perlakuan konsentrasi ekstrak biji pala sebesar 5 ppt. Pada pengujian toksisitas akut ekstrak biji pala dalam kurun waktu 48 jam,
mortalitas terendah berada pada konsentrasi 3 ppt, yaitu sebesar 37,5 . Perlakuan konsentrasi ekstrak biji pala 5 - 8 ppt memberikan
nilai LC
100
-48.
4.2.2 Uji kualitas air sebelum dan setelah uji toksisitas letal akut
Secara umum kualitas air berhubungan dengan kandungan bahan terlarut didalamnya. Tingkat kandungan dari bahan terlarut tersebut akan menentukan
kelayakannya untuk kehidupan biota didalamnya. Setiap makhluk hidup memerlukan kandungan bahan terlarut yang berbeda sehingga kualitas air juga bersifat relatif bagi
setiap makhluk hidup Lukito dan Prayugo 2007.
4.2.2.1 pH
Keasaman pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang mengindikasikan tingkat asam dan basa suatu perairan. Tingkat asam dan basa yang
menyebabkan organisme seperti ikan menjadi mati diperkirakan berada pada pH 4 dan pH 11 Boyd dan Lichtkoppler 1979. Pengaruh konsentrasi ekstrak biji pala terhadap
perubahan pH media uji dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 pH media sebelum dan sesudah uji toksisitas letal akut. Sebelum dilakukan uji toksisitas letal akut, pH berkisar antara 7,24
– 7,35. Setelah uji toksisitas, pH media uji berkisar antara 6,62
– 7,02. pH media uji pada perlakuan kontrol sebesar 7,14. Terlihat penurunan pH yang tidak signifikan antara
sebelum dengan sesudah uji toksisitas. Nilai pH media sebelum dan sesudah uji toksisitas masih pada kisaran toleransi untuk kehidupan organisme akuatik. Penurunan pH terjadi
akibat adanya hasil metabolisme lobster yang kemudian terlarut dalam perairan. Menurut Boyd dan Lichtkoppler 1979, pH yang ideal bagi kelangsungan hidup organisme
akuatik khusunya golongan ikan adalah 6,5 hingga 9. Senada dengan pernyataan tersebut, Lukito dan Prayugo 2007 menyebutkan kisaran pH yang baik untuk
7,14 7,37
7,34 7,35
7,25 7,24
7,35 7,14
6,62 6,56
6,61 6,88
6,61 7,02
6,00 6,20
6,40 6,60
6,80 7,00
7,20 7,40
7,60
3 4
5 6
7 8
pH
konsentrasi ppt
sebelum sesudah
pertumbuhan lobster adalah 6,5 – 9 dengan pH ideal adalah 8. Hal ini sesuai dengan
habitatnya yaitu sungai yang memiliki pH cenderung netral. pH mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat
terionisasi banyak terdapat pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium bersifat tidak toksik innocuos. Namun pada suasana alkalis pH tinggi lebih banyak ditemukan
amoniak yang tidak terionisasi dan bersifat toksik. Amonia tak terionisasi ini lebih mudah terserap ke dalam tubuh organisme akuatik dibandingkan dengan amonium Tebut 1992
diacu dalam Effendi 2003.
4.2.2.2 Suhu