pertumbuhan lobster adalah 6,5 – 9 dengan pH ideal adalah 8. Hal ini sesuai dengan
habitatnya yaitu sungai yang memiliki pH cenderung netral. pH mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat
terionisasi banyak terdapat pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium bersifat tidak toksik innocuos. Namun pada suasana alkalis pH tinggi lebih banyak ditemukan
amoniak yang tidak terionisasi dan bersifat toksik. Amonia tak terionisasi ini lebih mudah terserap ke dalam tubuh organisme akuatik dibandingkan dengan amonium Tebut 1992
diacu dalam Effendi 2003.
4.2.2.2 Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang penting diamati untuk kelangsungan hidup organisme perairan. Hampir semua biota perairan bersifat
poikilotermal sehingga memerlukan suhu air yang ambien Sneddon 2012. Perubahan suhu pada media uji sebelum dan sesudah dilakukan uji toksisitas letal akut dapat dilihat
pada Gambar 7.
Gambar 7 Suhu media sebelum dan sesudah uji toksisitas letal akut. Suhu media sebelum dan sesudah uji toksisitas letal akut berkisar antara
25,40 – 27,10
o
C . Rentang suhu tersebut masih dapat dikatakan sebagai suhu normal bagi lobster, yaitu 26
– 29
o
C Lukito dan Prayugo 2007. Suhu mempunyai efek yang krusial terhadap proses
– proses kimia dan biologi dalam perairan. Pada umumnya reaksi kimia rata-rata meningkat setiap adanya kenaikan suhu 10
o
C Boyd dan Lichtkoppler 1979.
4.2.2.3 DO Dissolved Oxygen
DO dissoved oxygen atau oksigen terlarut merupakan kualitas air yang bersifat kritis dalam pemeliharaan organisme akuatik. Kelarutan oksigen menurun seiring dengan
meningkatnya suhu perairan Boyd dan Lichtkoppler 1979. Fluktuasi DO pada media uji sebelum dan setelah uji toksisitas dapat dilihat pada Gambar 8. Sebelum uji toksisitas
letal akut, DO berkisar antara 3,39 – 3,81 mgL. DO media sesudah uji toksisitas letal
25,40 25,40 25,40 27,10
25,47 26,90
25,47 25,40
26,27 26,30 26,60
26,20 26,70
26,20
24,50 25,00
25,50 26,00
26,50 27,00
27,50
3 4
5 6
7 8
suh u
o
C
konsentrasi ppt
sebelum sesudah
akut berkisar antara 0,14 – 1,10 mgL. DO media uji pada perlakuan kontrol sebesar 4,16
mgL. Perubahan DO antara sebelum dan sesudah uji toksisitas akut terjadi sangat signifikan.
Gambar 8 DO media sebelum dan sesudah uji toksisitas letal akut. Selama pengujian toksisitas, ketersediaan DO dalam media uji dimanfaatkan oleh
lobster untuk melangsungkan serangkaian proses metabolisme. Oksigen terlarut juga dibutuhkan dalam proses dekomposisi sisa metabolisme. Penurunan nilai DO dipengaruhi
oleh sifat bahan anestesi yang digunakan. Ekstrak biji pala terdiri dari komponen fixed oil Guenther 1972 diacu dalam Pratiwi 2000 yang bersifat tidak larut air, misalnya
myristat . Pada suhu ruang, myristat berbentuk butiran-butiran padat. Komponen ini akan
menempati permukaan perairan pada media uji sehingga lapisan minyak yang terbentuk akan menghambat proses penetrasi oksigen dari atmosfer. Dengan demikian, ketersediaan
oksigen terlarut pada media uji menurun sehingga dalam waktu tertentu lobster tidak dapat mempertahankan respirasi secara normal dan akhirnya mengalami fase kematian.
4.2.1.4 TAN total ammonia nitrogen