3.3.3 Pemberian Ekstrak Rosela
Mencit yang diterapi dengan ekstrak rosela adalah mencit kelompok R+ n=12 dan R- n=12. Sebelum pemberian ekstrak rosela, mencit dipegang
terlebih dahulu secara manual mulai dari belakang telinga sampai dengan dorsal punggung. Larutan ekstrak rosela diberikan dengan dosis 50 mgkg berat badan
Akindahunsi dan Olelaye 2003; Ali et al. 2005 dengan menggunakan sonde lambung. Sonde lambung digunakan secara hati-hati agar larutan ekstrak rosela
tidak masuk ke dalam saluran pernapasan. Pemberian ekstrak rosela dilakukan setiap dua hari sebelum diradiasi dengan sinar-X seperti Gambar 7.
Gambar 7. Pencekokan NaCl fisiologis dan ekstrak etanol kelopak rosela pada mencit.
3.3.4 Paparan Radiasi Sinar-X
Mencit yang diradiasi sinar-X adalah mencit kelompok K+ dan R+. Setiap kelompok n=12 mencit ditempatkan di dalam kandang. Penyinaran dilakukan
dengan dosis 0.2 mSv2hari dengan pengaturan kVp 80 dan mAs 12 dengan waktu pemaparan ± 1 detik. Setiap kandang yang berisi mencit dipapari dengan
sinar-X dengan jarak dari berkas sinar utama ke target dasar kandang mencit adalah 100 cm. Paparan sinar-X dilakukan setiap dua hari. Pemaparan dilakukan
di ruang Roentgen pada setiap kelompok K+ dan R+ secara bergantian.
3.3.5 Pengambilan dan Pemeriksaan Darah
Pengambilan darah pada daerah perifer dilakukan secara acak setiap kelompok dan dilakukan pada minggu ke-0, 2, 4, 6, 8 dan 12 sebanyak 3 ekor
setiap perlakuan. Sebelum pengambilan darah dilakukan, mencit terlebih dahulu
dibius dengan kombinasi ketamine 2 dan xylazin 2 dengan dosis masing masing 30 mgkg berat badan dan 5 mgkg berat badan secara intraperitoneal.
Darah diambil melalui vena pada sinus retro orbitalis dengan menggunakan mikrokapiler hematokrit Hrapkiewicz dan Medina 2007. Darah ditampung
dengan tabung Eppendorf yang telah ditetesi dengan EDTA sebanyak 0.05 ml seperti Gambar 8. Volume darah yang diambil adalah 0.5 ml. Darah tersebut
disimpan tidak lebih dari 24 jam Thrall 2004.
Gambar 8 Pengambilan darah mencit melalui vena sinus retro orbitalis mata.
3.3.6 Penghitungan Jumlah Eritrosit
Penghitungan total eritrosit dilakukan dengan menggunakan hemositometer. Darah dihisap dengan pipet eritrosit sampai batas 0.5 atau lebih. Kelebihannya
dihisap dengan kertas tisu. Bekas darah pada bagian luar pipet di hapus dengan kertas tisu. larutan Hayem dihisap sampai batas angka 101. Pipet dikocok
membentuk angka delapan selama 5-10 menit sampai larutan homogen. Sebanyak 2-3 tetes isi pipet eritrosit dibuang, kemudian ujung pipet ditempelkan pada cover
glass pada kamar hitung Neubauer Gambar 9 sampai semua bagian terisi oleh
larutan darah Thrall 2004. Sel darah merah dilihat dibawah mikroskop kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:
n x 10 x 5 x 200 n
= jumlah sel yang terhitung pada ke-5 kotak 10
= tinggi kamar hitung 110 mm 5
= luas kamar hitung 15 mm
2
200 = faktor pengencer
Gambar 9 Kamar hitung neubauer. R adalah daerah untuk menghitung sel darah merah Wahyura 2010.
3.3.7 Penghitungan Hemoglobin
Tabung hemometer diisi dengan larutan HCl 0.1 N sampai tanda 2. Darah dihisap dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda 20 µl. Kelebihan darah yang
melekat pada ujung luar pipet dihapus dengan kertas tisu secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet berkurang. Darah tersebut dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi larutan HCl tanpa menimbulkan gelembung udara kemudian ditunggu sampai pembentukan asam hematin terjadi. Asam hematin yang
terbentuk diencerkan dengan aquadest setetes demi setetes sambil diaduk dengan pengaduk dari gelas sampai didapat warna yang sama dengan warna standar.
Miniskus dari larutan dibaca dan nilainya dinyatakan dalam gdl Thrall 2004.
3.3.8 Penghitungan Jumlah Hematokrit PCV