Kesehatan Kinerja KJKS Evaluasi Kinerja Koperasi Jasa Keuangan Syariah 1. KJKS sebagai Lembaga Keuangan

9 2007 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi. Penilaian kesehatan KJKS sangat penting untuk diperhatikan mengingat penilaian yang dilakukan tidak hanya dibidang keuangan tetapi aspek-aspek lain yang membedakan koperasi dengan perusa- haan, yang meliputi penilaian terhadap beberapa aspek sebagai berikut Kementerian KUKM, 2008b: 1 Permodalan, untuk mengukur kemampuan KJKSUJKS koperasi dalam menghimpun modal sendiri dan mengetahui rasio ke- cukupan modal KJKS atau capital adequacy ratio CAR. 2 Kualitas aktiva produktif, untuk mengukur kualitas kekayaan yang mendatangkan penghasilan melalui rasio tingkat pembiayaan ber- masalah terhadap jumlah pembiayaan dan rasio penyisihan peng- hapusan aktiva produktif terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk. 3 Manajemen, untuk mengkur kemampuan pelaksanaan manajemen dibidang kelembagaan, permodalan dan aktiva produktif. 4 Efisiensi, untuk mengukur kemampuan KJKS atau UJKS Koperasi untuk menghemat biaya pelayanan terhadap pendapatan yang diha- silkan. 5 Likuiditas, untuk mengukur kemampuan KJKS atau UJKS kopera- si untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. 6 Kemandirian dan pertumbuhan, untuk mengukur kemampuan pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas usaha dalam menutupi biaya operasional dan menghasilkan Sisa Hasil Usaha. 7 Jatidiri koperasi, untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota 8 Prinsip syariah, untuk menilai sejauh mana prinsip syariah diterap- kandipatuhi dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai lembaga keuangan syariah. 10 Penilaian terhadap aspek-aspek tersebut diberikan bobot peni- laian sesuai dengan besarnya yang berpengaruh terhadap kesehatan KJKS tersebut, dengan menggunakan sistem nilai kredit atau reward system yang dinyatakan dengan nilai kredit 0 sampai dengan 100. Penetapan predikat tingkat kesehatan KJKSUJKS koperasi tersebut adalah sebagai berikut: skor 81–100 sehat; skor 66 ≤ 81 cukup sehat; skor 51 ≤ 66kurang sehat; dan skor 0 ≤ 51 tidak sehat Ke- menterian KUKM, 2008b.

b. Perkembangan Permodalan dan Pembiayaan KJKS

Sebagai badan usaha, koperasi sama dengan bentuk badan usa- ha lainnya, yaitu sama-sama berorientasi laba dan membutuhkan mo- dal. Dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor penting disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha dapat tidak berjalan apabila tidak tersedia modal. Modal koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992 tentang Per- koperasian meliputi: 1 Simpanan Pokok simpanan sama banyak yang wajib dibayarkan kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota; 2 Simpanan Wajib simpanan yang tidak harus sama, yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu; 3 Dana Cadangan dana yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, untuk menambah modal sendiri dan menutup kerugian ko- perasi; 4 Hibah sejumlah uang yang didapatkan oleh koperasi dari sumbangan atau bantuan pihak lain secara sukarela. Modal koperasi menurut UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, mengalami perubahan, yaitu meliputi: modal awal, hibah, modal penyertaan dan modal pinjaman. Modal awal terdiri atas setoran pokok sejumlah uang yang dibayarkan oleh anggota pada saat yang bersangkutan meng- ajukan permohonan sebagai anggota dan tidak dapat dikembalikan atau menjadi milik koperasi. Setoran pokok mencerminkan ciri modal tetap koperasi yang tidak boleh berkurang jumlahnya dan sertifikat modal koperasi bukti penyertaan anggota koperasi yang nilai nominal per 11 lembar maksimum sama dengan nilai setoran pokok. Setoran pokok dan sertifikat modal koperasi merupakan modal sendiri koperasi yang berasal dari anggota koperasi. Hibah adalah pemberian uang danatau barang kepada koperasi dengan sukarela tanpa imbalan jasa, sebagai modal usaha. Modal penyertaan adalah penyetoran modal pada Ko- perasi berupa uang danatau barang yang dapat dinilai dengan uang yang disetorkan oleh perorangan danatau badan hukum untuk menambah dan memperkuat permodalan Koperasi guna meningkatkan kegiatan usahanya. Modal pinjaman berasal dari anggota, koperasi lain danatau anggotanya, pemerintah, banklembaga keuangan dan pener- bitan obligasi dan surat hutang lainnya Kementerian KUKM, 2012b. Koperasi dalam usaha ekonominya, menghasilkan selisih hasil usaha yaitu surplus hasil usaha atau defisit hasil usaha yang diperoleh dari pendapatan koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi de- ngan pengeluaran atas berbagai beban usaha. Koperasi dapat menderita kerugian dalam usaha berupa defisit hasil usaha, hal tersebut membuat koperasi harus menyisihkan surplus hasil usaha SHU untuk dana cadangan paling sedikit 20 dari nilai sertifikat modal koperasi untuk menutup kerugian koperasi. Dalam hal dana cadangan tidak cukup untuk menutup defisit hasil usaha, defisit tersebut diakumulasikan dan dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja koperasi pada tahun berikutnya Kementerian KUKM, 2012b. Untuk menjaga kelangsungan organisasi, koperasi harus menja- ga kecukupan modal. Optimalisasi penggunaan modal secara efektif dapat meningkatkan pelayanan dan menghasilkan surplus hasil usaha dan pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan anggota. Besar- nya beban dan biaya yang dikeluarkan koperasi dapat menyebabkan defisit hasil usaha dan mengakibatkan anggota koperasi wajib menye- tor modal tambahan melalui sertifikat modal koperasi. Peningkatan permodalan koperasi berdasarkan sumbernya menunjukkan pening- katan kepercayaan dari anggota, atau pihak ketiga peroranganper- bankanlembaga keuangan lain yang memberikan modal penyertaan atau