Strategi Pengembangan KJKS TINJAUAN PUSTAKA

32 saksional. Anggota menjual kepada atau membeli dari koperasi dan tidak berupa anggota menjual atau membeli melalui koperasi; dan kedua, hubungan kooperatif antar koperasi. Hubungan antar koperasi umumnya lebih banyak bersifat kompetitif daripada kooperatif. Hal ini disebabkan karena kesamaan jenis usaha program yang dilakukan dan persaingan untuk mendapatkan pasar anggota Krisnamurti, 2000. Pengembangan koperasi membutuhkan beberapa syarat Krisnamurti, 2000 yaitu: pertama, koperasi perlu mengembangkan kembali prinsip-prinsip atau jati diri koperasi; kedua, koperasi perlu ditampilkan lebih dari sekedar badan usaha, tetapi juga sebagai organisasi masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk penguatan gerakan koperasi; ketiga, sebagai organisasi koperasi perlu dapat mengatasi berbagai kelemahan internal. Sumber daya manusia merupakan kelemahan utama koperasi, yang kemudian mempengaruhi ke- mampuan mengatas berbagai masalah lain; keempat, penerapan prinsip kope- rasi juga perlu dilakukan tidak hanya intra-koperasi tetapi juga antar koperasi. Oleh karena itu pengembangan jaringan usaha koperasi cooperative bussines- network menjadi faktor yang akan menentukan untuk dapat merebut nilai tambah yang tercipta pada setiap mata rantai kegiatan ekonomi rakyat; dan kelima, pada akhirnya semua aspek bagi pengembangan koperasi berbasis anggota tersebut memerlukan suatu seperjuangan yang tidak hanya sekedar manajerial tetapi fundamental.

E. Tantangan dan Peluang KJKS

Tantangan dan Peluang yang dihadapi KJKS begitu beragam, Perhim- punan BMT Indonesia dalam kongresnya pada November 2011 di Jakarta mengidentifikasi terdapatnya tantangan eksternal dan internal yang dihadapi Baitul Mal wat Tamwil BMT. Tantangan eksternal yang dihadapi antara lain adalah: 1 pasar bebas dan ketergantungan pada ekonomi global, 2 belum optomalnya penggunaan likuiditas perbankan untuk membiayaai sektor usaha produktifriil, 3 pesatnya perkembangan kredit mikro perbankan, 4 legalitas dan regulasi usaha: legalitas hukum, persaingan pasar dan pengawasan yang masihlemah, 5 kurangnya komitmen pemerintah dalam regulasi dan angga- 33 ran. Tantangan internal yang dihadap BMT antara lain adalah : 1 Kepatuhan Syariah: perkembangan fitur-fitur produk dan transaksi syariah belum di imbangi pengawasan dari otoritas syariah yaitu Dewan Syariah Nasional MUI; 2 idealisme gerakan: jati diri dan persaingan antar BMT; 3 penguatan kelem- bagaan: profesionalisme pengelolaan; 4 Pengembangan SDM untuk meme- nuhi kebutuhan tenaga professional dari tingkat operasional sampai top mana- jemen PBMT Indonesia, 2011. Segala tantangan yang sedang dan akan dihadapi oleh BMT sejatinya merupakan peluang dalam perkembangan BMT. Memburuknya kondisi eko- nomi global dan menyempitnya pasar keuangan korporasi membuat perbankan berekspansi pada keuangan mikro, jika hal ini dianggap ancaman maka BMT akan menjadi pihak yang dirugikan dan bakal dikalahkan. Untuk menjadikan peluang, peningkatan kemampuan atas kompetensi inti BMT yang fokus pada pembiayaan dan keunggulan BMT, maka pangsa pasar BMT masih cukup besar. Peluang tersebut akan lebih besar melalui peningkatan system dan laya- nan jasa keuangan yang membeli ruang spesifik bagi setiap komunitas berba- sis komunitas berdasarkan pertimbangan budaya lokal dan sektoral serta mampu bersinergi dan bekerjasama dengan lembaga keuangan berskala besar atau nasional termasuk perbankan PBMT Indonesia, 2011. Besarnya jumlah penduduk, tenaga kerja yang melimpah dan besarnya jumlah usaha mikro dan kecil yang tersebar diseluruh tanah air dengan meng- ubah cara pandang menjadi lebih optimistik, akan menjadi potensi funda- mental bagi perekonomian Indonesia dan pengembangan BMT ke depan. Pe- ngentasan masyarakat miskin melalui usaha produktif dan pemberdayaan usaha mikro melalui pendekatan komunitas, pendampingan dan pembinaan rohani akan membangun kedekatan dan loyalitas bersama BMT dan hal ini akan sulit dilakukan oleh lembaga keuangan lainya seperti perbankan PBMT Indonesia, 2011.