84 dengan bau umpan yang dipasang dan kemudian memakan umpan tersebut.
Adapun proses pemasangan umpan dilakukan oleh 1-2 orang ABK. Setelah umpan dipasang pada tiap mata pancing, maka proses pemasangan
pancing rawai setting siap untuk dilakukan. Pemasangan alat tangkap ini dilakukan dengan melepaskan pelampung tanda, tali utama dan tali cabang beserta
mata pancing yang telah dipasangi umpan. Setelah alat tangkap selesai dipasang, berikutnya alat tangkap didiamkan selama beberapa jam dengan tujuan agar
terdapat jeda waktu bagi ikan untuk mendatangi dan memakan umpan. Setelah alat tangkap dipasang dalam waktu yang cukup lama, nelayan akan
melakukan proses penarikan alat tangkap hauling.Proses penarikan alat tangkap dimulai dengan menarik pelampung tanda terlebih dahulu, diikuti dengan
penarikan tali utama main line dan tali cabang branch line. Adapun pembagian tugas pada proses penarikan jaring yaitu 1-2 nelayan orang menarik dan
merapihkan alat tangkap sedangkan 1 orang lainnya melepaskan hasil tangkapan dari mata pancing.
Setelah hasil tangkapan dilepaskan dari mata pancing, nelayan akan melakukan proses penyortiran. Penyortiran dilakukan dengan mengelompokkan
hasil tangkapan berdasarkan jenis dan ukurannya. Adapun semua hasil tangkapan akan dibawa pulang oleh nelayan dan tidak ada hasil tangkapan yang dilepaskan
kembali ke laut.
6 Hasil tangkapan
Pancing rawai yang dioperasikan di Kabupaten Subang merupakan jenis rawai dasar yang menangkap jenis ikan-ikan demersal. Adapun hasil tangkapan
utama alat tangkap ini adalah kakap merah Lutjanus sp. dan kerapu Epinephelus spp., sedangkan hasil tangkapan sampingannya antara lain remang
Muraema spp., pari rays, manyung dan lain-lain.
8. Bubu Lipat 1 Deskripsi
Bubu lipat adalah alat tangkap ikan yang dipasang secara menetap dalam air untuk jangka waktu tertentu yang memudahkan ikan masuk dan sulit keluarnya
Sudirman dan Mallawa 2004. Pemakaian bubu tersebar di seluruh daerah
85 perikanan Indonesia. Bentuk bubu bermacam – macam. Ada yang berbentuk
kotak, silinder dan kerucut, bergantung pada jenis ikan yang menjadi sasaran tangkapan Subani dan Barus, 1989. Bentuk bubu lipat yang ada di Kabupaten
Subang berbentuk kotak. Bubu lipat termasuk ke dalam klasifikasi perangkap. Perangkap adalah
salah satu alat penangkap ikan menetap yang umumnya berbentuk kurungan, ikan dapat masuk dengan mudah tanpa paksaan, sulit keluar atau lolos karena dihalangi
berbagai cara Von Brant, 1984.
2 Konstruksi
Bubu lipat yang digunakan di Kabupaten Subang khususnya di Desa Mayangan memiliki dimensi panjang 40 cm, lebar 25 cm dan tinggi 12 cm. Pada
bubu dipasang pelampung tanda yang terbuat dari bahan karet atau gabus yang berukuran kecil. Gambar 28 berikut adalah konstruksi dari bubu lipat.
• Bahan Bahan pembentuk bubu lipat terbuat dari bahan jaring PE multifilament
dengan mesh size 1,5 cm. Bentuk mesh size pada badan jaring berbentuk kotak. Bahan jaring PE multifilament ini dapat dirobek oleh kepiting bakau betina yang
berukuran besar. Maka dari itu nelayan sering menambal badan jaring dengan benang PE ataupun tali raffia.
• Mulut Bentuk mulut bubu pada bubu lipat di Kabupaten Subang yaitu berbentuk
celah. Besarnya celah pada mulut ini mempunyai ukuran sekitar 0,5 – 1 cm. Mulut bubu dapat merenggang saat kepiting masuk ke dalam bubu.
• Rangka Rangka bubu terbuat dari besi dengan diameter sekitar 4 mm. Bentuk bubu
yang ada di Kabupaten Subang yaitu berbentuk kubus. Kekuatan dari rangka bubu lipat ini sekitar satu tahun, jika sudah melebihi umur teknis maka rangka akan
berkarat dan mudah patah. Pada rangka bagian atas diletakkan engsel yang dapat berfungsi untuk membuka bubu sehingga memudahkan dalam pengambilan hasil
tangkapan.
86 Sumber: Lastari 2007
Gambar 28 Konstruksi bubu lipat
3 Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian bubu lipat memiliki dimensi L x B x D : 3 x 1 x 20 cm. Bahan dominan pembentuk kapal yaitu kayu. Kapal
ini menggunakan mesin dengan merk Honda berkekuatan 5 PK. Kapal ini dilengkapi dengan dayung untuk mengatur posisi kapal saat pemasangan bubu.
4 Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan bubu lipat di Kabupaten Subang termasuk ke dalam nelayan kecil. Nelayan yang mengoperasikan bubu lipat sebanyak 2 orang.
Satu orang bertugas mengemudikan kapal menggunakan dayung dan satu orang lainnya memasang dan mengangkat bubu saat operasi berlangsung.
5 Metode pengoperasian
Operasi penangkapan dimulai dengan keberangkatan dari fishing base menuju perairan bakau sekitar pukul 16.00 WIB. Selama perjalanan, nelayan
memasang umpan pada bubu yang akan dipasang. Setelah sampai di fishing ground
, satu per satu bubu dipasang dengan cara melemparkan ke dalam sungai bakau maupun tambak. Bubu dipasang dengan sistem tunggal sampai bubu
terakhir. Bubu akan direndam selama kurang setengah hari sampai pagi hari. Proses pengangkatan bubu hauling dilakukan pada pukul 05.00 WIB. Bubu
87 diangkat satu per satu ke atas kapal, kemudian hasil tangkapan berupa kepiting
dan rajungan diikat dibanda sedemikian rupa agar capitnya tidak melukai nelayan.
6 Hasil tangkapan
Biasanya bubu lipat digunakan untuk menangkap kepiting bakau dan rajungan pada perairan bakau. Selain itu hasil tangkapan sampingan berupa udang
dan beberapa jenis ikan juga tertangkap ke dalam bubu, antara lain kepiting batu, kepiting bolem, ikan lundu, ikan beloso, ikan belodok dan udang peci.
9. Jala Tebar 1 Deskripsi