Penelitian Terdahulu Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung

tepung jagung telah dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang menjadi konsumennya.

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Dalam penelitian ini berbagai data, informasi dan pengetahuan pakar dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Pengumpulan data, informasi dan pengetahuan ini dilakukan dengan cara: a melakukan studi literatur melalui penelusuran literatur-literatur yang berkaitan dengan bidang yang akan dikaji; b melakukan studi tentang dokumentasi yang diperoleh dari instansi terkait, menelusuri laporan-laporan penelitian yang relevan dengan bidang kajian; c memperoleh pengetahuan dari pakar melalui wawancara, diskusi, pengisian panduan wawancara; d melakukan studi pada industri tepung jagung. Data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai kriteria uji mutu tepung jagung. Data ini diperoleh melalui konsultasi dengan pakar dengan menggunakan panduan wawancara. Data primer lainnya adalah data tentang standar mutu tepung jagung yang ditetapkan pabrik tepung jagung. Data ini melalui wawancara dengan pihak pabrik tepung jagung. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data volume ekspor dan impor jagung, data jumlah produksi jagung pada sentra jagung, luas panen, produktivitas jagung di Indonesia. Data ini diperoleh dari Direktorat Budidaya Serealia, Kementerian Pertanian. Data curah hujan diperoleh melalui penelusuran literatur. Data permintaan tepung jagung berupa data yang di-generate berdasarkan informasi dari pabrik tepung jagung. Pakar dalam penelitian ini adalah pakar yang berpengalaman dalam penelitian-penelitian tentang perjagungan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Sumber informasi lainnya adalah Manager Produksi pabrik tepung jagung PT Amylum Corn Grits Mills. Pengolahan data pada model prediksi produksi jagung dan model prediksi permintaan tepung jagung, dilakukan dengan jaringan saraf tiruan, menggunakan software MATLAB R2010a. Peramalan secara statistikal dalam kedua model tersebut menggunakan software Minitab Release 14 dari Minitab Inc. Pada model pengelompokan mutu jagung pipilan, pengelompokan dilakukan dengan fuzzy inference system dengan menggunakan MATLAB R2010a. 4 ANALISIS SISTEM

4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung

Rantai pasok jagung merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan pada sentra jagung, pedagang atau pengumpul, pabrik tepung jagung, hingga industri pengguna tepung jagung.Pada tingkat petani produktivitas jagung di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara penghasil jagung lainnya di dunia. Tabel 2 menunjukkan bahwa posisi Indonesia jauh di bawah Amerika Serikat bahkan masih dibawah rerata produktivitas jagung dunia.Usaha pemegang kebijakan untuk meningkatkan produktivitas jagung di tingkat petani dilakukan dengan anjuran teknologi yang terdiri dari beberapa komponen Direktorat Budidaya Serealia, 2006. Komponen-komponen tersebut adalah:1 Penggunaan varietas unggul potensi tinggi, penggunaan benih bermutu; 2 Persiapanlahan; 3 Bercocok tanam; 4 Pengairan; 5 Pemupukan termasuk penggunaan pupuk organik; 6 Pengendalian jasad pengganggu tanaman hama dan gulma; 7 Panen dan pasca panen.Namun usaha ini belum sepenuhnya menjangkau seluruh petani jagung di daerah di Indonesia. Hal ini menyebabkan produktivitas jagung yang tidak merata antar satu daerah dengan daerah yang lain. Pada tingkat pengumpul atau pedagang jagung pipilan terdapat masalah yaitu bervariasinya jumlah dan mutu jagung yang dipasok oleh petani. Penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik pada tingkat petani memiliki pengaruh besar terhadap produksi dan mutu jagung yang dihasilkan. Penanganan panen dan pasca panen ini masih bervariasi pada tingkat petani. Hal inilah yang mengakibatkan bervariasinya mutu jagung pipilan yang dipasok petani kepada pengumpul atau pedagang. Industri tepung jagung menggunakan bahan baku jagung pipilan untuk memproduksi tepung jagung. Jagung pipilan yang terdapat pada tingkat pengumpul tidak seluruhnya digunakan sebagai bahan baku tepung jagung. Proporsi penggunaan jagung oleh industri pakan ternak telah mencapai 50 dati total kebutuhan Nasional. Bahkan diperkirakan akan terus meningkat hingga 60 dari kebutuhan Nasional Direktorat Budidaya Serealia, 2006. Keadaan ini menunjukkan bahwa masih belum dapat dipenuhinya jumlah bahan baku berupa jagung pipilan bagi industri tepung jagung. Volume impor jagung dari negara- negara luar jauh melebihi volume ekpor jagung seperti terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Industri pengolahan jagung seperti industri tepung jagung dan industri pati jagung masih belum dapat menjangkau petani baik teknologi dan modal. Bahkan industri pati jagung merupakan industri berskala besar yang membutuhkan modal besar pula. Di tingkat industri pengguna tepung jagung yakni industri pangan, industri pakan dan industri bahan lainnya, kebutuhan akan bahan baku berupa tepung jagung juga dipengaruhi oleh kondisi yang telah diuraikan sebelumnya. Industri pengolahan jagung sebagai industri penyedia bahan baku untuk industri pangan masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Pemenuhan bahan baku bagi industri pangan baik berupa tepung jagung atau pati jagung masih belum dapat dipenuhi oleh industri pengolahan jagung dalam negeri sehingga harus diimpor. Hal ini menyebabkan biaya produksi yang tinggi dan berakibat kepada harga jual produk yang mahal.

4.2 Analisis Kebutuhan

Analisa kebutuhan merupakan tahap awal dalam melakukan analisis sistem Eriyatno, 1999. Dalam analisis sistem pada rantai pasok berbasis jagung ini, dilakukan analisis kebutuhan dari berbagai stakeholders yang terdapat dalam rantai pasok. Stakeholders yang dimaksud adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyediaan jumlah dan mutu tepung jagung pada rantai pasok jagung. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah petani jagung, pengumpul jagung pipilan, industri tepung jagung, dan industri pengguna tepung jagung. Identifikasi kebutuhan stakeholder adalah sebagai berikut: 1 Petani jagung a Kemudahan memperoleh benih yang bermutu b Kemudahan memperoleh informasi dari pemegang kebijakan c Kemudahan memperoleh pengetahuan tentang panen dan pasca panen d Kemudahan memasarkan produk e Harga jagung yang layak