37 Setelah sampai di daerah penangkapan, bubu diturunkan. Penurunan bubu
lipat dimulai dengan menurunkan pemberat pertama, dilanjutkan penurunan bubu yang sudah dipasangi umpan dan sudah dirangkai dengan menggunakan
sistem rawai, hingga penurunan pemberat kedua. Proses ini diakhiri dengan penurunan pelampung tanda. Pada saat penurunan bubu, mesin kapal tidak
dimatikan dan kapal tetap berjalan dengan kecepatan rendah. 4
Tahap perendaman bubu soaking Tahap perendaman merupakan tahap dimana bubu dibiarkan di dalam
perairan selama 11-12 jam. Pada tahap ini target tangkapan yang masuk ke dalam bubu akan terperangkap di dalam bubu dan tidak dapat meloloskan
diri. Pada saat bubu disetting, nelayan dapat meninggalkan fishing ground ataupun menunggu saat pengangkatan bubu. Sehingga pada tahap ini nelayan
dapat melakukan aktivitas lain, baik melakukan operasi penangkapan dengan alat tangkap lain ataupun melakukan aktivitas selain bidang perikanan.
5 Tahap pengangkatan bubu hauling
Tahap terakhir yang dilakukan dalam pengoperasian bubu adalah tahap pengangkatan bubu. Proses pengangkatan bubu dimulai dengan pengangkatan
pelampung tanda, pemberat kedua, bubu dan diakhiri pemberat pertama. Adapun pembagian kerja dari nelayan yang melakukan operasi pengangkatan
hauling yaitu: satu orang nelayan bertugas mengangkat bubu dari perairan, satu orang nelayan lainnya mengambil hasil tangkapan dari dalam bubu untuk
kemudian disimpan di tempat yang telah disediakan di atas kapal dan
memasang umpan kembali serta merapikan bubu di dek kapal.
2.2.5 Daerah penangkapan bubu
Daerah penangkapan adalah semua tempat dimana ikan ada dan alat penangkap ikan dapat dioperasikan Djatikusumo, 1975. Menurut Sainsbury
1986 bubu dapat diaplikasikan untuk menangkap hewan-hewan krustasea seperti lobster dan kepiting yang bergerak dengan menggunakan kakinya pada dasar
perairan. Daerah penangkapan bubu adalah perairan yang mempunyai dasar perairan berlumpur maupun dasar pasir ataupun daerah berkarang tergantung ikan
yang menjadi tujuan penangkapan.
38 Penentuan daerah penangkapan untuk perikanan bubu tidak seperti halnya
menentukan daerah penangkapan untuk ikan pelagis besar seperti tuna dan ikan pelagis pada umumnya, dimana harus selalu memperhitungkan faktor oseanografi,
kelimpahan plankton dan faktor lainnya yang berhubungan. Keberadaan ikan dasar, kepiting atau udang dalam suatu daerah penangkapan ikan sangat penting
untuk diketahui sebelum operasi penangkapan dilakukan . keberadaan ikan dasar, kepiting atau udang di suatu perairan dapat diketahui dengan alat pendeteksi ikan
fish finder, berdasarkan pada data hasil tangkapan sebelumnya di suatu perairan, atau informasi daerah penangkapan dari instansi terkait Martasuganda, 2008.
Daerah penangkapan rajungan adalah wilayah pantai dengan dasar pasir, pasir lumpur, dan juga di laut terbuka Oemarjati dan Wardhana, 1990. Adapun
menurut Ramdani 2007, daerah penangkapan rajungan adalah dasar perairan dengan kisaran kedalaman 6-16 m.
2.2.6 Nelayan
Nelayan adalah orang yang bermatapencaharian melakukan usaha penangkapan ikan. Berdasarkan waktu kerjanya, nelayan dikelompokkan menjadi
dua, yaitu nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan penuh adalah nelayan yang menggunakan seluruh waktu kerjanya sebagai nelayan. Nelayan sambilan
adalah nelayan yang sebagian waktu kerjanya sebagai nelayan disamping pekerjaan lain UU no.31, 2004.
Menurut Direktorat Jendral Perikanan 2000, nelayan dikelompokkan kedalam 3 jenis yaitu nelayan penuh, nelayan sambilanan utama, serta nelayan
sambilan tambahan. Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk operasi penangkapan ikan. Nelayan sambilan utama adalah
nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk operasi penangkapan. Sedangkan nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang
sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan. Nelayan yang mengoperasikan bubu lipat di perairan bakau termasuk ke
dalam nelayan penuh. Jumlah nelayan yang mengoperasikan bubu lipat berjumlah 1-3 orang. Pembagian tugas dalam pengoperasian bubu lipat adalah 1 orang
39 sebagai juru mudi, 1 orang menyiapkan alat dan umpan dan 1 orang lainnya
sebagai penawur bubu.
40
3 METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian