35 Hargrave, 1987 diacu dalam Sainte-Marie, 1995. Selain itu, konsentrasi umpan
attractant yang lebih besar dapat meningkatkan respons individual terhadap umpan, dan hal ini akan berakibat meningkatnya persentase individu yang
bergerak menuju bubu McLeese, 1973; Fuzessery and Childress, 1975; Pearson et al., 11979; Zimmer-Faust and Case, 1983; Miller, 1990; Sainte-Marie, 1994.
Pada akhirnya, ketika waktu perendaman bukanlah sebagai faktor pembatas, umpan dalam jumlah yang besar dapat berkurang lebih lambat dan menangkap
ikan lebih lama dibandingkan dengan umpan dalam jumlah yang sedikit dan berakibat langsung pada kecepatan penangkapan.
2.2.4 Metode penangkapan bubu
Metode pemasangan bubu yang diterapkan oleh nelayan biasanya menggunakan sistem tunggal dan sistem rawai. Menurut Sainsbury 1996, bubu
dioperasikan secara single atau dengan metode rawai, tergantung dari kedalaman, ruang yang dibutuhkan, serta pola pemasangan bubu. Bubu yang dipasang dengan
jarak yang jauh atau yang disetting di sekitar daerah berbatukarang biasanya disetting secara sendiri-sendiri, terutama di daerah dangkal tanpa arus yang deras.
Di wilayah perairan yang lebih dalam, dimana terdapat banyak ruang di sepanjang kontur kedalaman, atau di daerah tertentu yang lebih tinggi, bubu lebih sering
disetting dengan cara rawai. Menurut Martasuganda 2008, waktu pemasangan setting dan
pengangkatan hauling bubu ada yang dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari, sore hari, sebelum matahari terbenam atau malam hari. Proses pemasangan
setting dan pengangkatan hauling bubu tergantung pada nelayan yang mengoperasikannya. Lama perendaman soaking time bubu di perairan ada yang
hanya direndam beberapa jam, ada juga yang direndam sampai 7 hari 7 malam. Metode pengoperasian bubu menurut FAO 1968 yang dikutip oleh
Pramono 2006 meliputi : 1
Rigging atau pengikatan tali-temali Proses ini berupa pemasangan tali-temali pada bubu terutama pemasangan
pelampung tanda. 2
Baiting atau pemasangan umpan
36 Proses ini adalah proses dipasangnya umpan yang digunakan untuk memikat
ikan masuk kedalam bubu. 3
Pemasangan setting Keberhasilan penangkapan ikan sangat bergantung pada lokasi
penanempatan bubu. Adapun posisi penempatan bergantung pada jenis ikan yang menjadi sasaran penangkapan.
4 Lama perendaman soaking time
Lamanya perendaman bubu bergantung pada tingkah laku dari ikan sasaran penangkapan dan daya tahan umpan. Saat ikan sangat aktif mencari makan, maka
lama perendaman hanya membutuhkan waktu beberapa menit. 5
Pengangkatan hauling Proses pengangkatan hauling bubu dilakukan baik secara manual oleh
nelayan maupun dengan menggunakan bantuan mesin line hauler. Setelah bubu diangkat, hasil tangkapan dipindahkan ke palka atau keranjang yang telah
disiapkan sebelumnya. Menurut Mariana 2006, terdapat 5 tahap pada pengoperasian bubu lipat,
yaitu tahap persiapan, pencarian daerah penangkapan ikan, pemasangan bubu setting, perendaman bubu soaking, serta pengangkatan bubu hauling.
1 Tahap persiapan
Tahap ini dilakukan sebelum operasi penangkapan berlangsung dan meliputi persiapan alat tangkap bubu cadangan, pemeriksaan kondisi kapal seperti
pengecekan mesin dan pengisian bahan bakar, umpan dan perbekalan selama melakukan operasi penangkapan. Tahap ini dimulai sehari sebelum operasi
penangkapan dilakukan, diantaranya mencari umpan, sehingga pada saat akan melaut hanya melakukan persiapan di atas kapal.
2 Tahap pencarian daerah penangkapan ikan
Tahap pencarian daerah penangkapan ikan umumnya dilakukan berdasarkan pada kebisaaan dan pengalaman nelayan dalam melakukan operasi
peangkapan, umumnya lokasi pemasangan bubu berada pada perairan sekitar pantai terbuka yang dipengaruhi gelombang, kecepatan arus tidak terlalu
besar, dasar perairan berupa pasir, pasir berlumpur dan lumpur. 3
Tahap pemasangan bubu setting
37 Setelah sampai di daerah penangkapan, bubu diturunkan. Penurunan bubu
lipat dimulai dengan menurunkan pemberat pertama, dilanjutkan penurunan bubu yang sudah dipasangi umpan dan sudah dirangkai dengan menggunakan
sistem rawai, hingga penurunan pemberat kedua. Proses ini diakhiri dengan penurunan pelampung tanda. Pada saat penurunan bubu, mesin kapal tidak
dimatikan dan kapal tetap berjalan dengan kecepatan rendah. 4
Tahap perendaman bubu soaking Tahap perendaman merupakan tahap dimana bubu dibiarkan di dalam
perairan selama 11-12 jam. Pada tahap ini target tangkapan yang masuk ke dalam bubu akan terperangkap di dalam bubu dan tidak dapat meloloskan
diri. Pada saat bubu disetting, nelayan dapat meninggalkan fishing ground ataupun menunggu saat pengangkatan bubu. Sehingga pada tahap ini nelayan
dapat melakukan aktivitas lain, baik melakukan operasi penangkapan dengan alat tangkap lain ataupun melakukan aktivitas selain bidang perikanan.
5 Tahap pengangkatan bubu hauling
Tahap terakhir yang dilakukan dalam pengoperasian bubu adalah tahap pengangkatan bubu. Proses pengangkatan bubu dimulai dengan pengangkatan
pelampung tanda, pemberat kedua, bubu dan diakhiri pemberat pertama. Adapun pembagian kerja dari nelayan yang melakukan operasi pengangkatan
hauling yaitu: satu orang nelayan bertugas mengangkat bubu dari perairan, satu orang nelayan lainnya mengambil hasil tangkapan dari dalam bubu untuk
kemudian disimpan di tempat yang telah disediakan di atas kapal dan
memasang umpan kembali serta merapikan bubu di dek kapal.
2.2.5 Daerah penangkapan bubu