5 PERANCANGAN MODEL
Perancangan model pada rantai pasok industri berbasis jagung ini bertujuan untuk memperoleh suatu model yang dapat menganalisis penyediaan produk
tepung jagung pada industri tepung jagung sesuai kebutuhan industri hilirnya. Perancangan model ini dilakukan berdasarkan observasi lapangan, penelusuran
literatur, analisis sistem, serta hasil diskusi dan konfirmasi pakar. Model yang dirancang secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 16
dimana di dalamnya terdapat model prediksi produksi jagung, model pengelompokan mutu jagung pipilan, model pengelompokan mutu tepung jagung
dan model prediksi permintaan tepung jagung. Perancangan model penyediaan tepung jagung ini menggunakan beberapa alat analisis data yaitu jaringan syaraf
tiruan Artificial Neural Network dan Fuzzy Inference System FIS.
5.1 Model Prediksi Produksi Jagung
Permasalahan yang teridentifikasi pada tingkat petani dalam pengembangan jagung adalah harga jagung berfluktuasi, mutu masih rendah, kuantitas dan
kontinuitas belum terpenuhi serta modal belum dapat diakses petani dengan baik Direktorat Budidaya Serealia, 2006. Masalah yang diangkat sebagai dasar dalam
perancangan model ini adalah masalah kuantitas dan kontinuitas produksi yang belum terpenuhi. Dalam rantai pasok industri berbasis jagung, hal ini sangat
berpengaruh, mengingat jagung merupakan bahan baku industri tepung jagung. Kekurangan bahan baku akan berpengaruh pula pada kelangsungan jalannya
proses produksi pada industri tersebut. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa sekitar 50 hasil produksi
jagung digunakan untuk pakan ternak. Data produksi jagung tidak dipisahkan menurut jenis jagung, sehingga dapat terjadi bahwa terdapat jenis jagung manis di
dalamnya. Sebagian dari hasil produksi jagung juga digunakan sebagai bibit. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak sampai separuh dari hasil produksi jagung
digunakan sebagai bahan baku pada industri tepung jagung. Prediksi jumlah produksi jagung on-farm diperlukan dalam model. Hal ini
dibutuhkan agar dapat diperkirakan berapa jumlah jagung pipilan yang dapat
dipenuhi untuk diolah pada pabrik tepung jagung. Dengan demikian model prediksi produksi jagung merupakan sub-model yang diperlukan dalam model
penyediaan tepung jagung yang akan dirancang. Terdapat dua model peramalan yaitu model peramalan kuantitatif dan model
peramalan kualitatif Makridakis et al. 1983. Model prediksi produksi jagung yang dirancang merupakan model peramalan kuantitatif, karena lebih mudah
dipakai oleh pengguna di lapangan, dengan syarat perlu tersedia data yang cukup untuk diolah. Model kualitatif hanya digunakan oleh orang yang telah
berpengalaman dan memiliki naluri bisnis yang kuat untuk dapat melakukan prediksi ke depan. Model peramalan kuantitatif yang digunakan untuk
memprediksi produksi jagung adalah model kausal. Dalam model ini tidak digunakan model time series. Time series merupakan model peramalan yang
memperkirakan hasil peramalan berdasarkan ekstrapolasi dari data produksi periode sebelumnya. Model yang dirancang diolah dengan menggunakan jaringan
syaraf tiruan Artificial Neural Network dan peramalan secara statistikal. Dari sisi on-farm dapat dikatakan bahwa jumlah produksi jagung tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh jumlah produksi pada periode-periode sebelumnya. Produksi jagung dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penggunaan bibit,
pemanfaatan lahan, pemupukan secara tepat, pengendalian hama dan penyakit, pengairan, curah hujan, dan penanganan proses panen Direktorat Budidaya
Serealia, 2006. Perubahan iklim dunia menyebabkan terjadinya perubahan musim penghujan demikian pula musim kemarau di Indosnesia. Pada kondisi normal
peramalan dengan data time series dapat digunakan, namun dengan adanya perubahan iklim serta pengaruh beberapa faktor tersebut terhadap produksi
jagung, maka model kausal lebih tepat untuk digunakan. Model kausal dalam prediksi produksi jagung pada penelitian ini
menggunakan data numerik sebagai input dalam jaringan syaraf tiruan. Sebagai variabel input adalah faktor-faktor yang berpengaruh pada jumlah produksi
jagung, sedangkan variabel output adalah jumlah produksi jagung. Di antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung tersebut, terdapat dua
variabel yang bersifat numerik yaitu variabel luas panen ha dan curah hujan mm. Faktor penggunaan bibit, pemanfaatan lahan, pemupukan secara tepat,
pengendalian hama dan penyakit, pengairan, dan penanganan proses panen mempengaruhi produksi jagung, namun dalam model ini tidak digunakan. Hal ini
dilakukan dengan asumsi bahwa faktor-faktor tersebut merupakan kegiatan untuk meningkatkan produksi dan bersifat kualitatif serta sulit terukur.
Luas Panen
Luas Panen
Curah Hujan
Curah Hujan
Alat Bantu Analisis
Alat Bantu Analisis
Hasil Prediksi Produksi jagung
Hasil Prediksi Produksi jagung
Gambar 20 Model konseptual prediksi produksi jagung. Model konseptual prediksi produksi jagung dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar ini menunjukkan hubungan variabel luas panen dan curah hujan sebagai variabel input yang berpengaruh terhadap produksi jagung sebagai variabel
output. Alat bantu analisis untuk memperoleh hasil prediksi adalah metode peramalan yang digunakan. Alat analisis yang akan digunakan dalam model ini
adalah Jaringan Syaraf Tiruan JST dan peramalan secara statistikal. Salah satu alat analisis dalam model prediksi produksi jagung ini adalah
jaringan syaraf tiruan backpropagation dengan arsitektur jaringan seperti terlihat pada Gambar 21. Siang 2009 menjelaskan bahwa backpropagation dapat
digunakan untuk melakukan peramalan forecasting.
Gambar 21 Struktur jaringan syaraf tiruan model prediksi produksi jagung.
X
1
Y
X
2
Z
j
Z
1
v
11
v
p1
v
12
v
p2
w
11
w
1j
1 1
Z
p
v
j2
v
j1
v
10
v
p0
v
j0
w
1p
w
10