15 sungai Mzinga yang terletak di sepanjang pantai Dar es Salaam diketahui bahwa
makanan utama rajungan Portunus pelagicus terdiri dari Moluska 51.3, Krustasea 24.1, tulang ikan 18 dan bahan makanan yang tidak dapat
diidentifikasi 6.6. Adapun bahan makanan yang paling dominan diantaranya Bivalvia Arcuatula arcuatula dan beberapa jenis Moluska lain yang termasuk ke
dalam kelompok Gastropoda seperti genus Nassarius, Littoraria, dan Conus sp. Chande and Mgaya, 2004.
Menurut Prasad and Tampi 1953 yang dikutip oleh Williams 1982 rajungan adalah hewan pemakan bangkai dan bersifat kanibal. Selain itu Williams
1982 menambahkan bahwa rajungan merupakan hewan yang hampir sepenuhnya bersifat karnifora. Adapun material makanan berupa tanaman sangat
jarang ditemukan sebagai makanan dan mungkin dicerna secara tidak sengaja pada saat mangsa diperoleh diantara alga atau rumput laut.
2.1.6 Tingkah laku
Rajungan aktif di malam hari, berenang mengikuti arus pasang menuju pantai, pemakan bangkai dan kanibal, meskipun kadang-kadang memakan
tumbuhan air. Menurut Thomson 1974 yang dikutip oleh Hermanto 2004 rajungan sering berenang melewati kapal pada malam hari, sehingga mereka
mendapatkan keuntungan untuk ikut bersama. Rajungan juga dapat menggali pasir dalam sekejap untuk menghindari musuh-musuhnya.
Daerah estuari merupakan tempat berkembang biak atau memijah rajungan. Kemudian rajungan betina akan membawa telurnya ke daerah pesisir pantai
daerah teluk. Rajungan tumbuh dengan berganti karapas secara berkala molting seperti udang-udangan lainnya. Rajungan betina kadang-kadang kawin pada saat
karapasnya masih lunak setelah berganti kulit Thompson, 1974 dikutip oleh Hermanto, 2004 .
Archdale, et al 2003 menyebutkan bahwa kepiting memberikan reaksi terhadap alat tangkap bubu yang dipasang di dasar perairan. Kepiting akan datang
dan mendekati bubu secara perlahan dengan membentuk pola zig zag. Kemudian kepiting akan melakukan kontak secara langsung terdahap bubu, menunjukkan
tanda-tanda sedang mencari makan. Kedua antena pada kepiting akan mendeteksi
16 keberadaan umpan di dalam bubu. Rangsangan yang diberikan oleh umpan
membuat kepiting terus berusaha mendapatkan umpan dari luar bubu. Kepiting akan bergerak perlahan ke kanan dan kiri menyusuri bagian bubu untuk mencari
jalan menuju kedalam bubu untuk dapat meraih umpan. Dengan cara ini kepiting akan menemukan mulut bubu dan berusaha masuk ke dalam bubu. Kepiting yang
berhasil masuk ke dalam bubu akan menuju ke arah umpan dan memakannya. Setelah memakan umpan tersebut, lalu kepiting menuju ke bagian sudut bubu.
Dalam penelitiannya untuk menentukan efektifitas penangkapan, Archdale, et al
2003 menemukan bahwa terdapat perbedaan tingkah laku kepiting terhadap dua jenis bubu yang diberi umpan. Adapun bubu yang digunakan dalam
penelitiannya adalah bubu berbentuk kotak dengan dua celah pada bagian ujungnya. Adapun bubu lainnya berbentuk kubah dengan pintu masuk berbentuk
corong yang terbuka. Selanjutnya Archdale, et al 2003 menyimpulkan bahwa pada bubu
berbentuk kotak, kepiting akan melakukan beberapa usaha sampai akhirnya berhasil masuk kedalam bubu atau menyerah untuk memasuki bubu. Hal ini
dikarenakan pintu masuk bubu yang berbentuk celah serta material jaring yang mencegah kepiting untuk masuk karena mengakibatkan duri-duri mereka terjerat
pada jaring sehingga kepiting harus berusaha keras untuk mendorong tubuhnya masuk kedalam bubu. Sedangkan pada bubu berbentuk kubah, kepiting dapat
masuk dengan mudah dengan cara merayap menyamping. Tingkah laku kepiting terhadap dua jenis alat tangkap bubu secara detail ditunjukkan pada Gambar 5 dan
Gambar 6.
17 Sumber : Archdale et al 2003
Gambar 5 Tingkah laku kepiting terhadap bubu lipat berbentuk kotak. Keterangan :
a. Mendekat perlahan
b. Kontak dengan jaring atau frame
c. Berusaha menjangkau umpan melalui
jaring dan pergerakan lateral d.
Menemukan pintu masuk e.
Memasuki bubu f.
Memakan umpan g.
Istirahat dan berdiam di sudut z. Tidak berhasil memasuki bubu
18 Sumber : Archdale et al 2003
Gambar 6 Tingkah laku kepiting terhadap bubu lipat berbentuk kubah.
2.2 Bubu 2.2.1 Deskripsi