Pengelompokan Mutu Tepung Jagung

Beberapa kebijakan yang perlu dilakukan apabila terdapat kekurangan bahan baku jagung pipilan antara lain: - Melakukan impor jagung dari negara luar - Usaha peningkatan produktivitas jagung bagi petani - Memberikan kemudahan memperoleh benih jagung yang bermutu bagi petani - Memberikan kemudahan meperoleh pengetahuna tentang panen dan pasca panen bagi petani - Kemudahan memperoleh sarana produksi bagi petani - Kemudahan mendapat pasokan bahan baku dari petani kepada pengumpul - Penerapan peraturan dagang yang konsisten bagi pengumpul - Kemudahan akses informasi bagi semua pemangku kepentingan 7 SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Model penyediaan tepung jagung pada rantai pasokan tepung jagung terdiri atas model prediksi produksi jagung, model pengelompokan mutu jagung pipilan, model pengelompokan mutu tepung jagung, dan model prediksi permintaan tepung jagung oleh industri pengguna tepung jagung. 2. Model prediksi produksi jagung menggunakan model kausal dengan alat analisis jaringan syaraf tiruan dan pendekatan regresi. Variabel input dalam model ini adalah luas panen ha dan curah hujan mmbulan, sedangkan variabel output adalah jumlah produksi jagung tonbulan. 3. Model pengelompokan mutu jagung pipilan menggunakan pendekatan fuzzy inference system dengan variabel input kadar air, butir rusak, butir pecah dan kotoran. Sebagai variabel output adalah jagung pipilan mutu 1, mutu 2 dan mutu 3. 4. Model pengelompokan mutu tepung jagung menggunakan pendekatan fuzzy inference system dengan variabel input kandungan aflatoksin, kadar air, cemaran seng dan cemaran tembaga. Sebagai variabel output adalah tepung jagung grade 1, grade 2 dan grade 3. Grade 1 sebagai bahan baku industri farmasi, grade 2 sebagai bahan baku industri pangan dan grade 3 untuk industri pakan ternak. 5. Model prediksi permintaan tepung jagung menggunakan model time series. Alat analisis yang digunakan dalam model ini adalah jaringan syaraf tiruan dan metode peramalan untuk data time series. 6. Model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung yang dirancang masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain: model belum dilengkapi dengan sistem pendukung keputusan yang mengintegrasikan elemen-elemen dalam sistem, model masih parsial dan belum mempertimbangkan semua komponen dalam rantai pasok, model pengelompokan mutu jagung pipilan belum mempertimbangkan pengaruh penanganan pasca panen jagung, model prediksi permintaan masih belum menggunakan data aktual yang terjadi di lapangan.

7.2 Saran

1. Model ini dapat dikembangkan dan dapat dilengkapi dengan sistem pendukung keputusan yang dapat membantu pengambil keputusan melakukan antisipasi dalam penyediaan tepung jagung sesuai permintaan industri pengguna tepung jagung. 2. Model ini dapat disempurnakan dengan mengintegrasikan semua komponen dalam rantai pasok dalam analisis rantai pasok industri berbasis jagung secara menyeluruh.