Produk KJKS Evaluasi Kinerja Koperasi Jasa Keuangan Syariah 1. KJKS sebagai Lembaga Keuangan

20 adalah akad kerjasama usahaperniagaan antara pihak pemilik dana shahibul maal sebagai pihak yang menyediakan modal dana se- besar 100 dengan pihak pengelola modal mudharib, untuk di- usahakan dengan porsi keuntungan yang akan dibagi bersama nis- bah sesuai dengan kesepakatan dimuka dari keduabelah pihak. Jika terjadi kerugian atau kegagalan usaha, beban operasional dan tenaga kerja pengelolaan ditanggung pengelola, sedangkan KJKS sebagai penyedia dana shahibul maal akan menanggung kerugian atas dana yang diinvestasikan kecuali jika ditemukan ada kelalaian atau kesalahan oleh pihak pengelola mudharib seperti penyele- wengan, kecurangan dan penyalah gunaan dana Kemeneg KUKM, 2010a. Sesuai fatwa Dewan Syariah Nasional-MUI No. 07 Tahun 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Qiradh, LKS sebagai pe- nyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib nasabah melakukan kesalahan yang dise- ngaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. Dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah yad al-amanah, kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan DSN-MUI, 2000c. Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pi- hak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si pemilik menghendaki. Titip- an wadiah berasal dari simpanantabungan anggotacalon anggota, titipan dari anggotacalon anggota menggunakan akad wadiah yad dhamanah artinya anggotacalon anggota menitipkan dana tersebut dan boleh dikelola, dengan syarat jika diminta harus dikembalikan. KJKS boleh memberikan bonus kepada anggotacalon anggota de- ngan syarat tidak diperjanjikan sebelumnya Kementerian KUKM, 2010a. Dalam perhitungan nisbah bagi hasil simpanan dilakukan de-ngan metode distribusi bagi hasil pendapatan. Formulasi per- 21 22 b Dana investasi tidak terikat yang berasal dari simpanan berja- ngka menggunakan akad mudharabah mutlaqah artinya ang- gotacalon anggota menyerahkan sepenuhnya investasi dana untuk dikelola dengan sistem “revenue sharing” atau berbagi hasil pendapatan. Anggotacalon anggota selaku shahibul maal menyerahkan sepenuhnya koperasi selaku mudharib, untuk me- ngelola dana tersebut secara profesional dan diinvestasikan pa- da usaha-usaha yang menguntungkan dan sesuai syariah. Pene- tapan bagi hasil dengan menggunakan metode perhitungan re- venue sharing, artinya bagi hasil yang diterima oleh anggota calon anggota atas investasi dana tersebut adalah metode bagi pendapatan dengan penetapan porsi nisbah bagi hasil yang di- sepakati di awal antara pihak anggotacalon anggota dengan koperasi. c Dana investasi terikat menggunakan akad mudharabah muqay- yadah artinya anggotacalon anggota menyerahkan pengelolaan dana tersebut untuk dikelola dengan beberapa persyaratan ter- tentu secara profesional dan diinvestasikan pada usaha-usaha yang menguntungkan dan sesuai syariah. Akad yang digunakan terhadap dana penyertaan modal sepenuhnya menggunakan ak- ad mudharabah muqayyadah dengan penetapan porsi nisbah bagi hasil mudharabah disepakati diawal antara pihak anggota calon anggota dengan koperasi. d Dana titipan berupa simpanantabungan wadiah merupakan ti- tipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan ketika pe- milik menghendaki. Simpanantabungan wadiah terdiri atas 2 jenis wadiah yaitu wadiah yad amanah dan wadiah yad dhama- nah. Pada wadiah yad amanah, pihak yang dititipi tidak diper- bolehkan memanfaatkan barang yang dititipkan dan pada saat titipan dikembalikan, barang yang dititipkan berada dalam kon- disi yang sama pada saat dititipkan dan sebagai imbalan atas 23 tanggung jawab pemeliharaaan titipan, pihak yang menerima titipan dapat meminta biaya penitipan. Pada wadiah yad dha- manah penerima titipan diperbolehkan memanfaatkan dan ber- hak mendapat keuntungan dari titipan, penerima titipan ber- tanggung jawab atas titipan, bila terjadi kerusakan atau kehi- langan dan keuntungan yang diperoleh pihak yang menerima titipan dapat diberikan sebagian kepada yang menitipkan seba- gai bonus dengan syarat tidak diperjanjikan sebelumnya. 