30
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Keterangan :
= Hubungan = Menunjukan 1 kelompok variabel yg hubungannya tidak akan diteliti
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif antara kondisi sosial ekonomi peserta PKH, yaitu kategori usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan terakhir, kesertaan pendidikan
non formal, jumlah tanggungan serta kategori jumlah penghasilan rumahtangga dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH yang meliputi tingkat peran
pengawasan orang tua, ketepatan alokasi dana, serta keberlanjutan sekolah anak; 2. Terdapat hubungan positif antara peran pendamping, yaitu pendamping sebagai
fasilitator, motivator, dinamisator, serta monev pengevaluasi dan pemantau dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH yang meliputi tingkat peran
X3. Kompetensi Pendamping Kemampuan
X3.1: Berkomunikasi Efektif X3.2: Memahami Wilayah
X3.3: Membangun Jejaring Kerja X3.4: Menerapkan Teknik
Pembelajaran Orang Dewasa
X1. Kondisi Sosial Ekonomi Peserta PKH
X1.1: Kategori Usia X1.2: Jenis Pekerjaan
X1.3: Tingkat Pendidikan Terakhir
X1.4: Kesertaan Pendidikan Non
Formal X1.5: Jumlah
Tanggungan X1.6: Kategori Jumlah
Penghasilan Rumatangga
Y1. Keberlanjutan Pendidikan Anak Peserta
PKH Y1.1: Tingkat Peran
Pengawasan Orang Tua
Y1.2: Ketepatan Alokasi Dana
Y1.3: Keberlanjutan Sekolah Anak
X2. Peran Pendamping X2.1: Fasilitator
X2.2: Motivator X2.3: Dinamisator
X2.4: Pengevaluasi dan
Pemantau Monev
31
pengawasan orang tua, ketepatan alokasi dana, serta keberlanjutan sekolah anak; dan
3. Terdapat hubungan positif antara kompetensi pendamping, yaitu kemampuan berkomunikasi efektif, memahami wilayah, membangun jejaring kerja dan
menerapkan teknik pembelajaran orang dewasa dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH yang meliputi tingkat peran pengawasan orang tua, ketepatan
alokasi dana, serta keberlanjutan sekolah anak.
2.7 Definisi Operasional
1. Kondisi Sosial Ekonomi RTSM meliputi: kategori usia peserta, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan terakhir, kesertaan pendidikan non formal, jumlah tanggungan
serta kategori jumlah penghasilan rumahtangga. a. Kategori usia adalah tahun lahir responden sejak dilahirkan sampai penelitian ini
dilakukan, usia merupakan jenis data ordinal. Untuk keperluan statistik deskriptif maka akan dibagi menjadi tiga kategori yang dibuat oleh Mugniesyah
2006, yaitu: 1 dewasa awal 18-29 tahun, 2 dewasa pertengahan 30-50 tahun, 3 dewasa tua 50 tahun keatas.
b. Jenis pekerjaan adalah posisikedudukan responden untuk melakukan pekerjaan dalam menjalankan unit usahanya masing-masing. Peubah ini diukur dengan
skala nominal. Berdasarkan turun lapang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: 1 buruh, 2 ibu rumahtangga, 3 pedagang, 4 pembantu rumahtangga.
c. Tingkat pendidikan terakhir merupakan jumlah tahun sukses yang telah diselesaikan oleh responden di bangku sekolah, merupakan jenis data ordinal.
Untuk keperluan statistik deskriptif maka akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1 pernah mengenyam
pendidikan ≤ SD, 2 pernah mengenyam pendidikan
SMP, 3 pernah mengenyam pendidikan ≥ SMASederajat.
