57 sekitar mangrove yang kemudian akan mempengaruhi kandungan elemen dalam
sedimen.
4.3 Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan adalah satu kesatuan teknis dalam melakukan operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapalperahu, alat tangkap dan
nelayan.
4.3.1 Kapal
Kapal atau perahu penangkap ikan di Kabupaten Subang dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu perahu tanpa motor, perahu motor tempel
dan kapal motor. Perahu tanpa motor adalah perahu yang pengoperasiannya tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan layar atau dayung. Perahu motor tempel
adalah perahu atau kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel outboard engine, sedangkan kapal motor adalah kapal yang
pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal inboard engine. Perkembangan jumlah perahukapal motor setiap tahunnya
cenderung konstan. Tabel 3 Perkembangan jumlah kapal tahun 2006-2009
Tahun Perahu Tanpa
Motor unit Motor Tempel
unit Kapal Motor
unit Jumlah
2006 50 649
16 665 2007 46
660 21 681
2008 40 665
21 686 2009 36
671 21 696
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2009
Secara keseluruhan jumlah kapal atau perahu di Kabupaten Subang cenderung meningkat selama periode tahun 2006 sampai 2009. Dilihat dari
perkembangan tersebut, jenis kapal yang ada masih didominasi oleh perahu motor tempel. Jumlahnya cenderung meningkat dengan jumlah tertinggi pada tahun
2009 sebanyak 671 unit kapal. Berbeda dengan perahu motor tempel, perahu
58 tanpa motor justru mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2009
jumlah perahu tanpa motor menurun hingga 36 unit kapal.
4.3.2 Alat tangkap
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Subang terdiri dari jenis payang, pukat pantai, jaring insang hanyut, jaring klitik, jaring insang tetap,
pancing, alat pengumpul kerang dan alat tangkap lainnya. Pada Tabel 6 disajikan secara rinci tentang alat tangkap dan produksi dari tiap alat tangkap pada tahun
2008. Tabel 4 Jenis alat tangkap di Kabupaten Subang
No Jenis Alat Tangkap
Jumlah unit
1 Payang 52
2 Dogol 67
3 Jaring arad
79 4 Jaring
Insang hanyut
122 5 Jaring
insang klitik
142 6 Jaring
insang tetap
165 7 Pacing
lainnya 108
8 Lain-lain 135
Jumlah 870 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2008
Dari jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan Kabupaten Subang, hanya 7 jenis alat tangkap yang dioperasikan setiap tahunnya yaitu payang, pukat
pantai, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring klitik dan alat pengumpul kerang, sedangkan alat tangkap dogol mulai dioperasikan pada tahun 2000.
Hingga saat ini alat tangkap yang dominan dioperasikan di Kabupaten Subang adalah jaring insang tetap, jaring insang hanyut dan jaring insang klitik. Pada
tahun 2008 alat tangkap yang dominan di Kabupaten Subang yaitu jaring insang tetap sebanyak 165 unit.
59
1. Payang 1 Deskripsi
Payang adalah alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh nelayan Indonesia. Alat tangkap ini termasuk ke dalam kelompok pukat
kantong seine net atau lebih dikenal dengan nama Danish seine. Adapun alat tangkap ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu sayap, badan dan kantong Subani
dan Barus, 1989. Payang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di permukaan dengan
tujuan untuk menangkap ikan-ikan pelagis. Pada pengoperasiannya, alat tangkap ini disetting melingkari kawanan ikan kemudian jaring ditarik ke atas geladak
kapalSubani dan Barus,1989. Pengoperasian payang dapat dilakukan baik pada siang hari maupun pada malam hari. Adapun alat tangkap payang di Kabupaten
Subang hanya dioperasikan di Perairan Ciasem.
2 Konstruksi
Bagian-bagian alat tangkap payang terdiri atas dua sayap, badan jaring, kantong, pelampung, pemberat, dua tali ris, dan tali selambar. Payang termasuk ke
dalam alat tangkap pukat kantong yang mempunyai tiga bagian besar yaitu sayap, badan, dan kantong. Konstruksi dari payang dapat dilihat pada Gambar 21.
• Sayap Sayap pada payang digunakan untuk mengurung kawanan ikan yang hendak
ditangkap. Adapun material jaring yang digunakan pada bagian sayap yaitu PA Polyamide dengan panjang sayap sekitar 200 m dan ukuran mesh size 30 cm.
Pada sayap bagian atas terdapat pelampung yang terbuat dari bambu dengan diameter sekitar 10-15 cm berjumlah sebanyak 36 buah. Adapun pada sayap
bagian bawah terdapat pemberat sebanyak 38 buah. Pemberat ini terbuat dari bahan semen cor dengan panjang 5 cm dan berat 2 kg.
• Badan Ikan-ikan yang telah dikelilingi oleh jaring kemudian diarahkan oleh
nelayan agar masuk ke badan jaring. Adapun material jaring yang digunakan pada bagian badan sama dengan material jaring pada bgian sayap yaitu PA Polyamide
dengan ukuran mesh size 19 cm dan panjang bagian badan yaitu 30 m. Adapun panjang mulut jaring payang bagian bawah lebih panjang dibandingkan bagian
60 atas, hal ini untuk mencegah kemungkinan ikan lolos ke arah bawah, karena pada
umumnya payang digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang cenderung bergerak ke bagian bawah bila terkurung jaring.
• Kantong Kantong merupakan bagian paling akhir atau ujung alat tangkap payang.
Kantong merupakan tempat berkumpulnya hasil tangkapan. Material jaring yang digunakan pada bagian kantong terbuat dari bahan PA Polyamide dengan ukuran
mesh size yang berangsur-angsur mengecil mulai dari 12 cm hingga 1,5 cm.
Ukuran mata jaring yang semakin mengecil ini bertujuan agar ikan-ikan tertangkap dan tidak dapat meloloskan diri dari kantong.
• Tali ris Tali ris pada payang terbagi menjadi dua jenis yaitu tali ris atas dan tali ris
bawah. Baik tali ris atas maupun tali ris bawah terbuat dari bahan PE multifilament
dengan diameter tali ris atas 4 mm, dan tali ris bawah 5 mm. Tali ris atas lebih panjang dari tali ris bawah yaitu 250 m sedangkan panjang tali ris
bawah yaitu 200 m. Pada tali ris atas inilah pelampung dipasang, sedangkan pada tali ris bawah dipasang pemberat.
• Tali Selambar Tali selambar pada payang berfungsi untuk menarik jaring saat sedang
dioperasikan dan pada saat jaring ditarik ke atas kapal. Tali ini terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter tali 16 mm. Panjang tali selambar di sayap
kanan dan kiri payang berbeda. Adapun panjang tali selambar di sayap kanan payang sebesar 200 m sedangkan panjang tali selambar di sayap kiri sebesar 20 m,
hal ini disebabkan agar sayap kanan dapat melingkari kawanan ikan seluas- luasnya sehingga kawanan ikan tidak dapat meloloskan diri.
61 Gambar 21 Konstruksi payang
3 Kapal
Kapal yang digunakan untuk pengoperasian payang terbuat dari bahan kayu dengan dimensi L X B x D yaitu 9 x 2,4 x 0,6 meter. Kapal yang digunakan pada
pengoperasian payang biasanya berupa perahu motor tempel yang menggunakan mesin tempel dengan merk Dongfeng. Mesin ini memiliki umur teknis ± 5 tahun
dengan kekuatan mesin sebesar 24 PK. Pengoperasian kapal dilakukan secara one day fishing
yaitu pergi pada pagi hari yaitu pada pukul 06.00 dan kembali pada siang atau sore hari yaitu pada pukul 16.00.
4 Nelayan
Mayoritas nelayan yang ada di Kabupaten Subang adalah penduduk asli setempat dan sebagian kecil merupakan nelayan pendatang yang berasal dari
Indramayu, Karawang dan Cirebon. Nelayan payang pada umumnya merupakan penduduk asli yang menjadikan usaha penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama
atau termasuk ke dalam klasifikasi nelayan penuh. Adapun nelayan yang mengoperasikan payang di Kabupaten Subang berjumlah 22 orang nelayan
dimana satu orang bertugas sebagai nahkoda kapal, satu orang sebagai fishing master dan sisanya bertugas mengoperasikan payang.
5 Metode pengoperasian
Operasi penangkapan jaring payang dilakukan secara one day fishing. Proses pengoperasian payang dimulai pada pagi hari yaitu pada pukul 05.00 WIB.
Keterangan: 1.
Kantong 2.
Badan Jaring 3.
Sayap 4.
Tali Ris Atas 5.
Tali Ris Bawah 6.
Tali Selambar 7.
Pelampung 8.
Pemberat
62 Adapun pengoperasian payang dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap
persiapan, tahap pemasangan jaring setting, tahap penarikan jaring hauling, dan tahap pelepasan hasil tangkapan. Tahap persiapan meliputi persiapan
perbekalan seperti makanan, minuman, dan bahan bakar. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan terhadap kondisi mesin oleh juru mesin. Adapun untuk satu kali
operasi penangkapan jaring payang diperlukan bahan bakar sebanyak 20 liter. Setelah semua tahap persiapan selesai dilakukan, perahu diberangkatkan
menuju fishing ground. Dalam menentukan fishing ground, fishing master mencari kawanan ikan dengan melihat tanda-tanda keberadaan gerombolan ikan
seperti adanya riak-riak air di permukaan, atau dengan melihat adanya kawanan burung di atas permukaan. Pada proses ini kecakapan seorang fishing master
sangatlah menentukan keberhasilan penangkapan. Setelah gerombolan ikan ditemukan, tekong akan menginstruksikan kepada
juru mudi agar mendekati gerombolan ikan tersebut agar proses pemasangan jaring setting dilakukan. Pemasangan jaring dilakukan dengan melingkari
gerombolan ikan. Proses melingkari yang memerlukan waktu 20 menit ini diawali dengan penurunan pelampung tanda, tali selambar, badan jaring, dan tali selambar
namun ujung dari tali selambar terakhir tetap berada di perahu. Setelah proses pemasangan selesai dilakukan, kemudian nelayan akan
melakukan proses penarikan jaring secepat mungkin. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan lolosnya ikan yang akan ditangkap. Adapun tahap
penarikan jaring umumnya menghabiskan waktu selama 30 menit. Proses penarikan jaring dilakukan oleh ABK kapal yang berjumlah 20 orang.
Tahap pelepasan hasil tangkapan dilakukan dengan membuka ikatan pada kantong. Tahap pelepasan ini umumnya dilakukan selama 15 menit. Setelah
proses pelepasan selesai, kantong jaring diikat kembali dan dipersiapkan kembali untuk setting selanjutnya. Jika hasil tangkapan yang didapatkan kurang
memuaskan, maka proses setting umumnya dilakukan sebanyak 3-5 kali dalam satu kali operasi penangkapan jaring payang.
6 Hasil tangkapan
Jaring payang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di permukaan perairan. Dengan demikian jaring payang memiliki target tangkapan berupa ikan-
63 ikan pelagis. Adapun hasil tangkapan dari payang adalah tongkol Auxis sp.,
cumi Loligo sp., kembung Rastrelliger sp., tembang Sardinella sp., japuh Dussumiera acuta dan lain-lain.
2. Dogol 1 Deskripsi
Dogol termasuk ke dalam kelompok pukat kantong lingkar atau umumnya disebut danish seine. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu kantong, sayap
dan badan jaring. Konstruksi mulut jaring bagian atas dogol agak lebih menonjol kedepan sehingga menyerupai konstruksi pukat udang trawl tetapi ukurannya
lebih kecil dari pukat udang Subani dan barus, 1989. Menurut Subani dan Barus 1989, dogol merupakan alat tangkap yang
dioperasikan untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal. Pada pengoperasiannya alat ini dilingkarkan pada sasaran tertentu umumnya dengan
cara menduga-duga, kemudian pada akhir penangkapan hasilnya dinaikkan ke atas geladak perahu atau didaratkan ke pantai. Alat tangkap dogol yang ada di
Kabupaten Subang tidak berbeda jauh dengan alat tangkap dogol pada umumnya.
2 Konstruksi
Bagian-bagian alat tangkap dogol terdiri atas dua sayap, badan jaring, kantong, pelampung, pemberat, dua tali ris, dan tali selambar. Dogol termasuk ke
dalam alat tangkap pukat kantong yang terbagi atas tiga bagian utama, yaitu sayap, badan dan kantong. Konstruksi dogol dapat dilihat pada Gambar 22.
• Sayap Sayap berfungsi untuk mengarahkan hasil tangkapan masuk ke dalam jaring.
Sayap pada alat tangkap ini terbuat dari bahan PE Polyethilene dengan panjang 25 m dan ukuran mesh size sebesar 12,7 cm. Pada bagian sayap terdapat dua jenis
pelampung yaitu pelampung plastik dan pelampung besar. Adapun pelampung plastik berjumlah 12 buah dengan ukuran panjang 15 cm dan diameter 4 cm
sedangkan pelampung besar berjumlah 3 buah dengan ukuran panjan 17,5 cm dan diameter 11 cm. Selain pelampung, terdapat juga pemberat yang terpasang pada
bagian bawah sayap. Pemberat pada sayap berjumlah 36 buah terbuat dari bahan timah berbentuk elips dengan panjang 7 cm dan diameter sebesar 1,5 cm.
64 • Badan
Badan jaring berfungsi untuk mengurung ikan yang telah masuk melalui sayap. Bahan yang digunakan pada bagian badan jaring adalah PE Polyethylene
dengan panjang 15 meter dan mesh size sebesar 6,5 inci. Pada bagian pangkal badan jaring berhubungan dengan sayap sedangkan pada bagian ujung
berhubungan dengan kantong. • Kantong
Bagian kantong merupakan bagian paling akhir dari alat tangkap dogol. Material jaring yang digunakan pada bagian kantong terbuat dari bahan PE
Polyethilene dengan panjang kantong 6 meter dan mesh size sebesar satu inci. Pada bagian ujung kantong diikat dengan seutas tali yang menggunakan simpul
cod-end knot . Adapun penggunaan simpul tersebut dimaksudkan agar kantong
mudah dilepaskan saat akhir penangkapan. • Tali ris bagian sayap
Tali ris pada dogol terdiri dari dua jenis yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Adapun tali ris pada alat tangkap ini terbuat dari bahan PE multifilamen. Tali ris
bawah lebih panjang dari tali ris atas. Panjang tali ris bawah yaitu 25 m, dan panjang tali ris atasnya 20 m.
• Tali Selambar Tali selambar pada dogol berfungsi untuk menarik jaring pada saat
dioperasikan dan untuk menarik jaring ke atas kapal. Tali selambar pada alat ini terbuat dari bahan PE Multifilament dengan panjang sekitar 60-100 meter dan
memiliki diameter 2,5 cm.
