Peramalan Permintaan dengan Jaringan Syaraf Tiruan

peramalan yang baik. Kerjasama antar elemen-elemen pada rantai pasok industri berbasis jagung dalam hal pencatatan data serta pemberian informasi akan memungkinkan diperolehnya hasil peramalan yang lebih akurat. Setiap wilayah di Indonesia memiliki curah hujan yang berbeda-beda, sehingga proses peramalan tidak dapat dilakukan sekaligus secara menyeluruh untuk wilayah Indonesia. Proses peramalan sebaiknya dilakukan per wilayah sesuai keadaan curah hujan pada wilayah tersebut. Proses peramalan dalam model ini menggunakan data luas panen ha, curah hujan mm, dan produksi jagung ton di daerah Jawa Tengah. Peramalan ini menggunakan jaringan syaraf tiruan dan model regresi berganda. Proses peramalan dan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan lampiran 4. Hasilnya menunjukkan bahwa jaringan syaraf tiruan lebih baik karena memiliki nilai MSE yang lebih kecil. Hasil prediksi produksi jagung Jawa Tengah dengan jaringan syaraf tiruan terdapat pada Lampiran 2. Model prediksi produksi jagung ini bermanfaat bagi beberapa pemangku kepentingan antara lain: 1 Pengumpul jagung pipilan; 2 Pihak pabrik jagung; 3 Pemegang kebijakan. Dengan adanya model ini faktor ketidak-pastian tentang jumlah produksi jagung pada periode yang akan datang yang mempengaruhi fluktuasi harga jagung, dapat diperkecil. Model ini bermanfaat bagi pihak pengumpul karena dengan diperolehnya prediksi jumlah produksi jagung pada beberapa periode ke depan, para pengumpul dapat merencanakan pembelian jagung dari petani dan dapat merencanakan penjualan serta rencana distribusi jagung pipilan kepada industri-industri pengolahan jagung. Manfaat yang diperoleh pabrik jagung dengan penggunaan model ini adalah pabrik jagung dapat mengetahui jumlah bahan baku yang dapat diperoleh dari sentra jagung, sehingga dapat merencanakan impor bahan baku bila sentra jagung dalam negeri tak dapat memenuhinya. Berdasarkan hasil prediksi ini, pihak pabrik jagung dapat membuat perencanaan produksi dengan lebih matang. Manfaat model ini bagi pihak pemegang kebijakan adalah pemegang kebijakan dapat menggunakannya untuk memprediksi produksi jagung di sentra- sentra jagung secara parsial. Dengan demikian penjumlahan produksi jagung yang diprediksi pada sentra-sentra jagung merupakan hasil prediksi produksi jagung secara nasional. Dengan diperolehnya hasil prediksi produksi jagung secara nasional, pihak pemegang kebijakan dapat membuat kebijakan tentang usaha- usaha untuk meningkatkan produktivitas jagung, dan kebijakan lainnya tentang ketahanan pangan.

