Rosela Efek Radioprotektif Ekstrak Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang: Studi Gambaran Eritrosit Darah Perifer Mencit (Mus musculus).

Tabel 2 Kandungan senyawa kimia dalam kelopak rosela. Nama senyawa Jumlah Campuran asam sitrat dan asam malat 13 Anthocyanin yaitu gossipetin hidroxyflavone dan hibiscin 2 Vitamin C 0.004-0.005 Protein Berat segar 6.7 Berat kering 7.9 Sumber: Maryani dan Kristiana 2009. Penelitian telah menunjukkan bahwa ekstrak kasar dan beberapa dari konstituen rosela, khususnya antosianin dan asam protocatechuic memiliki aktivitas antioksidan yang kuat secara in vitro dan in vivo Tanaka et al. 1994; Tanaka et al. 1995; Tsuda et al. 1996; Tseng et al. 1997; Wang et al. 2000. Aktivitas anti hipertensi minuman yang dibuat dari kelopak kering dari tanaman rosela telah teruji pada hewan model dan manusia Fakaye et al. 2008. Antosianin rosela dapat memberikan kontribusi bermanfaat bagi kesehatan sebagai sumber antioksidan yang baik. Antosianin adalah turunan dari struktur kation flavylum dasar, yang memiliki kekurangan elektron inti, mereka umumnya sangat reaktif. Laju kerusakan antosianin tergantung pada banyak faktor seperti suhu, pH, asam askorbat, dan oksigen. Teknik ekstraksi untuk antosianin rosela juga memainkan peran utama dalam aktivitas antioksidan ekstrak Fakaye et al. 2008. Aktifitas ekstrak rosela juga tergantung pada pH yaitu pada pH 2 sampai 7. Aktifitas berkurang sebagaimana peningkatan pH. Pada pH konstan, penurunan aktifitas aktioksidan hanya relatif kecil Sukhapat et al. 2004. Kelopak rosela mengandung antioksidan yang dapat menghambat terakumulasinya radikal bebas penyebab penyakit kronis, seperti kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner dan kanker darah. Antioksidan juga dapat mencegah penuaan dini. Kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak kering rosela jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing Mardiah dan Rahayu 2009. Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosela meliputi gossypetin, antosianin, dan glucosidehibiscin. Antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang memberikan warna merah pada bunga rosela, bersifat antioksidan serta berperan mencegah kerusakan sel akibat paparan sinar ultraviolet berlebih. Salah satu khasiatnya adalah dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, bahkan mematikan sel kanker tersebut Widyanto dan Nelistya 2009. Antioksidan adalah molekul yang berkemampuan memperlambat ataupun mencegah oksidasi molekul lain. Tubuh memiliki antioksidan yang disebut juga dengan antioksidan endogen untuk menetralkan radikal bebas, akan tetapi kandungan antioksidan endogen yang rendah dapat menyebabkan stres oksidatif sehingga radikal bebas dapat merusak sel-sel tubuh Fang et al. 2002. Karena itulah efek rosela terhadap berbagai penyakit sebenarnya merupakan efek dari antioksidannya Usman 2010. Antioksidan adalah senyawa dengan struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Radikal bebas akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron untuk mencapai kestabilan atom atau molekul Evans et al. 2004 Pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti sama yang mengandung cincin benzene tidak jenuh disertai gugusan hidroksi atau gugus amino. Aktivitas antioksidan terdiri dari beberapa mekanisme diantaranya mencegah reaksi berantai, mencegah pembentukan peroksida, mencegah pengambilan atom hidrogen, mereduksi, dan menangkap radikal Su et al. 2004; Kim 2005.