2 Penyaluran Dana Tamwil KJKS Layanan penyaluran dana antara lain dilakukan melalui pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, piutang mura- bahah, piutang salam, dengan rincian sebagai berikut Kementerian KUKM, 2010a: a Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha per- niagaan antara KJKS shahibul maal sebagai pihak yang me- nyediakan dana dengan pihak pengelola modal mudharib, untuk diusahakan dengan porsi keuntungan akan dibagi ber- sama nisbah sesuai dengan kesepakatan awal dari kedua belah pihak. Akad kerjasama mudharabah dibedakan dalam dua jenis yaitu: 1 mudharabah muthlaqah, adalah perjanjian mudhara- bah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu investasi tidak terikat, misalnya dalam ijab pemilik modal tidak men- syaratkan kegiatan usaha apa yang harus dilakukan dan keten- tuan-ketentuan lainnya, yang pada intinya memberkan kebe- basan kepada pengelola dana untuk melakukan pengelolaan in- vestasinya, dan 2 mudharabah muqayyadah, perjanjian men- cantumkan persyaratan-persyaratan tertentu investasi yang terikat yang harus dipenuhi dan dijalankan oleh pengelola dana yang berkaitan dengan tempat usaha, tata cara usaha, dan obyek investasinya. 24 a Pembiayaan musyarakah, adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan DSN-MUI, 2000d. Masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut. b Piutang murabahah adalah jual beli barang pada harga asal harga perolehan dengan tambahan keuntungan marjin yang disepakati oleh kedua belah pihak penjual dan pembeli. Penjual harus me- negaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayar- nya dengan harga yang lebih sebagai laba DSN-MUI, 2000b. Cara pembayaran dan jangka waktu disepakati bersama, dapat secara langsung ataupun secara angsuran bai’ bitsaman ajil. a Piutang salam adalah akad pembelian jual-beli yang dilaku- kan dengan cara, pembeli melakukan pemesanan terlebih da- hulu atas barang yang dipesandiinginkan dan melakukan pem- bayaran atas barang tersebut, baik dengan cara pembayaran sekaligus ataupun dengan cara mencicil, yang keduanya harus diselesaikan pembayarannya dilunasi sebelum barang yang dipesandiinginkan diterima kemudian ditangguhkan. Model transaksi dalam penyaluran dana adalah kerjasama berbagi hasil syirkah, jual-beli bu-yu’, sewa ijarah maupun pinjaman qardh. Transaksi penyaluran dana berdasarkan akad kerjasama bagi hasil syirkah dilakukan dengan transaksi mudha- rabah dan musyarakah. Transaksi penyaluran dana berdasarkan akad jual beli buyu’ adalah jual beli barang murabahah, pem-belian jual-beli barang dengan pemesanan salam dan jual beli barang dengan pembuat istishna. Transaksi penyaluran dana ber-dasarkan akad sewa ijarah terdapat dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09DSN-MUIIV2000 tentang Pembiayan Ijarah DSN-MUI, 2000e. Dalam praktek pembiayaan Ijarah terdiri atas sewa ijarah 25 dan sewa beli ijarah muntahiya bittamlik. Transaksi berdasarkan akad pinjaman qardh dilakukan dengan akad qardh Kementerian KUKM, 2010a. 3 Penghimpunan dan Penyaluran Dana Maal KJKS a Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai de- ngan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak me- nerimanya. Zakat sebagai pelaksanaan rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu membayarnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran Kementerian Agama, 2011: Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah dijalan Allah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Surat Al Baqarah, ayat: 267 “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Surat At-Taubah, ayat: 103. