83 kesejahteraan masyarakat miskin. Dibuktikan dari hasil uji analisis statistik p0,05,
dimana pendamping tidak memiliki kedinamisan dalam membantu peserta PKH untuk mendapatkan lebih dari dana bantuan yang membuat peserta ketergantungan pada
program tersebut. Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Peserta PKH Menurut Kategori Variabel
Peran Pendamping Sebagai Dinamisator, Kelurahan Balumbang Jaya, 2010
Variabel Kategori
Jumlah Orang Persentase
Dinamisator Sangat Rendah
26 39,39
Rendah 19
28,79 Tinggi
17 25,76
Sangat Tinggi 4
6,06 Total
66 100,00
Tabel 19 merupakan tabel frekuensi yang menyatakan kategori tingkat peran pendamping sebagai dinamisator menurut hasil survai yang dilakukan kepada peserta
PKH. Terlihat bahwa mayoritas peserta PKH menilai bahwa peran pendamping sebagai dinamisator sangat rendah. Peran tersebut tidak berpengaruh terhadap masing-masing
peserta PKH dalam menjalankan keberlanjutan pendidikan anak peserta. Hal ini dapat disebabkan peserta PKH sendiri sudah memiliki kesadaran terhadap keberhasilan
anaknya. Walaupun begitu tanpa keseimbangan kemauan yang sama antara peserta dan pendamping PKH maka tidak terjadi hubungan antar kedua variabel tersebut.
6.1.4 Hubungan Peran Pendamping sebagai Pengevaluasi dan Pemantau
Monev dengan Keberlanjutan Pendidikan Anak Peserta PKH
Uji korelasi yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman, yang dapat dilihat pada Tabel 16 menunjukkan angka korelasi negatif. Angka korelasi negatif ditunjukan oleh
peran pendamping sebagai monev pengevaluasi dan pemantau terhadap ketepatan alokasi dana dan keberlanjutan sekolah anak. Sedangkan korelasi positif ditunjukan oleh
84 peran pendamping sebagai monev terhadap tingkat peran pengawasan orang tua. Peran
pendamping sebagai monev memiliki hubungan negatif namun tidak signifikan p0,05 dengan ketepatan alokasi dana dan keberlanjutan sekolah anak. Dengan demikian, peran
pendamping sebagai monev tidak berhubungan dengan pengawasan yang dilakukan oleh orang tua, dan tidak berhubungan dengan pengaturan ketepatan alokasi dana maupun
dengan keberlanjutan sekolah anak. Pengawasan dan evaluasi terhadap capaian program PKH yang dilakukan oleh pendamping sebagai bentuk monev tidak berhubungan
dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH. Peserta PKH sebagai orangtua sudah memiliki kesadaran cukup tinggi terhadap
pentingnya sekolah anak pendidikan wajib sembilan tahun. Sebagian besar peserta sudah menyadari kewajiban dalam memberikan pengawasannya terhadap anak-
anaknya. Hal ini mengapa peran pendamping sebagai monev tidak berhubungan dengan pengawasan yang dilakukan oleh orang tua.
Pendamping memiliki peran dalam memonitoring dan mengevaluasi program khususnya pada peserta PKH. Monitoring pendamping tersebut yakni, 1 pada
pengawasan dana bantuan ketika pencairan dana dan pada saat pertemuan kelompok yang berupa nasehat dan peringatan, 2 monitoring juga dilakukan kepada anak peserta
PKH, dimana pendamping melakukan kunjungan rutin ke sekolah dan Posyandu. Evaluasi dilakukan dengan melakukan verifikasi setelah pencairan dana yakni
pemutakhiran data peserta PKH. Untuk verifikasi pendamping meminta peserta PKH mengumpulkan fotokopi raport dan fotokopi kartu absensi Poyandu anak. Tujuannya
adalah guna mengetahui apakah peserta tersebut masih memenuhi syarat sebagai peserta PKH atau tidak. Pengisian formulir pemutakhiran data peserta PKH dikenal istilah
“NE” atau Not Eligible. Penggunaan istilah ini memiliki arti bahwa RTSM tersebut sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai peserta PKH seperti tidak adanya balita,
85 tidak ada kehamilan serta tidak memiliki anak usia sekolah dalam keluarga tersebut.