Gambar 22 Konstruksi dogol
65
3 Kapal
Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan dogol terbuat dari bahan kayu dengan dimensi L x B x D yaitu 11 x 2,5 x 1,5 meter. Kapal ini memiliki dua buah
mesin yang berfungsi sebagai mesin utama dan mesin cadangan. Mesin utama berfungsi untuk menjalankan kapal dengan merk Dongfeng dengan umur teknis ±
5 tahun dengan kekuatan mesin 20 PK. Adapun mesin cadangan bermerk Dongfeng
berkekuatan 16 PK berfungsi untuk mengaktifkan gardan.
4 Nelayan
Nelayan merupakan tenaga kerja yang berperan aktif dalam kegiatan operasi penangkapan. Nelayan dogol pada umumnya merupakan penduduk asli yang
menjadikan usaha penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama atau termasuk ke dalam klasifikasi nelayan penuh. Nelayan yang mengoperasikan unit penangkapan
dogol di Kabupaten Subang berjumlah 6-8 orang nelayan, dimana satu orang bertugas sebagai juru mudi dan sisanya adalah ABK kapal yang bertugas sebagai
juru mesin, juru masak, memperbaiki dan mengoperasikan jaring serta menyortir hasil tangkapan.
5 Metode pengoperasian
Pengoperasian dogol umumnya dilakukan pada pagi hari. Pada pengoperasiannya dibagi menjadi lima tahap yaitu : persiapan, penentuan daerah
penangkapan ikan, pemasangan jaring setting, penarikan jaring hauling, dan penyortiran serta pemindahan hasil tangkapan ke dalam palka. Pada tahap
persiapan nelayan mempersiapkan perbekalan, mengecek kondisi mesin kapal, dan menyusun jaring untuk mempermudah dalam proses setting di laut. Kapal
berangkat dari fishing base menuju fishing ground pada pukul 05.30 WIB. Waktu yang ditempuh dari fishing base menuju fishing ground sekitar 1– 2 jam.
Umumnya nelayan menentukan fishing ground berdasarkan pengalaman dari hasil tangkapan sebelumnya dan dengan melihat jumlah kapal yang berada di daerah
tersebut. Semakin banyak kapal yang beroperasi, nelayan akan berpikir bahwa banyak ikan yang dapat ditangkap di perairan tersebut.
Setelah sampai di fishing ground, nelayan melakukan proses setting yang berlangsung kira-kira 10-20 menit. Proses setting diawali dengan penurunan
pelampung tanda disisi kanan kapal. Tali terus diulur membentuk lingkaran searah
66 jarum jam. Setelah hampir membentuk lingkaran, seluruh jaring beserta
pelampungnya diturunkan secara serentak. Kemudian tali terus diulur sampai kapal kembali mencapai pelampung tanda.
Setelah setting selesai dilakukan, kapal bergerak perlahan sekitar 5 menit, kemudian penarikan jaring dimulai dengan menaikkan pelampung tanda ke atas
kapal. Setelah itu nelayan memuntal sebagian tali selambar di gardan untuk penarikan jaring hingga ke atas kapal. Umumnya waktu yang diperlukan untuk
melakukan proses hauling sekitar 15-20 menit. Setelah hasil tangkapan dikeluarkan dari bagian kantong maka dilakukan
penyortiran dan pemindahan ikan-ikan hasil hasil tangkapan ke dalam palka. Ikan- ikan yang tertangkap disortir bedasarkan jenis dan ukurannya. Semua hasil
tangkapan dibawa kembali oleh nelayan dan tidak ada yang dibuang kembali ke laut.
6 Hasil tangkapan
Hasil tangkapan utama dari dogol adalah udang jerbung, udang bago, dan udang krosok. Adapun hasil tangkapan sampingannya terbagi menjadi dua
kelompok yaitu hasil tangkapan sampingan ekonomis tinggi dan ekonomis rendah. Hasil tangkapan sampingan ekonomis tinggi antara lain kakap, kerapu,
rajungan, sotong dan cumi-cumi sedangkan hasil tangkapan sampingan ekonomis rendah antara lain ikan sebelah, pari, cucut, gurita, belanak dan pepetek
.
3. Jaring Arad 1 Deskripsi
Jaring arad diklasifikasikan ke dalam pukat udang. Alat tangkap ini banyak dikenal dengan nama cungking trawl atau mini otter trawl. Jaring arad
dikelompokkan ke dalam jenis otter trawl karena pada alat ini dilengkapi dengan alat pembuka mulut jaring otter board Subani dan Barus, 1989. Alat tangkap
ini merupakan salah satu alat penangkap ikan yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu bermesin. Alat tangkap ini biasanya dioperasikan
di perairan dangkal dengan target tangkapan utama yaitu udang. Secara garis besar konstruksi jaring arad terdiri dari bagian sayap, badan, dan kantong Hakim,
67 2006. Jaring arad banyak digunakan oleh nelayan di daerah perairan pantai utara
Jawa dalam skala kecil.
2 Konstruksi
Bagian alat tangkap jaring arad terdiri atas sayap, badan jaring, kantong, pelampung, pelampung besar, pemberat, palang kayu danleno dan papan rentang
otter board. Jaring arad termasuk ke dalam alat tangkap pukat yang terbagi atas tiga bagian utama, yaitu sayap, badan dan kantong. Konstruksi dari jaring arad
dapat dilihat pada Gambar 23. • Sayap
Sayap disebut juga jaring pengarah yang merupakan perpanjangan badan jaring ke otter board. Sayap berfungsi untuk mengarahkan hasil tangkapan masuk
ke dalam jaring. Sayap pada jaring arad memiliki panjang sebesar 10,5 m dengan material jaring yang digunakan yaitu PE dengan ukuran mesh size sebesar 43.75
mm. Pada sayap terdapat 2 jenis pelampung yang dipasang yaitu pelampung jenis I dan pelampung besar. Pelampung jenis I terbuat dari karet berwarna putih.
Pelampung jenis ini berbentuk elips dengan ukuran panjang 16 cm dan diameter 2 cm. Jumlah pelampung jenis I ini sebanyak 10 buah terpasang disepanjang sayap.
Adapun pelampung besar terbuat dari bahan plastik berbentuk silinder. Ukuran panjang pelampung ini yaitu 30 cm dengan diameter 12.5 cm. Jumlah pelampung
besar yang digunakan hanya satu buah dipasang pada bagian tengah mulut. • Badan
Badan jaring pada jaring arad berfungsi untuk mengurung obyek yang telah digiring oleh sayap. Badan jaring terletak di bagian tengah jaring arad dimana
pada sudut depan kiri dan kanan badan jaring berhubungan dengan sayap kanan dan kiri, sedangkan pada bagian belakang badan berhubungan langsung dengan
bagian kantong. Adapun material jaring yang digunakan pada bagian badan jaring yaitu PE dengan dengan panjang sebesar 4,5 m dan ukuran mata jaring mesh size
sebesar 37.5 mm. Disepanjang badan jaring bagian atas terpasang pelampung jenis II untuk menjaga agar mulut jaring arad tetap terbuka sempurna. Pelampung
jenis ini terbuat dari karet berbentuk kubus dengan dimensi p x l x t yaitu 4,5 x 2,5 x 2,5 cm. Jumlah pelampung jenis ini sebanyak 13 buah.
68 • Kantong
Kantong berfungsi sebagai tempat berkumpulnya hasil tangkapan. Kantong pada jaring arad memiliki panjang sebesar satu meter dan mesh size sebesar 20
mm. Pada bagian ujung kantong diikat dengan tali pengikat menggunakan simpul cod end knot
. Adapun penggunaan simpul tersebut ialah untuk memudahkan dalam mengeluarkan hasil tangkapan.