6.2 Pengelompokan Mutu Jagung Pipilan

Pengelompokan mutu jagung pipilan merupakan salah satu bagian dari proses pasca panen jagung. Proses pasca panen jagung terdiri dari kegiatan- kegiatan: 1 pemanenan, 2 pengupasan, 3 pengeringan, 4 pemipilan,; 5 penyimpanan, 6 pengangkutan, dan 7 Klasifikasi dan standarisasi mutu Firmansyah et al. 2006. Kegiatan-kegiatan pada pasca panen jagung sangat berpengaruh kepada hasil panen yang diperoleh. Proses pasca panen yang tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas hasil panen. Menurut Firmansyah et al. 2006, permasalahan pasca panen jagung antara lain adalah susut kuantitas dan mutu, serta keamanan pangan. Kehilangan kuantitatif hasil panen merupakan susut hasil akibat tertinggal di lapang pada waktu panen, tercecer saat pengangkutan, atau tidak terpipil. Kehilangan kualitatif merupakan penurunan mutu hasil akibat butir rusak, butir berkecambah, atau biji keriput selama proses pengeringan, pemipilan, pengangkutan atau penyimpanan. Sedangkan masalah yang berkaitan dengan keamanan pangan adalah penundaan penanganan pascapanen jagung. Penundaan ini berpeluang untuk meningkatkan infeksi cendawan. Penundaan pengeringan paling besar kontribusinya dalam meningkatkan infeksi cendawan Aspergillus flavus yang bisa mencapai di atas 50. Cendawan tersebut menghasilkan mikotoksin jenis aflatoksin. Toksin yang dikeluarkan oleh cendawan tersebut juga berbahaya bagi kesehatan ternak. Penurunan mutu biji jagung pipilan juga dapat terjadi karena masalah transportasi. Jarak dan waktu transportasi yang lama, dan cara penanganan pascapanen yang kurang baik mengakibatkan kemungkinan terjadinya perubahan kadar air, dan tumbuhnya cendawan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan mutu saat jagung tiba di tempat yang dituju. Tujuan penanganan pasca panen jagung yang baik adalah untuk memperoleh butiran jagung dengan mutu yang baik, yang dimulai dengan penentuan umur panen yang tepat, mengurangi susut panen dan perontokan, cepat melakukan penjemuran biji dan penyimpanan pada kadar air dan wadah yang tepat, sehingga mendapatkan harga jual yang tinggi Balai Besar Litbang Pasca Panen, 2010. Model pengelompokan mutu jagung pipilan ini bermanfaat dalam kegiatan klasifikasi mutu pada proses pasca panen. Model ini juga bermanfaat bagi pengumpul sehingga dapat mendistribusikan jagung pipilan menurut kelompok mutu sesuai jenis industri sasarannya. Jagung yang mengandung aflatoksin melebihi batas yang diijinkan, tak dapat dipasok sebagai bahan baku bagi industri tepung jagung. Dalam memproduksi tepung jagung, industri tepung jagung membutuhkan bahan baku jagung pipilan yang memenuhi stadar mutu yang ditetapkan. Jenis uji pada parameter mutu kadar air, butir rusak, butir pecah, dan kotoran merupakan variabel masukan yang berpengaruh kepada kelompok mutu jagung pipilan. Walaupun telah dikeringkan namun adanya kadar air yang berlebih karena penyimpanan akan mengakibatkan kemungkinan tumbuhnya aflatoksin. Standar Nasional Indonesia menetapkan batas kandungan aflatoksin untuk jagung pipilan yaitu maksimum 5 ppb bagi manusia dan maksimum 50 ppb bagi hewan. Bila kandungan aflatoksin lebih dari 50 ppb maka jagung pipilan tidak dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri tepung jagung. Pengelompokan mutu jagung pipilan berdasarkan kadar air, butir rusak, butir pecah, dan kotoran dapat dilakukan setelah melewati pengujian aflatoksin terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena industri sasaran yang dijadikan konsumen jagung pipilan adalah industri tepung jagung. Variabel input yang cukup penting selain kadar air adalah butir rusak dan butir pecah. Bagi industri farmasi disyaratkan tidak boleh ada butir yang pecah. Butir pecah dapat terjadi pada saat proses pengeringan dan proses pemipilan. Akibat dari butir yang pecah adalah terdapatnya telur-telur serangga yang akan merusak butir jagung. Telur serangga tidak mati pada air mendidih dan tidak mati pada proses mekanis. Butir rusak jagung pipilan diakibatkan karena dimakan burung. Untuk industri pangan butir rusak merupakan syarat mutu yang penting, karena butir rusak dapat berpotensi adanya telur serangga dan kutu. Selain itu butir rusak pada jagung akan mengakibatkan kemungkinan tumbuhnya cendawan. Model pengelompokan mutu jagung pipilan yang telah dirancang dijalankan dengan perangkat lunak MATLAB R2010a, dengan memasukkan nilai domain setiap variabel input, dan nilai parameter pada setiap himpunan fuzzy. Salah satu hasil memasukkan variabel input jenis uji butir rusak dapat dilihat pada Gambar 41. Gambar 41 Himpunan fuzzy variabel butir rusak jagung pipilan. Aturan if-then yang telah dirancang dimasukkan kedalam program MATLAB R2010a, dan tampilannya terlihat pada Gambar 42. Tampilan lainnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Setelah semua variabel input dimasukkan kedalam FIS editing, dan aturan yang dibuat telah dimasukkan ke dalam program tersebut, maka hasil yang diperoleh terlihat seperti pada Gambar 43. Hasil menjalankan FIS pada perangkat lunak MATLAB R2010a selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.