67 pendidikan anak kejenjang yang lebih tinggi lagi. Namun, mayoritas pendidikan
peserta PKH hanya setingkat SD sebanyak 43 orang. Hal ini dapat mempengaruhi cara pandang peserta terhadap pendidikan anak mereka. Kejadian di lapang ditemukan
bahwa peserta PKH memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan anak mereka. Peserta tidak terlalu berharap banyak terhadap pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
universitas. Mereka malah sangat berterimakasih karena atas adanya dana bantuan PKH membuat anak mereka mendapat kesempatan sekolah sampai jenjang SMP. Tidak
seperti mayoritas orang tua peserta PKH yang hanya bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang SD saja.
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Peserta PKH menurut Tingkat Pendidikan Terakhir, di Kelurahan Balumbang Jaya, 2010
Tingkat Pendidikan Terakhir Jumlah orang
Persentase
Pernah Mengenyam Pendidikan Setingkat ≤ SD 43
65,15 Pernah Mengenyam Pendidikan SMPSederajat
22 33,33
Pernah Mengenyam Pendidikan ≥SMASMK
1 1,51
Total 66
100,00 Hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 10, menunjukan bahwa mayoritas
pendidikan terakhir yang pernah dilalui oleh responden peserta penerima bantuan PKH adalah setingkat
≤ SD sebesar 65,15 persen. Tingkat pendidikan sekolah menengah pertama SMP sebesar 33,33 persen dan pernah mengenyam pendidikan sekolah
menengah atas SMASMK sebesar 1,51 persen. Rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar RTSM tersebut terjadi karena faktor ekonomi.
5.1.4 Pendidikan Non Formal Responden Peserta PKH
Pendidikan non formal merupakan pendidikan luar sekolah yang didapat peserta penerima bantuan PKH dalam bentuk pelatihan atau kursus. Beberapa responden hanya
pernah mengalami pelatihan atau kursus di tempat responden itu tinggal. Pendidikan
68 non formal berupa pelatihan atau kursus dapat dijadikan sebagai alternatif untuk
menambah pengetahuan di luar pendidikan sekolah. Pengkategorian pendidikan non formal dibagi menjadi tiga berdasarkan frekuensijumlah kesertaan, yaitu 1 tidak
pernah mengikuti pelatihan atau kursus, 2 pernah mengikuti pelatihan atau kursus satu sampai dua kali semasa hidupnya, 3 pernah mengikuti pelatihan atau kursus lebih dari
tiga kali. Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Peserta PKH menurut Kesertaan
Pendidikan Non Formal, di Kelurahan Balumbang Jaya, 2010
Kesertaan Pendidikan Non Formal Jumlah orang
Persentase
Tidak Pernah Mengikuti 49
74,24 Pernah Mengikuti 1-2 Kali
16 24,24
Pernah Mengikuti Lebih Dari 3 kali 1
1,51 Total
66 100,00
Terlihat pada Tabel 11 bahwa mayoritas responden peserta penerima bantuan PKH tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus sebesar 74,24 persen. Kemudian
sebesar 24,24 persen adalah responden peserta penerima bantuan PKH yang hanya pernah mengikuti pelatihan atau kursus sebanyak satu atau dua kali. Sedangkan
responden peserta PKH yang pernah mengikuti pelatihan atau kursus lebih dari tiga kali hanya sebesar 1,51 persen. Peserta PKH Kelurahan Balumbang Jaya sangat sedikit
sekali memiliki keterampilan dilihat dari persentasi kesertaan pendidikan non formal yang pernah diikuti berdasarkan tabel di atas. Seyogyanya pendamping memiliki insiatif
sebagai inovasi PKH untuk memberikan mereka pelatihan atau kursus gratis. Hal ini dimaksudkan agar peserta memiliki bekal dikemudian hari jika tiba saatnya bantuan
PKH sudah tidak mereka dapatkan lagi. Tujuan PKH sebagai program pemberdayaan akan salah kaprah pada akhirnya kalau program ini tidak menciptakan kemandirian
tetapi malah menciptakan ketergantungan bagi peserta.
69 Sebagian responden yang pernah mengikuti pendidikan non formal berasal dari
pelatihan atau kursus yang diberikan oleh mahasiswa atau kader Posyandu. Pelatihan tersebut berupa pelatihan pembuatan makanan alternatif untuk bayi, pembuatan
kerajinan tangan, dan pelatihan pembuatan kue. Pelatihan yang berasal dari mahasiswa maupun dari kader Posyandu tersebut biasanya tidak dipungut biaya.
5.1.5 Jumlah Tanggungan Responden Peserta PKH