• Tali ris bagian sayap Tali ris atas dipergunakan untuk menghubungjan kedua sayap jaring bagian
atas melalui mulut bagian atas. Tali ris atas terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter 4 cm dan panjang 9 meter. Adapun tali ris bawah digunakan
untuk menghubungkan kedua sayap jaring bagian bawah melalui mulut bagian bawah. Tali ris bawah pada alat tangkap jaring arad terbuat dari bahan rami
dengan panjang 11 meter dan diameter 1 cm. Adapun perbedaan panjang tali ris atas dan bawah ini menyesuaikan dengan ukuran badan jaring.
• Otter board Otter board berfungsi untuk menjaga agar sayap jaring terbuka ke kanan dan
ke kiri dengan baik. Otter board terbuat dari kayu dan semen yang dicor dengan dimensi p x l x t yaitu 100 x 60 x 2 cm. Dengan adanya otterboard ini, jaring arad
diklasifikasikan sebagai pukat tarik trawl, namun karena ukurannya yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan trawl, maka jaring arad disebut juga mini trawl.
Gambar 23 Konstruksi jaring arad
3 Kapal
69 Kapal yang digunakan pada pengoperasian jaring arad adalah kapal motor
tempel berbahan kayu jati dengan dimensi L x B x D yaitu 8 x 2,8 x 1,5 meter. Kapal ini digerakkan dengan menggunakan mesin dengan merk Dongfeng. Mesin
ini memiliki umur teknis ±5 tahun dengan kekuatan sebesar 16 PK. Adapun bahan bakar yang digunakan adalah solar dengan kebutuhan solar per trip sebanyak 15-
20 liter. 4 Nelayan
Mayoritas nelayan jaring arad yang ada di Kabupaten Subang adalah penduduk asli setempat dan sebagian kecil merupakan nelayan pendatang yang
berasal dari Indramayu, Karawang dan Cirebon. Nelayan jaring arad di Kabupaten Subang terbagi menjadi dua yaitu nelayan pemilik juragan dan nelayan buruh.
Adapun pengoperasian jaring arad di Kabupaten Subang dilakukan oleh 2-3 orang nelayan, dimana satu orang bertugas sebagai nahkoda kapal dan sisanya bertugas
mengoperasikan jaring. Jumlah nelayan yang sedikit ini dikarenakan ukuran kapal dan alat tangkap yang digunakan merupakan unit penangkapan yang masih
tradisional dan memiliki ukuran yang kecil.
5 Metode pengoperasian
Pengoperasian jaring arad dilakukan secara one day fishing dimana kapal berangkat pada pagi hari yaitu pada pukul 04.00 dan kembali pada siang atau sore
hari pada pukul 14.00. Jaring arad dioperasikan di daerah pantai dengan tipe dasar perairan lumpur berpasir. Kedalaman perairan berkisar antara 15-60 m dengan
topografi dasar perairan yang relatif datar. Jaring arad dapat dioperasikan sepanjang tahun, namun intensitas pengoperasiannya dipengaruhi oleh musim
penangkapan. Wilayah pengoperasian jaring arad adalah di sekitar perairan Subang seperti Pantai Blanakan, Pantai Mayangan, Perairan Legonkulon, dan
Perairan Ciasem. Pada proses pengoperasian jaring arad terdapat beberapa tahap yaitu:
1 Penentuan daerah penangkapan ikan Fishing ground
Sebelum alat tangkap disetting, nelayan terlebih dahulu menentukan tempat yang diperkirakan terdapat target tangkapan. Pada tahap penentuan daerah
penangkapan ini nelayan tidak menggunakan alat Bantu seperti fish finder dan
70 sejenisnya. Nelayan menentukan daerah penangkapan dengan menggunakan
pengalamannya selama melaut. 2
Setting alat tangkap Setelah daerah penangkapan ikan ditentukan, nelayan akan menyiapkan jaring
arad untuk segera disetting. Sebelum jaring arad disetting, jaring arad ditata terlebih dahulu agar tidak terbelit saat sedang dioperasikan. Jaring yang terbelit
akan mengganggu proses terbukanya mulut jaring arad sehingga mulut jaring arad tidak terbuka dengan sempurna.
3 Penarikan jaring arad towing
Setelah jaring tertata dengan baik di dalam perairan, kemudian nelayan akan mulai melakukan penarikan jaring arad. Penarikan jaring arad dilakukan dengan
tujuan untuk menyapu dasar perairan sehingga ikan dan udang yang ada di dasar perairan dapat tertangkap. Adapun kecepatan kapal saat melakukan penarikan
jaring harus konstan agar bukaan mulut jaring arad tetap terbuka dengan sempurna.
4 Pengangkatan jaring hauling
Setelah dilakukan penarikan jaring, maka dilakukan pengangkatan jaring arad ke atas kapal untuk melihat hasil tangkapan. Proses penarikan jaring dimulai
dengan menarik tali ris terlebih dahulu sampai dengan bagian kantong jaring. Setelah bagian kantong berhasil ditarik ke atas kapal, kemudian ikatan pada
ujung kantong dilepaskan dan hasil tangkapan dikeluarkan. 5
Penanganan hasil tangkapan. Setelah hasil tangkapan dikeluarkan dari dalam kantong, kemudian hasil
tangkapan segera dibersihkan terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpur yang tercampur dengan hasil tangkapan. Hal ini terjadi karena jaring arad
dioperasikan di dasar perairan yang berlumpur. Adapun setelah hasil tangkapan dibersihkan, nelayan melakukan melakukan penyortiran berdasarkan jenis dan
ukuran hasil tangkapan. Semua hasil tangkapan akan dibawa kembali oleh nelayan dantidak ada yang dibuang kembali ke laut.
6 Hasil tangkapan
Hasil tangkapan jaring arad terbagi menjadi dua kategori yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Adapun hasil tangkapan utama
71 jaring arad adalah udang jerbung Penaeus merguiensis, udang krosok
Parapenaeopsis sculptilis dan udang bago Pebaeus marguensis. Adapun hasil tangkapan sampingan jaring arad dibagi menjadi dua kelompok yaitu hasil
tangkapan sampingan bernilai ekonomis tinggi dan hasil tangkapan sampingan bernilai ekonomis rendah. Adapun hasil tangkapan sampingan yang bernilai
ekonomis tinggi yaitu rajungan Portunus sp, sotong Sepia sp dan cumi-cumi Loligo sp. Sedangkan untuk hasil tangkapan bernilai ekonomis rendah yaitu
beberapa jenis ikan seperti pepetek Leioghnatus sp, gulamah Pseuosorena sp, beloso Saurida tumbil, kerong-kerong Therapon theraps, sebelah Psettodes
erumei , pari Trygan sephen, cucut Squalus sp, dan gurita Octopus sp.
4. Jaring Millenium 1 Dekripsi
Jaring millennium merupakan jenis alat tangkap gillnet yang telah dimodifikasi dari gillnet pada umumnya, perbedaannya terdapat pada bahan
jaring yang memiliki serat pilinan monofilament serta warna jaringnya. Jaring gillnet
pada umumnya dibuat dari bahan nylon multifilament berwarna biru gelap, sementara jaring millennium dibuat dari nylon multi monofilament yang
transparan. Jaring multi monofilament umumnya menggunakan bahan yang tipis, sehingga jaring lebih halus dibandingkan dengan jaring monofilament atau jaring
multifilament . Hal itu membuat jaring multi monofilament lebih fleksibel di
bawah air.