32
d. Kesertaan pendidikan non formal merupakan frekuensijumlah kesertaan kali responden dalam pendidikan luar sekolah berupa pelatihan atau kursus,
merupakan jenis data ordinal. Untuk keperluan statistik deskriptif maka akan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu rendah, sedang, tinggi. Tinggi apabila
peserta pernah mengikuti lebih dari tiga kali keikutsertaan dalam pendidikan non formal. Sedang apabila peserta pernah mengikuti satu sampai dua kali
pendidikan non formal. Rendah apabila peserta tidak pernah mengikuti pendidikan formal apapun.
e. Jumlah tanggungan merupakan jumlah keseluruhan anggota keluarga responden anakkeponakancucu yang masuk kategori balita atau anak usia sekolah
SDSMP yang belum berpenghasilan atau sebagian kebutuhan sehari-harinya masih ditanggung oleh peserta PKH. Indikator ini termasuk jenis data ordinal,
dimana untuk keperluan statistik deskriptif maka akan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1 kurang dari tiga orang, 2 antara tiga sampai lima orang,
3 lebih dari lima orang. f.
Kategori jumlah penghasilan rumahtangga adalah besarnya jumlah penerimaan dalam bentuk yang dapat diuangkan responden dalam sebulan rupiah. Diukur
dengan pendekatan penghasilan yang diterima oleh rumahtangga dan melalui pendekatan pengeluaran. Penghasilan merupakan jenis data ordinal, dimana
untuk keperluan analisis statistik deskriptif, penghasilan dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1 Rp100.000,00
–Rp400.000,00 2 Rp450.000– 750.000,00 3 Rp 800.000,00-Rp1.600.000,00.
2. Peran Pendamping adalah tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan pekerjaan. Meliputi indikator: pendamping sebagai fasilitator, sebagai motivator, sebagai
dinamisator, dan monev pengevaluasi dan pemantau. Peran pendamping sebagai
33
pengevaluasi dan pemantau diambil berdasarkan data yang diperoleh dari prasurvai yang dilakukan dilapangan, jenis data diukur dengan skala ordinal. dikategorikan
menjadi sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. a. Fasilitator adalah pendamping sebagai pemandu dalam PKH bagi masyarakat.
Dilihat dari berdasarkan intensitas pendamping berada ditengah-tengah peserta program untuk memberikan pemahaman program. Dikategorikan: 1 sangat
tinggi apabila ≥ tiga kali setahun, 2 tinggi apabila dua kali setahun, 3 rendah
apabila hanya sekali dalam setahun, 4 sangat rendah apabila tidak ada pertemuan sama sekali.
b. Motivator adalah pendamping mampu memberikan motivasi atau sugesti positif kepada peserta program. Dilihat dari segi intensitas pendamping memberikan
nasihat dan peringatan. Dikategorikan: 1 sangat tinggi apabila sering di pantau dan diingatkan pendamping ≥ tiga kali, 2 tinggi apabila katanya dipantau dan
diingatkan tapi tidak pernah melihat secara langsung dua kali, 3 rendah apabila kadang-kadang dipantau atau hanya sekali diingatkan, 4 sangat rendah
apabila tidak ada pemantauan maupun peringatan dari pendamping. c. Dinamisator adalah pendamping mampu menggerakan kelompok peserta sebagai
wadah peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin. Dilihat dari segi dimana akhirnya kelompok terdedah informasi baru, pendamping mampu memberikan
bantuan jika ada permasalahan, peserta memiliki modal usaha dari sebagian dana bantuan. Dikategorikan: 1 Sangat tinggi apabila dijawab dengan tiga kali
mendengar, iya ada informasi baru langsung dari pendamping, dan tidak memperbolehkan. 2 Tinggi apabila dijawab dengan 2 kali mendengar, iya ada
informasi baru dikemukakan oleh ketua kelompok, dan pendamping memperbolehkan. 3 Rendah apabila dijawab dengan satu kali mendengar,
34
ragu-ragu atau kadang-kadang, dan ketua kelompok memperbolehkan. 4 Sangat rendah apabila dijawab dengan tidak mendengar sama sekali, tidak
mengetahui dan ragu-ragu. d. Pengevaluasi dan pemantau monev adalah pendamping mampu memberikan
pengawasan terhadap capaian PKH terutama mengenai pendidikan anak peserta PKH. Dilihat dari segi pengarahan, pengawasan dan evaluasi. Dikategorikan: 1
sangat tinggi apabila dijawab dengan pendamping memberikan pengarahan secara lengkap, iya, menanyakan peserta yang tidak hadir karena ada absen, dan
diminta sesudah pencairan setiap semester. 2 Tinggi apabila dijawab pendamping memberikan pengarahan salah satu komponen saja, tidak diminta,
tidak menanyakan peserta yang tidak hadir karena tidak ada absen, dan diminta sesudah pencairan setiap 1 tahun sekali. 3 Rendah apabila dijawab tidak tahu
atau ragu-ragu. 4 Sangat rendah apabila dijawab tidak memberikan arahan dan tidak diminta maupun ditanya.
