Hubungan Kompetensi Pendamping Berkomunikasi Efektif dengan

89 mempunyai sedikit kemampuan dalam penerapan teknik pembelajaran orang dewasa, menjalin hubungan partisipasi, dan teknik pemberian informasi kepada peserta. Pendamping menyadari hal tersebut namun mereka belum mendapatkan kesempatan mempelajari kemampuan tersebut. Dikarenakan kesempatan diklat belum diberikan lagi kepada mereka oleh Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Pusat. Terlihat bahwa berdasarkan hasil pengujian terdapat dua variabel yang memiliki hubungan signifikan p0,01, yaitu hubungan antara variabel kompetensi pendamping memahami wilayah, membangun jejaring kerja dengan variabel keberlanjutan pendidikan anak peserta keberlanjutan sekolah anak dan tingkat peran pengawasan orang tua. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis 3, “Terdapat hubungan positif antara kompetensi pendamping, yaitu kemampuan berkomunikasi efektif, memahami wilayah, membangun jejaring kerja dan menerapkan teknik pembelajaran orang dewasa dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH yang meliputi tingkat peran pengawasan orang tua, ketepatan alok asi dana, serta keberlanjutan sekolah anak” dapat diterima sebagian. Variabel-variabel yang berhubungan sangat signifikan tersebut hanya untuk memahami wilayah dengan keberlanjutan sekolah anak, dan membangun jejaring kerja dengan tingkat peran pengawasan orang tua.

7.1.1 Hubungan Kompetensi Pendamping Berkomunikasi Efektif dengan

Keberlanjutan Pendidikan Anak Peserta PKH Kompetensi pendamping tidak terbukti memiliki hubungan signifikan dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji korelasi Tabel 21 yang menunjukan nilai koefisien korelasi yang lebih besar dari p0,05. Berdasarkan uji statistik Rank Spearman terlihat bahwa variabel berkomunikasi efektif Nuryanto, 2008 dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH tingkat peran pengawasan orang tua, ketepatan alokasi dana, dan keberlanjutan sekolah anak tidak 90 memiliki hubungan signifikan p0,05. Dengan demikian, kompetensi pendamping dalam hal kemampuan berkomunikasi efektif tidak berhubungan kuat dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH. Hal ini didukung oleh tabel frekuensi berikut ini: Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Peserta PKH Menurut Kategori Variabel Kompetensi Pendamping Berkomunikasi Efektif, Kelurahan Balumbang Jaya, 2010 Variabel Kategori Jumlah Orang Persentase Berkomunikasi Efektif Rendah 6 9,09 Sedang 33 50,00 Tinggi 27 40,91 Total 66 100,00 Tabel 22 merupakan tabel frekuensi yang menyatakan kategori tingkat kompetensi pendamping berkomunikasi efektif menurut hasil survai yang dilakukan kepada peserta PKH. Tabel tersebut menyatakan dimana peserta menilai bahwa kompetensi pendamping berkomunikasi efektif berada pada taraf sedang. Namun, hal tersebut tidak didukung oleh peserta sendiri. Hal ini dapat disebabkan karena hambatan internal masing-masing peserta. Berbeda dengan temuan di lapangan yang dikemukakan oleh Van Den Ban dan Hawkins 1999, bahwa seharusnya pendamping sebagai agen penyuluhan bertujuan memberikan pertolongan kepada peserta PKH. Pendamping melakukan komunikasi informasi secara sadar bertujuan untuk membantu dengan memberikan pendapat sehingga peserta dapat membuat keputusan yang tepat. Kemampuan berkomunikasi efektif terjadi ketika pendamping mampu menginformasikan sesuatu kepada peserta dan peserta dapat menangkap apa yang dimaksud oleh pendamping. Temuan hasil di lapangan ini sejalan dengan yang ditemukan Nuryanto 2008, bahwa pendamping memiliki pemahaman cukup baik terkait dengan materi PKH content PKH. 91 Pendamping sebagai fasilitator cukup mampu memberi gambaran awal dan rangkuman dalam setiap sesi pengajaran PKH, yakni dalam hal pengarahan informasi PKH. Pada akhir pertemuan kelompok pendamping tidak lupa memberikan kesimpulan mengenai konsep-konsep kunci yang ada di PKH. Namun, seyogyanya pendamping tidak hanya melakukan komunikasi informasi berupa materi PKH saja. Karena membantu masyarakat dalam konsep penyuluhan maupun pemberdayaan, komunikasi informasi yang harus diberikan adalah wawasan dan pengetahuan yang memadai untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam mencapai tujuan mereka. Hal ini mengapa kemampuan pendamping berkomunikasi efektif tidak memiliki hubungan dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH. Pendamping hanya melakukan metode penguatan agar peserta selalu ingat pada materi yang telah disampaikan. Penguatan juga dilakukan dengan memberikan peserta PKH kesempatan untuk bertanya setelah itu memungkinkan untuk berdiskusi terhadap topik yang banyak ditanyakan oleh peserta. Tetapi, hal itu tidak membuat sebagian peserta memiliki pengetahuan yang memadai tentang PKH. Di lapangan masih banyak ditemukan peserta penerima bantuan yang salah memaknai dana bantuan yang mereka dapatkan. Masih terdapat beberapa peserta yang menganggap PKH sebagai program dana bantuan BOSS yang diberikan sekolah. Selain itu, masih ada pula beberapa peserta yang tidak mengetahui kewajiban dan sanksi sebagai peserta PKH. Peserta sebagai ibu dan orang tua memiliki tugas dalam mengatur keuangan rumahtangga khususnya dalam mengatur dana bantuan yang telah diperoleh. Pendamping telah memberikan pengarahan bahwa dana bantuan tersebut untuk kebutuhan sekolah anak. Peserta pun harus mampu melakukan pengawasan kepada anaknya untuk rajin ke sekolah. Karena hal ini penting guna memenuhi kehadiran anak dalam sekolah sebanyak 85 persen. Namun, pengawasan tersebut tergantung pada 92 kepedulian dari orang tua masing-masing. Walaupun pendamping telah memberikan pengarahan berupa peringatan dan nasehat setiap pertemuan kelompok. Tetapi, kenyataan di lapang masih ada anak peserta yang membolos ke sekolah atau memilih berhenti sekolah. Selain itu, ada sebagian peserta yang tidak menggunakan dana bantuan untuk kepentingan sekolah anaknya. Tetapi digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak terlebih dahulu yakni membeli kebutuhan pangan, atau mendahulukan membelikan kebutuhan anak mereka yang sekolah SMA. Karena menurut peserta kebutuhan biaya pendidikan anak peserta lebih mahal dibandingkan dengan anak sekolah SD maupun SMP. Beberapa alasan inilah mengapa kemampuan berkomunikasi efektif dari pendamping tidak memiliki hubungan signifikan dengan keberlanjutan pendidikan anak peserta PKH.

7.1.2 Hubungan Kompetensi Pendamping Memahami Wilayah dengan