Peserta PKH yang pindah ketempat lain bukan termasuk “NE” atau Not Eligible. Pengevaluasi dan pemantau monev yang dilakukan pendamping tidak
mempengaruhi meningkatnya keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH berdasarkan uji analisis statistik dimana p0,05. Hal ini dapat terjadi karena monev yang dilakukan
pendamping sebagian besar bersifat fisik. Bersifat fisik yang dimaksud adalah pendamping hanya memerlukan bukti tertulis berupa fotokopi raport, daftar absensi
sekolah maupun Posyandu, dan nota pembayaran dari pihak sekolah guna data pemutakhiran PKH. Selain itu, dapat pula dana bantuan tersebut sebenarnya tidak
memadai sesuai dengan kebutuhan pendidikan anak. Dana bantuan tersebut juga kemungkinan tidak tepat guna sebagai program pemberdayaan yang diberikan oleh
PKH. Oleh karena itu, walaupun pendamping telah melakukan monev sesuai dengan prosedur PKH tetapi tetap saja tidak mempengaruhi terhadap komponen keberlanjutan
pendidikan anak peserta. Temuan hasil penelitian berbeda dengan yang dikemukakan oleh Sumodiningrat
et al. 2005 bahwa dana bantuan PKH yang tidak bersifat selamanya tetapi malah tidak berusaha menciptakan kemandirian pesertanya. Proses pendampingan PKH masih
belum relatif berbasis pada pemberdayaan tidak sejalan yang ditemukan oleh Fauziah 2001 di lapang. Pada pendampingan PKH, tidak terjadi perubahan input yang diterima
peserta dengan output yang dihasilkan. Output yang dimaksud ialah tidak adanya pengembangan pengetahuan maupun keterampilan dalam bentuk yang nyata demi
keberlangsungan masa depan peserta. Pada PKH Input yang ada hanya berbentuk pengetahuan dan pemahaman mengenai materi PKH, sedangkan output yang dihasilkan
hanya berupa pemahaman tentang materi PKH yang menjadi kewajiban mengikat bagi
86 peserta. Program Keluarga Harapan hanya membuat peserta melakukan semua tugas-
tugas yang diberikan karena adanya peraturan dan sanksi. Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Peserta PKH Menurut Kategori Variabel
Peran Pendamping Sebagai Monev, Kelurahan Balumbang Jaya, 2010
Variabel Kategori
Jumlah Orang Persentase
Monev Sangat Rendah
30 45,45
Rendah 19
28,79 Tinggi
15 22,73
Sangat Tinggi 2
3,03 Total
66 100,00
Tabel 20 merupakan tabel frekuensi yang menyatakan kategori tingkat peran pendamping sebagai monev menurut hasil survai yang dilakukan kepada peserta PKH.
Terlihat bahwa mayoritas peserta PKH menilai bahwa peran pendamping sebagai monev sangat rendah. Peran tersebut tidak berpengaruh terhadap masing-masing peserta
PKH dalam menjalankan keberlanjutan pendidikan anak peserta. Hal ini dapat disebabkan peserta PKH sendiri sudah memiliki kesadaran terhadap keberhasilan
anaknya. Walaupun begitu tanpa keseimbangan kemauan yang sama antara peserta dan pendamping PKH maka tidak terjadi hubungan antar kedua variabel tersebut.
Peran pendamping berturut-turut yang paling dimiliki oleh pendamping Kelurahan Balumbang Jaya berdasarkan besarnya nilai koefisien korelasi adalah peran
pendamping sebagai motivator dan fasilitator. Kedua peran ini yang paling berhubungan dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta. Berarti bahwa peran pendamping baik
dalam memberikan nasihat, motivasi maupun peringatan telah mempengaruhi cara berperilaku peserta seingga peserta memenuhi kewajibannya. Sehingga peserta telah
mengunjungi pusat kesehatan bagi balita secara rutin dan juga sampai saat ini peserta telah menyekolahkan anaknya.
87
BAB VII KOMPETENSI PENDAMPING DALAM MEMFASILITASI
PENDIDIKAN ANAK PESERTA PKH
7.1 Hubungan Kompetensi Pendamping dengan Keberlanjutan Pendidikan