3. Kompetensi pendamping adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pendamping PKH. Dilihat dari indikator: kemampuan berkomunikasi efektif,
memahami wilayah, membangun jejaring kerja dan menerapkan teknik pembelajaran orang dewasa. Kemampuan menerapkan teknik pembelajaran orang
dewasa diambil berdasarkan data yang diperoleh dari prasurvai yang dilakukan di lapangan. Masing-masing data yang diperoleh diukur dengan skala ordinal dan
dikelompokan dalam tiga kelas yaitu tinggi, sedang dan sangat rendah. a. Berkomunikasi efektif terjadi ketika pendamping mampu menginformasikan
sesuatu kepada peserta dan peserta dapat menangkap apa yang dimaksud oleh pendamping. Dilihat dari pemahaman peserta akan PKH. Dikategorikan: 1
35
tinggi apabila mengetahui apa itu PKH, 2 sedang apabila menjawab ragu-ragu, 3 rendah apabila menjawab tidak tahu.
b. Memahami wilayah yakni kemampuan pendamping dalam mengetahui dan mengenal kondisi wilayah tempatnya bekerja. Dilihat dari pemahaman kondisi
fisiklingkungan, sosial budaya. Dikategorikan: 1 tinggi apabila menurut peserta pendamping mengetahui lokasi sekolah maupun Posyandu, 2 sedang
apabila menjawab ragu-ragu, 3 rendah apabila menjawab tidak tahu. c. Membangun jejaring kerja adalah kemampuan pendamping dalam menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan PKH secara sinergis. Dilihat dari segi kemampuan berkoordinasi dengan pihaklembaga yang terkait dengan
PKH khususnya sekolahan dan Posyandu, juga kepuasan peserta terhadap kerjasama tersebut. Dikategorikan: 1 tinggi apabila mengetahui hal-hal
mengenai PKH, 2 sedang apabila menjawab ragu-ragu, 3 rendah apabila menjawab tidak.
d. Menerapakan teknik pembelajaran orang dewasa adalah kemampuan yang diterapkan pendamping sebagai bentuk perlakuan menghargai peserta sebagai
orang dewasa. Dilihat ketika pendamping menghargai pendapat peserta dan keakraban dengan peserta PKH. Dikategorikan: 1 tinggi apabila peserta
menjawab iya, 2 sedang apabila menjawab ragu-ragu, 3 rendah apabila menjawab tidak.
4. Keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH adalah jumlah tahun sukses yang harus diselesaikan oleh anggota keluarga responden anakkeponakancucu.
Meliputi indikator: tingkat peran pengawasan orang tua, ketepatan alokasi dana, dan keberlanjutan sekolah anak. Jenis data diukur dengan skala ordinal,
dikategorikan menjadi sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah.
