Pengamatan kondisi fisiologis saat pemulihan lobster pasca anestesi

reseptor neuron dikemas dalam kutikula pada eksoskeleton yang disebut sensilla Derby dan Steullet 2001 diacu dalam Elwood 2009. Chemosensilla sensilla pendeteksi stimulan yang bersifat kimia terdapat pada hampir seluruh permukaan eksoskeleton dan memungkinkan pendeteksian terhadap perubahan-perubahan kimia pada lingkungan Derby dan Steullet 2001 diacu dalam Elwood 2009. Chemosensilla akan mendistribusikan pesan berupa stimulan kimia ke seluruh permukaan tubuh lobster, termasuk antenna, antenulla, mulut, lengan capit dan kaki, chepalothorax, abdomen dan telson Derby 1982,1989; Derby dan Atema 1982a; Spencer 1986; Tierney et al. 1988; Hallberg et al 1997; Cate dan Derby 2000, 2001 diacu dalam Steullet et al. 2001. Sejauh ini mekanisme dari aksi zat anestesi yang berbeda pada crustacea masih belum menemukan titik terang Saydmohammed et al. 2009. Faktor biologis seperti umur, jenis kelamin, kondisi fisiologis dan bobot, tahap perkembangan, pertumbuhan dan status fisiologis, kesehatan, dan kondisi reproduksi, begitu pula dengan faktor abiotik seperti kualitas air, temperatur, dan oksigenasi, akan mempengaruhi efikasi zat anestesi pada biota Sneddon 2012.

4.4.2 Pengamatan kondisi fisiologis saat pemulihan lobster pasca anestesi

Stres berdampak negatif terhadap biota yang terdeteksi melalui beberapa efek fisiologis seperti penurunan daya imunitas, peningkatan kemungkinan terjadinya penyakit, penurunan kualitas telur, penghambatan laju pertumbuhan dan penurunan terhadap nilai jualnya Saydmohammed et al. 2009. Perubahan fisiologis lobster selama tahap pemulihan pasca anestesi menggunakan ekstrak biji pala dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Tahap-tahap pemulihan lobster pasca anestesi 8 ppt 7 ppt 6 ppt 5 ppt menit ke- tahap pemulihan menit ke- tahap pemulihan menit ke- tahap pemulihan menit ke- tahap pemulihan P1 P1 P1 P1 10 P2 7 P2 9 P2 P2 17 P3 12 P3 16 P3 P3 42 P4 24 P4 22 P4 10 P4 Keterangan : P1 : Kaki jalan lobster bergerak lemah seperti meronta, posisi terbalik, respon terhadap rangsang tidak ada. P2 : Lobster dapat membalikkan tubuhnya ke posisi semula, respon terhadap rangsang sangat lemah, ekor melipat ke dalam. P3 : Kondisi lobster lemah, sedikit gerakan, ekor melipat ke dalam, capit tidak menerima respon bila diusik. P4 : Reaktif terhadap rangsang, capit dan antena bergerak menerima respon bila diusik. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji pala yang digunakan, maka terdapat kecenderungan akan semakin lama waktu yang diperlukan untuk pemulihan lobster. Berdasarkan pengamatan frekuensi pola perubahan tingkah laku selama proses pemulihan pasca anestesi, terdapat empat kategori perubahan perilaku fisiologis pada lobster yang sering terdeteksi yaitu disimbolkan dengan P1, P2, P3, dan P4. Fase pemulihan yang meliputi empat kategori tersebut terjadi pada proses pemulihan lobster dengan anestesi menggunakan ekstrak biji pala sebesar 6, 7, dan 8 ppt. Fase tidak lengkap ditunjukkan oleh lobster pada perlakuan konsentrasi ekstrak biji pala sebesar 5 ppt yaitu hanya menunjukkan kategori P4 dengan ciri reaktif terhadap rangsang, capit dan antena bergerak menerima respon bila diusik. Menurut Barrento et al. 2010, pada penelitian mengenai penggunaan AQUI-S sebagai zat anestesi pada Cancer pagurus, dapat diketahui dari perubahan fisiologis selama proeses pemulihannya yang dicirikan oleh respon tangkai mata dan pergerakan capit. Terdapatnya respon pada tangkai mata ketika diberi stimulan dan pergerakan capit yang agresif dikatakan sebagai kondisi normal. Perbedaan respon fisiologis pada perlakuan konsentrasi tersebut diduga dipengaruhi oleh kondisi individu lobster dan kerja zat anestesi pada sistem sarafnya yang perlu diketahui lebih jauh berkaitan dengan mekanismenya pada sistem saraf. Unit-unit sensori berkembang seiring dengan frekuensi moulting dan faktor-faktor yang berpengaruh selama masa pertumbuhan. Hal tersebut dipengaruhi oleh masa hidup dari regenerasi sel saraf Beltz dan Sandeman 2003 diacu dalam Elwood 2009. Selama ecdysis , crustacea berada dalam kondisi yang rawan, dan sebagai penyesuaian maka terjadi tambahan fungsi sensor yang baru Ali 1987 diacu dalam Elwood 2009. Ecdysis merupakan tahap pelepasan diri dari kerangka lama. Pada saat baru melepaskan diri, kutikel lobster air tawar masih dalam keadaan lembut. Pada fase ini, terjadi penyerapan air dalam jumlah banyak dan secara cepat oleh tubuh lobster. Ion-ion kalsium dari dalam tubuh lobster akan diangkut untuk memenuhi jaringan kulit Lukito dan Prayugo 2007. Zat anestesi umumnya digunakan di labaoratorium untuk keperluan penelitian, veterinary , dan akuakultur Sneddon 2012. Pada aplikasi ilmu kedokteran, zat anestesi bekerja pada saraf penerima rasa sakit nociceptor. Zat anestesi akan menghambat respon penerima rasa sakit pada saraf periferal atau organ yang luka dengan menghalangi transmisi sodium menuju sel neuron. Zat anestesi bekerja dengan prinsip memblokade ion sodium sehingga saraf pusat tidak menerjamahkan luka sebagai rasa sakit Elwood 2009.

4.5 Uji Penyimpanan Lobster Air Tawar