2 Konstruksi
Bagian-bagian pada jaring millennium terdiri atas badan jaring, tali ris atas dan bawah, pelampung, dan pemberat. Desain dan konstruksi dari jaring
millennium dapat dilihat pada Gambar 24. • Badan jaring
Badan jaring merupakan bagian yang berfungsi untuk menghadang ikan secara vertikal. Bahan yang digunakan adalah Polyamide monofilament berwarna
putih transparan dengan ukuran jaring satu piece yaitu yaitu 75 x 10 meter. Dalam keadaan terentang, jaring millennium pada tiap piecenya memiliki jumlah mata
jaring sebanyak 1230 mata pada arah horizontal dan 90 mata pada arah vertikal.
72 Nelayan menggunakan bahan Polyamide monofilament karena bahan ini memiliki
beberapa kelebihan diantaranya memungkinkan ikan-ikan kecil dapat terjerat dalam serat pilinan dan menjadi umpan untuk ikan yang berukuran besar. Bahan
ini relatif tahan lebih lama terhadap pembusukan atau pelapukan dan tidak berpengaruh terhadap lamanya perendaman dalam perairan. Selain itu bahan ini
tidak menyerap air sehingga lebih ringan dalam proses penarikan jaring. • Pelampung
Pelampung jaring yang digunakan terbuat dari bahan plastik. Pelampung ini berbentuk elips dengan ukuran panjang 139 mm dan diameter 38 mm. Jumlah
pelampung dalam satu piece sebanyak 25 buah dengan jarak antar pelampung 300 cm. Jaring millennium memiliki pelampung tambahan yang disebut pelampung
umbul. Pelampung ini berbentuk elips yang terbuat dari plastik atau Styrofoam. Pelampung umbul memiliki ukuran tinggi 25 cm dan diameter 10 cm. Pelampung
tanda diikatkan pada kayu dan dihubungkan ke bagian akhir jaring dengan menggunakan tali. Pelampung tanda ini pada umumnya berupa bendera atau
lampu. • Pemberat
Pemberat yang digunakan terbuat dari semen cor berbentuk lingkaran pipih dengan diameter 15 cm tebal 2 cm dan berat 400 gram. Pemberat dipasang dengan
jarak 9 meter. Pemberat tidak diikatkan dengan menggunakan tali pemberat, tetapi diikat pada badan jaring bagian bawah dengan menggunakan tali.
• Tali ris Tali ris terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah. Tal iris atas terbuat dari PE
multifilament dengan diameter 6 mm. panjang tali ris atas adalah 80 m. Tal iris
atas terdiri dari dua tali. Satu utas tali digunakan sebagai tali pelampung dan satu utas lainnya digunakan sebagai penggantung badan jaring. Tali pelampung
mempunyai karakteristik sama dengan tali penggantung yaitu terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter 6 mm dan panjang 80 m. Jaring millennium
tidak dilengkapi dengan tali ris bawah, sehingga pemberat hanya diikatkan pada bagian bawah badan jaring.
73 a
b Gambar 24 Desain a dan konstruksi b gillnet millennium
74
3 Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian jaring millennium memiliki dimensi ukuran L x B x D : 12 x 2,5 x 1,5 meter. Kapal ini menggunakan satu
mesin yang berfungsi sebagai mesin utama. Mesin ini memiliki tonnase sebesar 15 GT dengan merk Mitsubishi 120 PS menggunakan bahan bakar solar. Kapal ini
membutuhkan 80 – 120 liter solar dalam setiap tripnya. Dalam satu trip operasi penangkapan berlangsung antara satu sampai tiga hari, bergantung pada jumlah
tangkapan yang diperoleh dan banyaknya perbekalan yang dibawa.
4 Nelayan
Jumlah nelayan yang mengoperaiskan jaring millennium sebanyak 4 – 5 orang. Setiap nelayan mempunyai tugas masing-masing yaitu sebagai juru mudi,
juru mesin, dan anak buah kapal. Juru mudi bertugas dalam pencarian fishing ground
dan mengemudikan kapal dari fishing base ke fishing ground. Juru mesin bertanggung jawab atas kondisi mesin. Adapun anak buah kapal ABK bertugas
dalam proses penurunan jaring setting, penarikan jaring hauling dan memperbaiki alat tangkpa yang rusak.
5 Metode pengoperasian
Jaring millennium biasanya dioperasikan pada malam hari. Pengoperasiannya dibagi dalam empat tahap yaitu: penentuan fishing ground,
pemasangan jaring setting, penarikan jaring hauling, dan penyortiran serta pemindahan hasil tangkapan ke dalam palka. Sebelum berangkat menangkap ikan
nelayan mengawali dengan mempersiapkan perbekalan, mengecek kondisi mesin kapal, dan menyusun jaring untuk mempermudah dalam penebaran jaring di laut.
Kapal berangkat dari fishing base menuju fishing ground pada pukul 14.30 WIB. Waktu yang ditempuh dari fishing base menuju fishing ground sekitar 2 – 3 jam.
Setelah sampai di fishing ground, nelayan melakukan proses setting yang berlangsung kira-kira 30 menit. Dalam proses setting, jaring dipasang pada posisi
permukaan. Jaring dan kapal dibiarkan hanyut mengikuti arus perairan dan didiamkan selama + 6 jam untuk menunggu proses hauling. Setting dapat
dilakukan sebanyak 1 -2 kali setiap malamnya tergantung hasil tangkapan yang diperoleh. Pada penarikan jaring, kapal bergerak maju perlahan. Kemudian tiga
orang nelayan mulai menarik jaring di haluan kanan tanpa menggunakan alat
75 bantu penarik. Masing-masing menarik bagian atas, tengah dan bawah jaring.
Waktu yang dibutuhkan untuk sekali penarikan jaring hauling berkisar antara 1,5 – 2 jam, tergantung pada banyaknya hasil tangkapan yang tertangkap dan
sampah yang tersangkut pada jaring. Tahap akhir yaitu penyortiran dan pemindahan ikan-ikan hasil hasil
tangkapan ke dalam palka. Ikan hasil tangkapan utama ditempatkan dalam palka yang kedap udara dengan pemberian es yang cukup guna mempertahankan mutu.
Untuk hasil tangkapan sampingan, pemberian es sekedarnya saja dan dikumpulkan untuk dijual dan sebagian lagi untuk dikonsumsi.
6 Hasil tangkapan
Hasil tangkapan utama dari jaring millennium yaitu ikan tenggiri. Adapun hasil tangkapan sampingan yang ikut tertangkap antara lain golok-golok,
pepetek, kembung, tetengek, dan manyung.
5. Jaring Klitik 1 Deskripsi
Jaring insang klitik merupakan salah satu jenis gillnet atau jaring insang. Jaring klitik dioperasikan di dasar perairan yang ditujukan untuk menangkap
udang dan lobster. Jumlah alat tangkap jaring klitik di Kabupaten Subang menempati urutan kedua setelah jaring rampus. Jaring klitik yang terdapat
memiliki konstruksi yang hampir sama dengan jaring insang lainnya.
2 Konstruksi
Bagian-bagian pada jaring insang klitik terdiri atas badan jaring, tali ris atas dan bawah, pelampung, dan pemberat. Desain dan konstruksi dari jaring
millennium dapat dilihat pada Gambar 25. • Badan jaring
Badan jaring merupakan bagian yang berfungsi untuk menghadang ikan secara vertikal. Bahan yang digunakan adalah nilon monofilament. dengan ukuran
mata jaring yaitu 3,5 inchi. Dalam keadaan terentang, jaring klitik pada tiap piece
nya memiliki jumlah mata jaring sebanyak 1125 mata pada arah horizontal dan 18 mata pada arah vertikal. Nelayan menggunakan bahan Polyamide
monofilament karena relatif tahan lebih lama terhadap pembusukan atau
76 pelapukan dan tidak berpengaruh terhadap lamanya perendaman dalam perairan.
