini.

1.2. Perumusan Masalah