TAN total ammonia nitrogen

akut berkisar antara 0,14 – 1,10 mgL. DO media uji pada perlakuan kontrol sebesar 4,16 mgL. Perubahan DO antara sebelum dan sesudah uji toksisitas akut terjadi sangat signifikan. Gambar 8 DO media sebelum dan sesudah uji toksisitas letal akut. Selama pengujian toksisitas, ketersediaan DO dalam media uji dimanfaatkan oleh lobster untuk melangsungkan serangkaian proses metabolisme. Oksigen terlarut juga dibutuhkan dalam proses dekomposisi sisa metabolisme. Penurunan nilai DO dipengaruhi oleh sifat bahan anestesi yang digunakan. Ekstrak biji pala terdiri dari komponen fixed oil Guenther 1972 diacu dalam Pratiwi 2000 yang bersifat tidak larut air, misalnya myristat . Pada suhu ruang, myristat berbentuk butiran-butiran padat. Komponen ini akan menempati permukaan perairan pada media uji sehingga lapisan minyak yang terbentuk akan menghambat proses penetrasi oksigen dari atmosfer. Dengan demikian, ketersediaan oksigen terlarut pada media uji menurun sehingga dalam waktu tertentu lobster tidak dapat mempertahankan respirasi secara normal dan akhirnya mengalami fase kematian.

4.2.1.4 TAN total ammonia nitrogen

Total Ammonia Nitrogen TAN merupakan jumlah amonia total yang terdapat dalam perairan. TAN meliputi amonia yang terionisasi NH 4 + dan amonia yang tidak terionisasi NH 3 Effendi 2003. Menurut Boyd dan Lichtkoppler 1979, amonia NH 3 bersifat toksik bagi organisme akuatik apabila berada pada kadar antara 0,6 hingga 2 mgL dan mempunyai efek subletal pada konsentrasi 0,1 hingga 0,3 mgL. pH dan temperatur air akan mengatur proporsi amonia total yang terdapat pada perairan. Berikut adalah grafik nilai TAN media uji sebelum dan sesudah pengujian toksisitas akut Gambar 9. 4,16 3,66 3,74 3,39 3,51 3,44 3,81 4,16 0,14 0,25 0,62 0,18 0,62 1,10 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 3 4 5 6 7 8 DO m g L konsentrasi ppt sebelum sesudah Gambar 9 Nilai TAN media sebelum dan sesudah uji toksisitas letal akut. Data yang disajikan pada Gambar 9 merupakan hasil perhitungan amonia total yang terdiri dari material toksik NH 3 dan material tidak toksik NH 4 + . Nilai TAN media uji sebelum perlakuan berkisar antara 0,01 – 0,08 mgL. Nilai TAN setelah perlakuan berkisar antara 0,51 – 1,05 mgL. Semakin besar nilai TAN, maka semakin besar pula kadar amonia yang tidak terionisasi. Hal ini dipengaruhi oleh suhu dan pH Effendi 2003. Avertebrata air lebih toleran terhadap toksisitas amonia daripada ikan. Apabila nilai amonia tertinggi yaitu 1,05 mgL dikonversi ke dalam nilai amonia, akan menjadi ± 0,01 mgL Lampiran 2. Menurut Lukito dan Prayugo 2007, nilai amonia untuk pemeliharaan lobster sebaiknya tidak lebih dari 0,05 mgL. Dengan demikian, kadar amonia pada media uji masih berada pada nilai toleransi untuk kehidupan lobster. 4.3 Uji Waktu Induksi Ikan organisme akuatik dapat menyerap bahan anestesi melalui jaringan otot, saluran pencernaan atau melalui insang. Pada tingkat pemingsanan deep sedation cara induksi melalui jaringan otot akan memberikan hasil lebih baik. Kualitas air yang digunakan untuk anestesi diusahakan mendekati kualitas air yang digunakan untuk pemeliharaan Farstad et al. 2008. Waktu induksi pada penelitian ini merupakan waktu yang dibutuhkan agar ekstrak biji pala dapat memingsankan lobster. Korelasi antara konsentrasi ekstrak biji pala dengan waktu induksinya pada lobster dapat dilihat pada Gambar 10. 0,01 0,08 0,06 0,06 0,04 0,05 0,02 0,01 0,83 1,05 0,62 0,51 0,65 0,56 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 3 4 5 6 7 8 T AN m g L konsentrasi ppt sesudah sebelum Gambar 10 Hubungan antara konsentrasi ekstrak biji pala dengan waktu Induksinya pada lobster. Ekstrak biji pala dengan konsentrasi 5 ppt menyebabkan waktu induksi terlama, dengan rata-rata selama 331,67 menit. Konsentrasi ekstrak biji pala sebesar 8 ppt memiliki waktu induksi tersingkat, yaitu selama 218,5 menit Lampiran 3. Terdapat kecenderungan semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji pala yang digunakan maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk memingsankan lobster air tawar. Namun berdasarkan uji statistik pada selang kepercayaan 95 , konsentrasi ekstrak biji pala 5 ppt – 8 ppt yang digunakan untuk uji waktu induksi tidak berbeda nyata terhadap waktu induksinya pada lobster Lampiran 4. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa konsentrasi ekstrak biji pala antara 5 ppt – 8 ppt tidak memengaruhi waktu induksinya pada lobster . Pala mempunyai senyawa tertentu yang berpotensi untuk dijadikan sebagai obat penenang psychotropic. Senyawa yang dimaksud adalah myristicin C 12 H 16 O 3 dan elemicin C 12 H 16 O 3 Leon 1991. Kedua senyawa tersebut paling banyak terdapat pada bijinya Guenther 1967 diacu dalam Pratiwi 2000. Pada mamalia, myristicin mengalami metabolisme dalam tubuh sehingga menjadi MMDA 3-methoxy-4,5- methylenedioxy-amphetamine . Elemicin dapat mengoksidasi oleficin pada rantai molekulnya. Senyawa yang terbentuk akibat reaksi tersebut adalah vinil alkohol yang diduga dapat menyebabkan transaminasi untuk produksi TMA 3,4,5,-trimethoxy amphetamine . MMDA diketahui mempunyai potensi yang lebih besar dibandingkan TMA sebagai obat pshychotropic. TMA dan MMDA mempunyai efek halusinogen Leon 1991. 331,67 298,67 281,5 218,5 50 100 150 200 250 300 350 5 6 7 8 w a k tu in d u k si m eni t konsentrasi ppt

4.4 Pengamatan Kondisi Fisiologis Lobster Selama Anestesi dan Masa Pemulihannya