Selain itu bahan ini tidak menyerap air sehingga lebih ringan dalam proses penarikan jaring.
• Pelampung Pelampung jaring yang digunakan terbuat dari bahan PVC. Pelampung ini
berbentuk elips atau lonjong dengan ukuran panjang 50 mm dan diameter 10 mm. Jumlah pelampung dalam satu piece sebanyak 125 buah dengan jarak antar
pelampung 80 cm. • Pemberat
Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah dengan berat satuan 1.5 gram. Jumlah pemberat dalam satu piece sebanyak 500 buah. Jaring insang klitik
juga dilengkapi dengan pemberat jangkar yang berfungsi supaya alat tangkap tetap berada di dasar perairan dan tidak berpindah tempat.
• Tali ris Tali ris terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah. Tal iris atas terbuat dari PE
multifilament dengan diameter 3 mm. panjang tali ris atas adalah 60 m. Tali ris
atas terdiri dari dua tali. Satu utas tali digunakan sebagai tali pelampung dan satu utas lainnya digunakan sebagai penggantung badan jaring. Tali pelampung
mempunyai karakteristik sama dengan tali penggantung yaitu terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter 3 mm dan panjang 60 m. Jaring klitik juga
dilengkapi tali ris bawah dengan diameter 2 mm. Tali ris bawah mempunyai ukuran yang lebih panjang daripada tali ris atas yaitu 80 mm. Tali ris bawah
terdiri dari dua tali. Satu utas tali berfungsi sebagai tali pengikat jaring bagian bawah dan satu utas lainnya sebagai tali pemberat. Tali pemberat memiliki
karakteristik yang sama dengan tali pengikat jaring yaitu terbuat dari PE multifilament
dengan diameter 2 mm dan panjang 80 m.
77 a
b Gambar 25 Desain a dan konstruksi b jaring klitik
3 Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasikan jaring klitik memiliki dimensi ukuran L x B x D : 6,5 x 0,8 x 0,5 meter. Kapal ini menggunakan satu mesin
yang berfungsi sebagai mesin utama. Mesin ini memiliki ukuran sebesar 8 PK dengan merk Dongfeng menggunakan bahan bakar solar.
78
4 Nelayan
Jumlah nelayan yang mengoperasikan jaring klitik sebanyak 2 – 3 orang. Setiap nelayan mempunyai tugas masing-masing yaitu sebagai juru mudi dan anak
buah kapal. Juru mudi bertugas dalam pencarian fishing ground dan mengemudikan kapal dari fishing base ke fishing ground. Adapun anak buah
kapal ABK bertugas dalam proses penurunan jaring setting, penarikan jaring hauling dan memperbaiki alat tangkapan yang rusak.
5 Metode pengoperasian
Operasi penangkapan dengan jaring klitik menggunakan perahu motor tempel. Kegiatan setting dimulai pada saat matahari terbenam sekitar pukul 17.00
WIB. Kemudian jaring dibiarkan terendam di dasar perairan selama satu mala dan baru diangkat keesokan paginya. Kegiatan setting dilakukan dengan menurunkan
jaring di sebelah kanan lambung kapal. Hauling dilakukan setelah jaring direndam selama 10 – 13 jam. Penarikan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 04.00 WIB.
Kegiatan hauling dimulai dengan pengangkatan pelampung tanda, kemudian secara bertahap dilakukan pengangkatan badan jaring. Hasil tangkapan yang
tertangkap umumnya tertangkap dengan cara terpuntal.
6 Hasil tangkapan
Hasil tangkapan utama dari jaring klitik adalah udang dan lobster. Adapun hasil tangkapan sampingan yang tertangkap antara lain ikan selar kuning, ikan
sembilang, ikan teri dan rajungan.
6. Jaring Rampus 1 Deskripsi
Jaring rampus termasuk dalam klasifikasi jaring insang tetap. Jaring insang tetap adalah salah satu jenis jaring insang yang dioperasikan pada dasar perairan.
Hasil tangkapan utama dari jaring insang tetap adalah ikan bawal putih. Adapun hasil tangkapan sampingannya antara lain manyung, gulamah, selar, kuniran, dan
kuro. Jaring rampus di Kabupaten Subang tidak berbeda jauh dengan jaring rampus pada umumnya. Jaring rampus hampir ditemukan di semua kecamatan di
Kabupaten Subang yang berada di wilayah pesisir.
79
2 Konstruksi
Bagian-bagian dari jaring rampus terdiri atas tubuh jaring, tali ris atas tali ris bawah, tali pemberat, pemberat, tali pelampung dan pelampung. Desain dan
konstruksi dari jaring rampus ditunjukkan pada Gambar 26.
• Badan jaring Tubuh jaring terbuat dari bahan PA monofilament berdiameter 0,2 mm dan
ukuran mata jaring 4,5 inchi. Warna bahan jaring adalah putih transparan agar alat tangkap yang dipasang di dasar perairan akan tersamar sehingga tidak menakuti
ikan dan ikan akan terjerat. Jumlah mata jaring vertikal sebanyak 35 mata, sedangkan jumlah mata horizontal sebanyak 1798 mata.
• Pelampung Pelampung terbuat dari bahan PVC berbentuk lonjong dengan ukuran panjang
14 cm. Jumlah pelampung sebanyak 50 buah dalam satu piece. Jarak antar pelampung 1 m. Penggunaan pelampung sangat penting, agar mata jaring dapat
terbuka di dalam air. • Pemberat
Pemberat terbuat dari bahan dengan berat satuan 13 gram. Pemberat tambahan berfungsi sebagai jangkar, yaitu batu besar dengan berat sekitar 3 kg. Jumlah
pemberat dalam satu piece sebanyak 300 buah. Karena penempatan jaring berada di dasar perairan maka pemberat memiliki peran penting untuk menjaga
kedudukan jaring agar tetap di tempat. Hal itu menjadi penting karena pengaruh arus yang dapat menggeser kedudukan jaring dari tempat semula, dan bisa
mengubah kedudukan jaring dalam menghadang ikan.
• Tali ris Tali ris atas terbuat dari bahan PE berdiameter 6 mm dengan panjang 70 m
berwarna hijau. Pada tali ris atas diikatkan tali pelampung yang berfungsi untuk memasangkan pelampung pada jaring. Adapun tali pelampung terbuat dari bahan
PE berdiameter 8 mm dengan panjang 70 m berwarna hijau. Jaring rampus juga dilengkapi tali ris bawah terbuat dari bahan PE berdiameter 3 mm dengan panjang
100 m berwarna hijau. Pada tali ris bawah diikatkan tali pemberat yang berfungsi untuk memasangkan pemberat pada jaring. Adapun tali pemberat terbuat dari
bahan PE berdiameter 3 mm dengan panjang 100 m.
80 a
b Gambar 26 Desain a dan konstruksi b jaring rampus
81
3 Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian jaring insang tetap di Kabupaten Subang yaitu jenis jukung yang terbuat dari fiber dan dilengkapai
dengan katir. Kapal ini menggunakan mesin berkekuatan 15 PK. Kapal yang digunakan mempunyai ukuran panjang 8,5 m; lebar 1,2 m; dan dalam 0,8 m. katir
di sebelah kanan dan kiri kapal berfungsi sebagai penyeimbang atau mengurangi efek gerakan oleng pada kapal, sehingga memudahkan nelayan dalam
mengoperasikan kapal dalam operasi penangkapan ikan.
