Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Sangat Miskin RTSM

72 dimiliki maupun kontribusi perolehan keuangan yang tidak seimbang yakni istri atau suami saja yang bekerja.

5.2 Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Sangat Miskin RTSM

Peserta PKH di Kelurahan Balumbang Jaya dengan Keberlanjutan Pendidikan Anak Peserta Program Keluarga Harapan dapat dianalisis dari kondisi sosial ekonomi RTSM- nya sebagai suatu ciri khas. Kondisi sosial ekonomi diambil berdasarkan turun lapang yang merupakan ciri khas responden peserta PKH Kelurahan Balumbang Jaya. Komponen itu berupa 1 kategori usia, 2 jenis pekerjaan, 3 tingkat pendidikan terakhir, 4 kesertaan pendidikan non formal, 5 jumlah tanggungan, dan 6 kategori jumlah penghasilan rumahtangga. Sumarto 2005 mengungkapkan bahwa masalah kondisi sosial ekonomi dan harapan masa depan anak dari orangtua pada akhirnya akan menimbulkan masalah bagi orangtua untuk menentukan alternatif pilihan terhadap kelanjutan sekolah anak – anaknya. Masalah tersebut merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi anak untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Masa depan pendidikan anak dipengaruhi oleh cara pandang orang tuanya terhadap pendidikan. Ada pengaruh dari kondisi sosial ekonomi dengan motivasi keberlanjutan sekolah anak ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan yang terjadi di lapang ditemukan hal yang sama dimana faktor kondisi sosial ekonomi dari peserta mempengaruhi cara pandang mereka terhadap PKH khususnya terhadap berkesinambungnya pendidikan anak peserta PKH. Namun, berdasarkan penelitian bahwa kondisi sosial ekonomi tidak berhubungan erat dengan PKH. Sejalan dengan yang ditemukan oleh Utomo 2009 usia dalam penelitian ini, tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap motivasi internal. Penelitian di lapangan pun ditemukan bahwa usia peserta PKH tidak memiliki pengaruh terhadap keberlanjutan pendidikan anak peserta. 73 Peserta PKH memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah, mayoritas dari mereka hanya mengenyam pendidikan SD. Pekerjaan peserta pun kebanyakan sebagai buruh. Mayoritas peserta tidak pernah mengikuti pendidikan non formal seperti kursus dan pelatihan guna menambah wawasan dan pengetahuan. Penghasilan keluarga peserta paling rendah dan paling banyak ialah sekitar Rp100.000,00-Rp400.000,00. Tabel 14. Analisis Koefisien Korelasi Kondisi Sosial Ekonomi RTSM Peserta PKH dengan Keberlanjutan Pendidikan Anak Peserta Kondisi Sosial Ekonomi Peserta PKH Keberlanjutan Pendidikan Anak Peserta Kategori Usia -0,852 Jenis Pekerjaan 0,352 Tingkat Pendidikan Terakhir -0,082 Kesertaan Pendidikan non formal -0,582 Jumlah tanggungan 0,866 Kategori Jumlah Penghasilan Rumahtangga 0,161 Pengujian statistik Rank Sperman dapat dilihat pada Tabel 14 dilakukan untuk menguji kondisi sosial ekonomi yang terdiri dari kategori usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan terakhir, kesertaan pendidikan non formal, jumlah tanggungan serta kategori jumlah penghasilan rumahtangga. Sedangkan kondisi sosial ekonomi yakni pekerjaan menggunakan uji statistik Chi Square. Hipotesis mengatakan bahwa “Terdapat hubungan positif antara kondisi sosial ekonomi peserta PKH, yaitu kategori usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan terakhir, kesertaan pendidikan non formal, jumlah tanggungan serta kategori jumlah penghasilan rumahtangga dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH yang meliputi tingkat peran pengawasan orang tua, ketepatan alokasi dana, serta keberlanjutan sekolah anak ”. Namun, berdasarkan hasil pengujian statistik Rank Spearman hipotesis tersebut ditolak karena p0,05. Tetapi untuk kondisi sosial ekonomi yakni jenis pekerjaan yang diuji mengggunakan Chi Square didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,352. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan kondisi sosial ekonomi yakni jenis pekerjaan memiliki hubungan erat yang 74 lemah terhadap keberlanjutan pendidikan anak peserta. Hal tersebut dapat disebabkan karena kehomogenitasan kondisi sosial ekomomi dari peserta sendiri. Dimana kondisi sosial ekonomi peserta PKH sudah ditentukan berdasarkan kriteria RTSM. Tabel 15. Jumlah dan Persentase Peserta PKH Menurut Kategori Variabel Keberlanjutan Pendidikan Anak Peserta, Kelurahan Balumbang Jaya, 2010 Variabel Kategori Jumlah Orang Persentase 1. Tingkat Peran Pengawasan Orang Tua Sangat Rendah 25 37,88 Rendah 16 24,24 Tinggi 21 31,82 Sangat Tinggi 4 6,06 Total 66 100,00 2. Ketepatan Alokasi Dana Sangat Rendah 8 12,12 Rendah 26 39,39 Tinggi 29 43,94 Sangat Tinggi 3 4,55 Total 66 100,00 3. Keberlanjutan Sekolah Anak Sangat Rendah 4 6,06 Rendah 41 62,12 Tinggi 19 28,79 Sangat Tinggi 2 3,03 Total 66 100,00 Tabel 15 merupakan tabel frekuensi yang menyatakan kategori tingkat keberlanjutan pendidikan anak peserta menurut hasil survai yang dilakukan kepada peserta PKH. Tabel tersebut menggambarkan mengenai sejauhmana tingkat keberlanjutan pendidikan anak peserta yang dapat dilihat melalui tingkat peran pengawasan orang tua, ketepatan alokasi dana dan keberlanjutan sekolah anak. Terlihat bahwa peserta memiliki beragam kesadaran mengenai tingkat peran pengawasan terhadap anaknya. Mayoritas sebagaian peserta berturut-turut memililiki tingkat peran pengawasan orang tua sangat kurang baik dan juga baik. Kemudian ketepatan alokasi dana yang dimiliki oleh peserta mayoritas sebagian memiliki kesadaran dengan tingkat kesadaran baik dan kurang baik. Selanjutnya untuk keberlanjutan sekolah anak mayoritas sebagian peserta berturut-turut memiliki kesadaran kurang baik dan juga baik. 75 BAB VI PERAN PENDAMPING BAGI KEBERLANJUTAN PENDIDIKAN ANAK PESERTA PKH

6.1 Hubungan Peran Pendamping dengan Keberlanjutan Pendidikan Anak