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sum- ber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umat khususnya mustahik. Tujuan pengelolaan zakat adalah pelayanan ibadah zakat, meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kese- jahteraan masyarakat dan keadilan sosial, serta meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat dalam pengentasan kemiskinan Kementerian KUKM, 2012a Tugas KJKS sebagai amil zakat meliputi penghimpunan zakat dari masyarakat, dan mendistribusikan kembali kepada 26 para mustahiq di lingkungan tersebut, baik secara langsung maupun melalui program pemberdayaan serta tugas-tugas turu- nan seperti pencatatan, pemeliharaan dan melakukan invest- tigasi untuk menentukan orang-orang yang berhak menerima zakat serta potensi orang-orang yang membayar zakat Kemen- terian KUKM, 2012a. Berdasarkan UU No. 38 Tahun 1999 tentang Zakat, KJKS dapat berpeluang menjadi Lembaga Amil Zakat di dae- rah, namun setelah berubah menjadi UU No. 23 Tahun 2011 tentang Zakat peluang KJKS sebagai pengelola zakat hanya dapat dilakukan melalui kerjasama dengan Lembaga Amil Za- kat LAZ yang telah disahkan Pemerintah menjadi Mitra Pe- ngelola Zakat dari LAZ Kementerian KUKM, 2012a. Penyaluran dana zakat berdasarkan Al-Quran dan As- Sunah diberikan kepada delapan kelompok asnaf yaitu fakir, miskin, amil zakat, mualaf, budak riqab, orang yang berutang gharimiin, untuk jalan allah fisabilillah, musafir ibnus- sabil. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran Ke- menterian Agama, 2011: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang- orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang- orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Surat. At-Taubah, ayat: 60. Terkait dengan pendayagunaan dana zakat, beberapa ulama berpendapat bahwa zakat dapat diberikan melalui: 1 Program konsumtif: berorientasi pada pemenuhan langsung kebutuhan primer mustahik, termasuk kesehatan dan pen- didikan, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran Kemen- terian Agama, 2011: 27 “Berinfaklah kepada orang-orang fakir yang terikat oleh jihad di jalan Allah; mereka tidak dapat berusaha di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat- sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan di jalan Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” QS. Al-Baqarah: 273. Ayat tersebut menggambarkan bahwa zakat konsumtif yang diberikan kepada kelompok fakir yang tidak memiliki ke- mampuan dan kesempatan untuk berusaha. 2 Program produktif : berorientasi pada pemberdayaan eko- nomi mustahik, agar bisa lebih mandiri. Dalam kaitan dengan pemberian zakat yang bersifat produktif, terdapat pendapat yang menarik sebagaimana dikemukakan oleh Yusuf al-Qardhawi dalam Fiqh Zakat bahwa diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau peru- sahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian kepe- milikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin, sehingga akan terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepan- jang masa Kementerian KUKM, 2012a. Pendayagunaan dana zakat melalui program pro- duktif memiliki beberapa manfaat antara lain Kementerian KUKM, 2012a: a Menumbuhkan jiwa wirausaha micro-entrepreneur para mustahik melalui usaha mikro produktif. b Memberdayakan ekonomi mustahiq untuk jangka waktu yang lebih panjang. c Mengoptimalkan potensi mustahiq dalam memberdaya- kan diri dan keluarganya. d Mengurangi tingkat kemiskinan dan kesenjangan pen- dapatan. 28 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pendayagunaan zakat yang bersifat produktif Kementerian KUKM, 2012a, yakni: a Mustahiq atau penerima dana zakat adalah salah satu kelompok dari delapan asnaf yang telah diatur oleh aga- ma, yaitu kelompok faqir dan miskin yaitu orang yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan akan tetapi penghasilannya tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya, amil atau petugas zakat, fi sabilillah yaitu orang yang dengan ikhlas berjuang di jalan Allah, muallaf yaitu orang yang baru memeluk Islam, ibnu sabil yaitu yang terputus bekalnya untuk bepergian yang halal, gharim yaitu orang yang menang- gung hutang untuk keperluan dasar, dan riqab atau membebaskan budak. b Harus diberikan kepada pribadi mustahiq tidak boleh diberikan atas nama lembaga atau institusinya, karena zakat itu milik hak milik pribadi mustahik bukan lem- baga. c