4 Nelayan
Jumlah nelayan dalam pengoperasian jaring insang tetap di Kabupaten Subang sebanyak 2 – 3 orang. Masing-masing nelayan mempunyai tugas yang
berbeda. Satu orang sebagai pengemudi kapal dan yang lainnya menurunkan alat pada saat setting dan hauling. Pada saat musim paceklik, nelayan lebih cenderung
tidak melakukan operasi penangkapan ikan melainkan hanya memperbaiki jaring yang rusak.
5 Metode Pengoperasian
Operasi penangkapan dimulai saat berangkat dari fishing base ke fishing ground
. Nelayan berangkat menuju fishing ground sekitar pukul 02.00 WIB dan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke fishing ground sekitar 2 jam. Setelah tiba
di fishing ground, pelampung tanda dan jangkar diturunkan, selanjutnya dilakukan penurunan jaring setting. Setelah semua jaring terentang sempurna nelayan
menunggu selama setengah jam sampai satu jam, kemudian dilakukan penarikan jaring hauling. Hasil tangkapan yang didapat dimasukkan ke dalam drum yang
sudah dipersiapkan sebelumnya. Hasil tangkapan disimpan menggunakan es untuk proses pengawetan agar tetap segar.
7. Pancing Rawai 1 Deskripsi
Pancing rawai diklasifikasikan kedalam kelompok alat tangkap pancing. Pancing rawai atau longline adalah suatu pancing yang terdiri dari tali utama
main line, kemudian disepanjang tali utama tersebut digantungkan tali cabang
82 branch line yang di ujungnya diberi mata pancing secara berderet pada jarak
tertentu. Panjang tali utama pada rawai berkisar ratusan meter hingga mencapai puluhan kilometer Subani dan Barus, 1989.
2 Konstruksi
Komponen utama pancing rawai yang ada di Kabupaten Subang adalah : tali selambar main line, tali cabang branch line, mata pancing hook, pemberat,
dan pelampung. Konstruksi dari pancing rawai dapat dilihat pada Gambar 27. • Tali utama main line
Tali utama pada pancing rawai ini terbuat dari bahan PA Polyamide dengan nomor 1500. Panjang tali utama secara keseluruhan sekitar 250 m. Tali
utama pada rawai berfungsi sebagai tempat terikatnya tali cabang dimana mata pancing dipasang.
• Tali cabang branch line Tali cabang branch line merupakan tali yang dipasang disepanjang tali
utama pada rawai dan di bagian ujungnya terdapat mata pancing. Tali cabang dipasang secara berderet dengan jarak 2,5 m untuk menghindari terbelitnya tali
cabang yang satu dengan tali cabang yang lainnya. Pemasangan tali cabang pada tali utama menggunakan simpul. Pada alat tangkap ini dipasang sebuah
pelampung berbahan styrofoam pada salah satu ujungnya, sedangkan bagian ujung lainnya diikatkan pada bagian perahu.
• Mata pancing Mata pancing yang digunakan pada pancing rawai ini terbuat dari bahan
stainless steel. Jenis mata pancing yang berbahan stainless digunakan oleh nelayan karena harganya yang relatif murah dan cukup tahan lama. Adapun ukuran mata
pancing yang digunakan disesuaikan dengan ikan yang ingin ditangkap. Biasanya nelayan menggunakan mata pancing nomor 6 untuk menangkap kakap merah,
sedangkan untuk menangkap ikan kuro nelayan menggunakan mata pancing nomor 4. Jumlah mata pancing yang dioperasikan sebanyak 100 buah mata
pancing.
83 Gambar 27 Konstruksi pancing rawai
3 Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian pancing rawai merupakan jenis perahu motor tempel. Perahu motor temple tersebut terbuat dari bahan kayu
dengan dimensi L x B x D yaitu 9 x 1,2 x 0,8 meter. Adapun mesin yang digunakan adalah jenis mesin tempel dengan merk Giandong berkekuatan 6 PK.
4 Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pancing rawai ini berjumlah 2 - 3 orang, dengan satu orang sebagai nahkoda, satu orang sebagai pemasang umpan,
dan satu orang lainnya bertugas memasang setting alat tangkap. Nelayan pancing rawai di Kabupaten Subang merupakan penduduk setempat yang bekerja
sebagai nelayan penuh.
5 Metode pengoperasian
Pancing rawai yang ada di Kabupaten Subang merupakan jenis rawai dasar. Alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap jenis ikan-ikan demersal. Dalam
pengoperasiannya alat tangkap pancing rawai ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu pemasangan umpan, pemasangan alat tangkap setting, penarikan alat
tangkap hauling dan penyortiran hasil tangkapan. Proses pemasangan umpan dilakukan sebelum alat tangkap pancing rawai
ini dioperasikan. Proses ini penting agar target yang ingin ditangkap tertarik
84 dengan bau umpan yang dipasang dan kemudian memakan umpan tersebut.
Adapun proses pemasangan umpan dilakukan oleh 1-2 orang ABK. Setelah umpan dipasang pada tiap mata pancing, maka proses pemasangan
pancing rawai setting siap untuk dilakukan. Pemasangan alat tangkap ini dilakukan dengan melepaskan pelampung tanda, tali utama dan tali cabang beserta
mata pancing yang telah dipasangi umpan. Setelah alat tangkap selesai dipasang, berikutnya alat tangkap didiamkan selama beberapa jam dengan tujuan agar
terdapat jeda waktu bagi ikan untuk mendatangi dan memakan umpan. Setelah alat tangkap dipasang dalam waktu yang cukup lama, nelayan akan
melakukan proses penarikan alat tangkap hauling.Proses penarikan alat tangkap dimulai dengan menarik pelampung tanda terlebih dahulu, diikuti dengan
penarikan tali utama main line dan tali cabang branch line. Adapun pembagian tugas pada proses penarikan jaring yaitu 1-2 nelayan orang menarik dan
merapihkan alat tangkap sedangkan 1 orang lainnya melepaskan hasil tangkapan dari mata pancing.
Setelah hasil tangkapan dilepaskan dari mata pancing, nelayan akan melakukan proses penyortiran. Penyortiran dilakukan dengan mengelompokkan
hasil tangkapan berdasarkan jenis dan ukurannya. Adapun semua hasil tangkapan akan dibawa pulang oleh nelayan dan tidak ada hasil tangkapan yang dilepaskan
kembali ke laut.
6 Hasil tangkapan
Pancing rawai yang dioperasikan di Kabupaten Subang merupakan jenis rawai dasar yang menangkap jenis ikan-ikan demersal. Adapun hasil tangkapan
utama alat tangkap ini adalah kakap merah Lutjanus sp. dan kerapu Epinephelus spp., sedangkan hasil tangkapan sampingannya antara lain remang
Muraema spp., pari rays, manyung dan lain-lain.
8. Bubu Lipat 1 Deskripsi
Bubu lipat adalah alat tangkap ikan yang dipasang secara menetap dalam air untuk jangka waktu tertentu yang memudahkan ikan masuk dan sulit keluarnya
Sudirman dan Mallawa 2004. Pemakaian bubu tersebar di seluruh daerah
85 perikanan Indonesia. Bentuk bubu bermacam – macam. Ada yang berbentuk
kotak, silinder dan kerucut, bergantung pada jenis ikan yang menjadi sasaran tangkapan Subani dan Barus, 1989. Bentuk bubu lipat yang ada di Kabupaten
Subang berbentuk kotak. Bubu lipat termasuk ke dalam klasifikasi perangkap. Perangkap adalah
salah satu alat penangkap ikan menetap yang umumnya berbentuk kurungan, ikan dapat masuk dengan mudah tanpa paksaan, sulit keluar atau lolos karena dihalangi
berbagai cara Von Brant, 1984.