2.3. Darah

Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit Baldy 2006. Darah mempunyai fungsi penting dalam sirkulasi. Secara umum fungsi darah adalah sebagai alat transportasi oksigen, karbondioksida, zat gizi, dan sisa metabolisme, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengatur cairan jaringan dan cairan ekstra sel, mengatur suhu tubuh, dan sebagai pertahanan tubuh dengan mengedarkan antibodi dan sel darah putih Goorha et al. 2003. Komponen darah terdiri dari sel-sel darah dan plasma yang merupakan media cair darah. Sel-sel darah meliputi sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan trombosit atau platelet yang tersuspensi dalam plasma. Eritrosit atau sel darah merah adalah sel dengan jumlah terbanyak 99. Platelet atau trombosit jumlah terbanyak setelah sel darah merah 0.6-1.0. Jumlah leukosit atau sel darah putih lebih sedikit dari sel darah merah 0.2. Perbandingan tipe leukosit tergantung pada spesies Meyer dan Harvey 2004. Sel-sel darah mempunyai umur yang terbatas, sehingga diperlukan pembentukan yang optimal dan konsisten untuk mempertahankan jumlah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Pembentukan dan pematangan darah disebut dengan hematopoiesis. Hematopoiesis terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, vertebrae, pelvis, sternum, thorax dan epifisis proksimal tulang tulang panjang. Jika kebutuhan darah meningkat seperti keadaan pendarahan dan penghancuran sel darah meningkat, maka dapat terjadi pembentukan sel darah di sepanjang tulang panjang Price dan Wilson 2005. Dua stem sel yang terlibat dalam hematopoiesis yaitu stem sel limfoid dan mieloid sebagaimana Gambar 3. Stem sel limfoid terkait dengan timus dimana sel limfosit dihasilkan. Stem sel mieloid jauh lebih kompleks dari stem sel limfoid. Stem sel mieloid sedikitnya memiliki enam garis keturunan yang berbeda yaitu garis keturunan eritrosit, trombosit, netrofil, eosonofil, basofil, dan monosit makrofag. Sel-sel ini terbentuk sebelum menjadi matur dewasa terjadi di sumsum tulang. Tahap akhir garis keturunan mieloid ini terdapat dalam sel darah perifer normal Wellman 2010. Gambar 3 Skema Hematopoiesis Themi et al. 2004 Volume darah mencit dalam sirkulasi sekitar 6.3-8.0 ml100 gram berat badan. Pengambilan darah sampai 40 volume darah setelah 24 jam belum tentu meningkatkan kesakitan atau kematian. Mencit yang masih muda memiliki volume darah yang lebih banyak dari pada mencit yang sudah tua. Weiss dan Wadrop 2010. Pada umumnya volume darah adalah 6-8 dari berat badan Kresno 1988. Volume darah di dalam tubuh hewan tergantung pada umur, keadaan kesehatan, makanan, ukuran tubuh, waktu menyusu, faktor lingkungan dan derajat aktivitas Malole dan Pramono 1989. Secara umum, jumlah maksimum darah yang bisa diambil dalam satu kali pengambilan adalah 1 dari berat badan Thrall 2004. Jumlah total darah yang dapat diambil dari mencit adalah 6-7 dari berat badan Meyer dan Harvey 2004.

2.3.1 Sel Darah Merah Eritrosit

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (EEDSM) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Serta Gambaran Histologi Pankreas Mencit (Mus Musculus L) Diabetes

5 80 121

Efek Antidiabetes dari Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) terhadap Mencit yang Diinduksi Streptozotocin

7 63 129

Pengaruh Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica papaya L.) dan Testosteron Undekanoat (TU) Terhadap Jaringan Ginjal Mencit (Mus musculus L.)

0 86 70

Uji efek ekstrak etanol bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus putih jantan

8 57 98

Efek Radioprotektif Ekstrak Tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L) Terhadap Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang: Studi Diferensiasi Sel Leukosit Darah Perifer Mencit (Mus musculus).

1 14 160

Studi Histopatologi Potensi Radioprotektif Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dalam Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang pada Lambung Mencit (Mus musculus

0 6 156

Studi In-vitro dan In-vivo Efek Radioprotektif Rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn.) terhadap Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang

1 30 356

Studi Histopatologi Potensi Radioprotektif Ekstrak Kelopak Rosela (Hibiscus sabdariffa L) terhadap Duodenum Mencit (Mus musculus) dengan Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang

2 22 182

Studi Histopatologi Respon Organ Testis Mencit (Mus musculus) Terhadap Potensi Radioprotektif Tanaman Rosela dalam Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik

0 1 35

Studi In vitro dan In vivo Efek Radioprotektif Rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) terhadap Radiasi Ionisasi Radiodiagnostik Berulang

0 5 190