Diberikan dalam bentuk hibah bukan dana bergulir ka- rena sudah menjadi milik mereka. Namun demikian, terdapat pandangan ulama yang membolehkan zakat di- produktifkan dengan pertimbangan aspek pendidikan dan pendampingan usaha dan agar kebutuhan dasar fakir miskin dapat tetap terpenuhi maka dana zakat di- berikan dengan mendayagunakan dana zakat sebagai modal usaha produktif mustahiq. Model pendayagunaan dana zakat juga dapat dibuat secara kelompok. Namun pada awal akad disampaikan bah- wa dana zakat adalah hak masing-masing individu musta- hiq yang dikelola sebagai modal usaha bersama dan keuntu- 29 ngannya baru dibagikan untuk memenuhi kebutuhan para mustahiq penerima zakat Kementerian KUKM, 2012a. Terdapat pula model pendayagunaan melalui titipan di baitul tamwil sebagai pembiayaan qordul hasan pinja- man dengan pengembalian pokok sebagai upaya mempro- duktifkan zakat melalui usaha produktif mustahiq. Model lainnya adalah titipan di baitul tamwil sebagai titipan dapat diproduktifkan. Titipan tidak boleh melebihi 1 tahun dan dalam jangka waktu tersebut dana diproduktifkan oleh KJKS dalam pembiayaan komersial misalnya: mudhara- bahmurabahah. Pengembangannya dari bagi hasil dana zakat yang dititipkan tersebut dapat dialokasikan untuk aktivitas sosial seperti beasiswa, pengobatan gratis untuk ibu dan anak miskin Kementerian KUKM, 2012a. b Penghimpunan, Pengelolaan dan Pendayagunaan Wakaf Selama ini, umat Islam mengenal wakaf sebagai aset yang memberikan manfa’at yang terbatas, dan lazimnya hanya digunakan sebagai lahan pemakaman tanah pekuburan, mas- jid dan madrasah saja. Pengumpulan, pengelolaan dan penda- yagunaannya juga hanya dilakukan secara tradisional. Dalam UU No 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dite- gaskan harta wakaf terdiri atas benda tidak bergerak dan benda bergerak. Harta tidak bergerak antara lain meliputi hak atas tanah, bangunan, tanaman dan hak milik atas satuan rumah su- sun. Harta benda bergerak adalah benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi antara lain meliputi: uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual dan hak sewa benda bergerak. Dalam UU Wakaf tersebut, fungsi harta benda wakaf disamping untuk sarana ibadah, pendidikan dan kesehatan, juga 30 digunakan untuk kemajuan dan peningkatan ekonomi umat dan kemajuan kesejahteraan umum yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundangan-undangan. Ditegaskan pula bahwa pengelolaan dan pendayagunaan harta benda wakaf harus dilakukan secara produktif, bahkan apabila diperlukan penjamin untuk menjaga resiko, dapat menggunakan lembaga penjamin syariah. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf an- tara lain dilakukan dengan cara investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan, perindustrian, pengembangan teknologi, pembangunan gedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan, pertokoan, perkan- toran, sarana pendidikan ataupun sarana kesehatan dan usaha- usaha yang tidak bertentangan dengan syariah. Pengelolaan dan pendayagunaan harta benda wakaf tersebut dapat juga disi- nergikan dengan dana zakat, infaq dan shadaqoh Kementerian KUKM, 2012a. Dalam praktek sekarang ini pengelolaan wakaf KJKS masih saat ini jumlahnya masih sedikit, umumnya belum mem- peroleh legalitas sebagai nazir dan pengelolaannya masih ter- batas harta wakaf tidak bergerak tanah wakaf. KJKS sebagai badan hukum berdasarkan UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dapat menjadi nazir atau Lembaga Keuangan Syarih Pe- nerima Wakaf Uang. Terkait pengelolaan wakaf oleh KJKS, Kementerian Koperasai dan UKM pada bulan September 2012 telah menadatangani Nota Kesepakatan Bersama dengan Badan Wakaf Indonesia dan Lembaga Nazir Wakaf Dompet Dhuafa dan Baitulmaal Muamalat dalam rangka Pemberdayaan usaha mikro dan kecil melalui pendayagunaan wakaf. Melalui kerja- sama tersebut diagendakan penyusunan pedoman pengelolaan dan pendayagunaan Wakaf oleh koperasi baik KJKS sebagai 31 nazir atau bekerjasama dengan Nazir yang ada Kementerian KUKM, 2012a.