2 Konstruksi
Bubu lipat yang digunakan di Kabupaten Subang khususnya di Desa Mayangan memiliki dimensi panjang 40 cm, lebar 25 cm dan tinggi 12 cm. Pada
bubu dipasang pelampung tanda yang terbuat dari bahan karet atau gabus yang berukuran kecil. Gambar 28 berikut adalah konstruksi dari bubu lipat.
• Bahan Bahan pembentuk bubu lipat terbuat dari bahan jaring PE multifilament
dengan mesh size 1,5 cm. Bentuk mesh size pada badan jaring berbentuk kotak. Bahan jaring PE multifilament ini dapat dirobek oleh kepiting bakau betina yang
berukuran besar. Maka dari itu nelayan sering menambal badan jaring dengan benang PE ataupun tali raffia.
• Mulut Bentuk mulut bubu pada bubu lipat di Kabupaten Subang yaitu berbentuk
celah. Besarnya celah pada mulut ini mempunyai ukuran sekitar 0,5 – 1 cm. Mulut bubu dapat merenggang saat kepiting masuk ke dalam bubu.
• Rangka Rangka bubu terbuat dari besi dengan diameter sekitar 4 mm. Bentuk bubu
yang ada di Kabupaten Subang yaitu berbentuk kubus. Kekuatan dari rangka bubu lipat ini sekitar satu tahun, jika sudah melebihi umur teknis maka rangka akan
berkarat dan mudah patah. Pada rangka bagian atas diletakkan engsel yang dapat berfungsi untuk membuka bubu sehingga memudahkan dalam pengambilan hasil
tangkapan.
86 Sumber: Lastari 2007
Gambar 28 Konstruksi bubu lipat
3 Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian bubu lipat memiliki dimensi L x B x D : 3 x 1 x 20 cm. Bahan dominan pembentuk kapal yaitu kayu. Kapal
ini menggunakan mesin dengan merk Honda berkekuatan 5 PK. Kapal ini dilengkapi dengan dayung untuk mengatur posisi kapal saat pemasangan bubu.
4 Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan bubu lipat di Kabupaten Subang termasuk ke dalam nelayan kecil. Nelayan yang mengoperasikan bubu lipat sebanyak 2 orang.
Satu orang bertugas mengemudikan kapal menggunakan dayung dan satu orang lainnya memasang dan mengangkat bubu saat operasi berlangsung.
5 Metode pengoperasian
Operasi penangkapan dimulai dengan keberangkatan dari fishing base menuju perairan bakau sekitar pukul 16.00 WIB. Selama perjalanan, nelayan
memasang umpan pada bubu yang akan dipasang. Setelah sampai di fishing ground
, satu per satu bubu dipasang dengan cara melemparkan ke dalam sungai bakau maupun tambak. Bubu dipasang dengan sistem tunggal sampai bubu
terakhir. Bubu akan direndam selama kurang setengah hari sampai pagi hari. Proses pengangkatan bubu hauling dilakukan pada pukul 05.00 WIB. Bubu
87 diangkat satu per satu ke atas kapal, kemudian hasil tangkapan berupa kepiting
dan rajungan diikat dibanda sedemikian rupa agar capitnya tidak melukai nelayan.
6 Hasil tangkapan
Biasanya bubu lipat digunakan untuk menangkap kepiting bakau dan rajungan pada perairan bakau. Selain itu hasil tangkapan sampingan berupa udang
dan beberapa jenis ikan juga tertangkap ke dalam bubu, antara lain kepiting batu, kepiting bolem, ikan lundu, ikan beloso, ikan belodok dan udang peci.
9. Jala Tebar 1 Deskripsi
Jala tebar merupakan alat tangkap yang umum dan hampir dapat dijumpai dimana-mana. Bentuk jala seperti kerucut, terdiri dari bagian-bagian jaring yang
sekaligus merupakan kantong, cincin pemberat yang terbuat dari timah yang dirangkai membentuk rantai dan yang diikat disekeliling mulut, dan tali yang
diikat pada bagian ujung jala agar tidak terlepas pada saat jala dioperasikan
Subani dan Barus, 1989. 2 Konstruksi
Bagian-bagian dari jala tebar yaitu badan jaring, pemberat dan tali pengikat. Jala tebar yang dioperasikan di Kabupaten Subang mempunyai keliling 4 meter,
tinggi 2,5 - 3 meter, dan dengan ukuran mata 1,5 meter. Konstruksi dari jala tebar dapat dilihat pada Gambar 29.
88 Gambar 29 Konstruksi jala tebar
3 Metode pengoperasian
Alat tangkap ini dirancang sedemikian rupa sehingga seakan-akan membentuk kantong di bagian dalam mulut jaring dan memerangkap ikan dan
udang. Penangkapan dilakukan di daerah yang relatif dangkal pantai yang kedalamannya tidak melebihi tinggi dada si nelayan. Pada saat alat tangkap ini
dioperasikan, jaring dilemparkan ditempat-tempat yang mungkin terdapat ikannya, kemudian pemberat akan menutup dan membuat mulut jaring seolah-
olah menjadi kantong yang memerangkap ikan atau udang yang ada di dalamnya. Hasil tangkapan utama alat tangkap jala tebar ini adalah udang peci, udang PK.
Adapun hasil tangkapan sampingannya adalah ikan belanak, bandeng, dan lain- lain.
4.3.3 Nelayan
Nelayan merupakan salah satu bagian penting dari unit penangkapan ikan. Dalam aktivitas penangkapan ikan mereka terjun langsung untuk melakukan
penangkapan ikan. Usaha perikanan telah memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Hal ini ditandai dengan jumlah
RTP dan RTPB yang selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya, yaitu
89 antara tahun 1998 – 2001, yang berarti bahwa minat masyarakat pada sektor
perikanan meningkat. Berdasarkan kepemilikan unit penangkapan ikan, nelayan di Kabupaten
Subang terbagi atas nelayan pemilik dan nelayan buruh. Jumlah total warga Desa Mayangan yang berprofesi sebagai sebagai nelayan tercatat sebanyak 184 orang.
Dari jumlah tersebut terbagi lagi menjadi nelayan pemilik sebanyak 42 orang dan nelayan buruh sebanyak 142 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah tertinggi
untuk kawasan Kecamatan Legonkulon. Data mengenai jumlah nelayan di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah nelayan di Kabupaten Subang
N o KecamatanDesa
Nelaya n
Nelaya n
Jumla h
Persentas e
Pemilik Buruh orang
A Kecamatan Blanakan Desa Cilamaya Girang
24 132
156 4,55
Desa Rawameneng 57
124 181
5,28 Desa Blanakan
219 1.024
1243 36,37
Desa Muara Ciasem 146
735 881
25,71 Desa Tanjung Tiga
65 256
3321 9,37
B Kecamatan Legonkulon
Desa Pangarengan 32
87 119
3,47 Desa Tegalurung
28 102
130 3,79
Desa Mayangan 42
142 184
5,37 Desa Legonwetan
16 78
94 2,74
Desa Anggasari 8
51 59
1,72 C
Kecamatan Pusakanagara Desa Patimban
8 51
59 1,72
Jumlah 649 2778
3427 100
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2003
4.4 Potensi dan Produksi Perikanan
Kabupaten Subang memiliki potensi perikanan yang cukup besar, baik untuk perikanan darat maupun perikanan lautnya. Perairan laut Kabupaten Subang