Kerangka Pemikiran Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung

jagung pipilan bagi industri tepung jagung. Volume impor jagung dari negara- negara luar jauh melebihi volume ekpor jagung seperti terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Industri pengolahan jagung seperti industri tepung jagung dan industri pati jagung masih belum dapat menjangkau petani baik teknologi dan modal. Bahkan industri pati jagung merupakan industri berskala besar yang membutuhkan modal besar pula. Di tingkat industri pengguna tepung jagung yakni industri pangan, industri pakan dan industri bahan lainnya, kebutuhan akan bahan baku berupa tepung jagung juga dipengaruhi oleh kondisi yang telah diuraikan sebelumnya. Industri pengolahan jagung sebagai industri penyedia bahan baku untuk industri pangan masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Pemenuhan bahan baku bagi industri pangan baik berupa tepung jagung atau pati jagung masih belum dapat dipenuhi oleh industri pengolahan jagung dalam negeri sehingga harus diimpor. Hal ini menyebabkan biaya produksi yang tinggi dan berakibat kepada harga jual produk yang mahal.

4.2 Analisis Kebutuhan

Analisa kebutuhan merupakan tahap awal dalam melakukan analisis sistem Eriyatno, 1999. Dalam analisis sistem pada rantai pasok berbasis jagung ini, dilakukan analisis kebutuhan dari berbagai stakeholders yang terdapat dalam rantai pasok. Stakeholders yang dimaksud adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyediaan jumlah dan mutu tepung jagung pada rantai pasok jagung. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah petani jagung, pengumpul jagung pipilan, industri tepung jagung, dan industri pengguna tepung jagung. Identifikasi kebutuhan stakeholder adalah sebagai berikut: 1 Petani jagung a Kemudahan memperoleh benih yang bermutu b Kemudahan memperoleh informasi dari pemegang kebijakan c Kemudahan memperoleh pengetahuan tentang panen dan pasca panen d Kemudahan memasarkan produk e Harga jagung yang layak f Peningkatan produktivitas g Peningkatan mutu produk h Kemudahan memperoleh sarana produksi i Peningkatan kesejahteraan 2 Pedagang pengumpul a Kemudahan mendapatkan pasokan jagung dari petani b Kemudahan mendapatkan informasi pasar c Pasokan jagung yang dapat diprediksi d Kemudahan memasarkan produk e Harga jagung pipilan yang stabil f Pemenuhan jumlah jagung pipilan yang akan dipasarkan g Kontinuitas pasokan jagung h Pemenuhan mutu jagung pipilan sesuai kebutuhan indutri pengolahan i Penerapan peraturan dagang yang konsisten 3 Industri tepung jagung a Kemudahan memperoleh pasokan jagung pipilan sesuai jumlah yang dibutuhkan b Kemudahan memperoleh pasokan jagung pipilan sesuai mutu yang memenuhi standar c Kontinuitas perolehan pasokan bahan baku d Penyediaan produk yang aman e Harga bahan baku yang stabil f Kontinuitas produksi g Kemudahan pemasaran produk 4 Industri pengguna tepung jagung a Kemudahan memperoleh pasokan bahan baku b Pemenuhan jumlah bahan baku sesuai target produksi c Pemenuhan mutu bahan baku yang sesuai standar d Penyediaan produk yang aman pangan e Kesinambungan perolehan pasokan bahan baku yang sesuai f Harga bahan baku yang stabil g Kemudahan akses informasi 5 Pemerintah a Peningkatan ketahanan pangan b Peningkatan keamanan pangan c Usaha peningkatan produktivitas jagung d Peningkatan lapangan kerja e Peningkatan pendapatan petani f Pengaturan kestabilan harga g Peningkatan daya saing dengan negara lain h Pengaturan iklim usaha yang stabil

4.3 Identifikasi Permasalahan

Berbagai permasalahanpada rantai pasok jagung diidentifikasi sesuai masalah pada setiap stakeholder. Identifikasi permasalahan dilakukan agar dapat diatasi untuk memenuhi kebutuhan setiap stakeholder seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun identifikasi permasalahan adalah seperti berikut: Petani jagung Petani belum seluruhnya menggunakan bibit jagung varietas unggul sehingga berpengaruh pada peningkatan produktivitas jagung. Oleh sebab itu usaha pemerintah untuk memberikan anjuran penggunaan varietas unggul perlu diinformasikan sampai ke semua daerah, terutama daerah yang merupakan sentra jagung. Faktor perubahan iklim juga berpengaruh kepada waktu tanam dan hasil panen jagung. Kebiasaan dengan jadwal menanam pada masa lalu masih digunakan, sehingga perkiraan produksi banyak yang meleset. Penanganan panen dan pasca panen belum merata di antara petani yang menyebabkan mutu jagung yang dihasilkan dapat bervariasi. Sebagai pemegang kebijakan di bidang pertanian, pemerintah telah melakukan usaha ke arah itu, namun di harapkan dapat sampai ke semua petani. Kesulitan memasarkan produk dan memperoleh informasi, menyebabkan petani memasarkannya pada tingat pengumpul dengan harga yang tidak layak. Harga di tingkat petani jauh di bawah harga pada tingkat pedagang pengumpul. Hal ini mengakibatkan tidak terjadinya peningkatan kesejahteraan para petani. Untuk memperoleh harga yang layak, diperlukan pula peningkatan mutu produk selain akses langsung untuk memasok jagung kepada industri pengolahan jagung. Kesulitan memperoleh sarana produksi juga di alami