D. Strategi Pengembangan KJKS

Untuk mengembangkan koperasi dibutuhkan pemahaman yang utuh terhadap kondisi atau permasalahan perkoperasian Indonesia. Pemahaman terhadap permasalahan tersebut antara lain: pertama, koperasi tidak atau ku- rang dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi itu sendiri; kedua, koperasi perlu ditampilkan untuk tidak sebagai sekedar badan usaha, tetapi koperasi sebagai gerakan koperasi; ketiga, diperlukan langkah-langkah stra- tegis untuk mengatasi berbagai kelemahan internal koperasi terutama dibidang sumber daya manusia, Soelarso, dalam Soejono, 2007. Strategi pengembangan koperasi pada dasarnya mengembalikan kem- bali jatidiri koperasi, sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi, terutama melalui proses pendidikan dan pengembangan semangat koperasi. Srategi dasar yang harus dilakukan dalam pengembangan koperasi adalah mengembangkan ko- perasi yang berbasis pada anggota. Strategi dasar tersebut kemudian diwujud- kan dalam berbagai langkah strategis. Pertama, pendekatan pengembangan yang harus dilakukan dengan pendekatan pengembangan kelembagaan secara partisipatif dan menghindari pengembangan yang didasarkan pada kepatuhan atas arahan dari lembaga lain. Kedua, dilakukan pengembangan koperasi diarahkan hanya un-tuk memenuhi satu kepentingan, yaitu kepentingan ang- gota. Ketiga, mengembangkan kejelasan aspek keanggotaan, terutama dilihat dari perbedaan manfaat yang dirasakan oleh anggota dan non anggota. Keem- pat, diperlukan kerangka pengembangan yang memberikan apresiasi terhadap keragaman lokal, Soejono Soelarso, dalam Soejono, 2007. Dalam penyusunan strategi pengembangan koperasi hubungan antara koperasi dengan anggota terdapat perlu mendapat perhatian utama. Sebagian besar koperasi menjadikan anggota sebagai sasaran pasarnya yang utama, pa- dahal koperasi merupakan wahana anggota menghadapi pasar yang lebih luas. Selain itu hubungan koperasi dengan anggotanya hampir selalu bersifat tran- 32 saksional. Anggota menjual kepada atau membeli dari koperasi dan tidak berupa anggota menjual atau membeli melalui koperasi; dan kedua, hubungan kooperatif antar koperasi. Hubungan antar koperasi umumnya lebih banyak bersifat kompetitif daripada kooperatif. Hal ini disebabkan karena kesamaan jenis usaha program yang dilakukan dan persaingan untuk mendapatkan pasar anggota Krisnamurti, 2000. Pengembangan koperasi membutuhkan beberapa syarat Krisnamurti, 2000 yaitu: pertama, koperasi perlu mengembangkan kembali prinsip-prinsip atau jati diri koperasi; kedua, koperasi perlu ditampilkan lebih dari sekedar badan usaha, tetapi juga sebagai organisasi masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk penguatan gerakan koperasi; ketiga, sebagai organisasi koperasi perlu dapat mengatasi berbagai kelemahan internal. Sumber daya manusia merupakan kelemahan utama koperasi, yang kemudian mempengaruhi ke- mampuan mengatas berbagai masalah lain; keempat, penerapan prinsip kope- rasi juga perlu dilakukan tidak hanya intra-koperasi tetapi juga antar koperasi. Oleh karena itu pengembangan jaringan usaha koperasi cooperative bussines- network menjadi faktor yang akan menentukan untuk dapat merebut nilai tambah yang tercipta pada setiap mata rantai kegiatan ekonomi rakyat; dan kelima, pada akhirnya semua aspek bagi pengembangan koperasi berbasis anggota tersebut memerlukan suatu seperjuangan yang tidak hanya sekedar manajerial tetapi fundamental.

E. Tantangan dan Peluang KJKS

Tantangan dan Peluang yang dihadapi KJKS begitu beragam, Perhim- punan BMT Indonesia dalam kongresnya pada November 2011 di Jakarta mengidentifikasi terdapatnya tantangan eksternal dan internal yang dihadapi Baitul Mal wat Tamwil BMT. Tantangan eksternal yang dihadapi antara lain adalah: 1 pasar bebas dan ketergantungan pada ekonomi global, 2 belum optomalnya penggunaan likuiditas perbankan untuk membiayaai sektor usaha produktifriil, 3 pesatnya perkembangan kredit mikro perbankan, 4 legalitas dan regulasi usaha: legalitas hukum, persaingan pasar dan pengawasan yang masihlemah, 5 kurangnya komitmen pemerintah dalam regulasi dan angga-