36
e. Tingkat peran pengawasan orang tua adalah ketika peserta PKH mampu memberikan perhatian kepada anakkeponakancucu yang terdaftar
sebagai anggota keluarga peserta PKH. Pengawasan dilihat dari segi membimbing, mendampingi dan mengawasi anak. Dikategorikan: 1
sangat tinggi apabila menjawab dapat bersekolah hingga jenjang kuliah, iya dan lebih dari empat kali, peserta membantu ketika ada tugas
sekolah, dan menanyakan pada guru. 2 tinggi apabila menjawab hingga jenjang SMA, iya kurang dari empat kali, dan hanya melakukan kedua
hal dari tiga hal tersebut. 3 rendah apabila menjawab hingga jenjang SMP, iya tetapi anggota keluarga lain selain ibu, dan hanya melakukan
satu hal dari ketiga hal tersebut. 4 sangat rendah apabila menjawab hingga jenjang SD, tidak pernah, dan tidak melakukan ketiga hal
tersebut. f. Ketepatan alokasi dana adalah ketika peserta PKH mampu mengatur
keuangan dana
bantuan, khususnya
untuk biaya
pendidikan anakkeponakancucu yang terdaftar sebagai anggota keluarga peserta.
Dilihat dari segi kesesuaian terhadap keperluan pendidikan anak. Dikategorikan: 1 sangat tinggi apabila menjawab membelikan
keperluan sekolah anak, mencukupi sekali, dan tidak karena segan pada pendamping, 2 tinggi apabila menjawab membelikan keperluan sekolah
anak dan sisanya untuk membeli kebutuhan pangan, cukup, dan tidak karena tidak ada sisa 3 rendah apabila menjawab membagi dana
bantuan menjadi dua untuk sekolah anak dan keperluan lain, tidak cukup tetapi terbantu, dan setuju untuk membeli beras, 4 sangat rendah
37
apabila menjawab tidak karena untuk membeli kebutuhan tertier, tidak mencukupi, dan setuju untuk membeli kebutuhan tertier.
g. Keberlanjutan sekolah anak adalah ketika dana bantuan tersebut dapat mencukupi biaya sekolah anakkeponakancucu yang terdaftar sebagai
anggota keluarga peserta, yakni diukur dengan minimal berlanjutnya anakkeponakancucu peserta PKH sekolah ke jenjang SMP, kecukupan
dari jumlah dana bantuan, dan mempunyai kelebihan dana untuk ditabung demi masa depan anak. Dikategorikan: 1 sangat tinggi apabila
menjawab iya bisa dan anaknya memang sudah ada yang sekolah SMP, terbantu sekali, dan mampu menabung. 2 tinggi apabila menjawab
mudah-mudahan dan tergantung anak, sedikit meringankan, dan mampu menabung sedikit. 3 rendah apabila menjawab tidak tahu dan ragu-
ragu, 4 sangat rendah apabila menjawab tidak dapat karena dana bantuan tidak cukup dan tidak bisa menabung karena dana bantuan tidak
ada sisa.
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pendekatan penelitian dilakukan dengan metode penelitian survai. Penelitian survai menurut Singarimbun dan Effendi 2006 adalah penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Penelitian survai dipilih karena diharapkan dapat menggambarkan kondisi
populasi peserta PKH dan keberhasilan pendamping dalam memberdayakan masyarakat yang dilihat melalui keberlanjutan pendidikan anak peserta. Serta untuk dapat
mengetahui peran dan kompetensi pendamping dalam PKH. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali informasi yang sifatnya lebih mendalam tentang keadaan
yang didapatkan dalam penelitian survai.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dengan purposive sampling yakni pemilihan lokasi secara disengaja. Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah karena pada lokasi tersebut masyarakatnya mengalami transisi dari masyarakat
pedesaan ke masyarakat perkotaan. Selain itu, pada lokasi tersebut kondisi pendidikan anak relatif tertinggal. Serta kemudahan akses sehingga memudahkan peneliti dalam
memperoleh data lapangan yang telah dilakukan pada bulan Juli hingga September 2010.