Latar Belakang Analisis Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Teri (Stolephorus spp.) Berdasarkan Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga, Sumatera Utara

1 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan Sibolga cukup strategis sebagai sentra produksi perikanan di Sumatera Utara. Perairan Sibolga memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar karena perairan tersebut memiliki banyak jenis ikan seperti kembung perempuan Rastrellinger brachysoma, kembung lelaki Rastrellinger kanagurta , parang-parang Chirocentrus dorab, beloso Saurida rumbii, layang Decapterus spp, biji nangka Upeneus sulphurcus, belado kuning Atule male, bentongbuncilak Alepes djeddaba, selar Selar crumenopthalmus, baledang, sotong, dan ikan teri Stolephorus spp.. Data laporan tahunan Dinas Perikanan Sibolga menyatakan pada tahun 2010 hasil tangkapan yang didaratkan sebesar 52.694,34 ton. Jumlah penduduk Sibolga pada tahun 2010 sebesar 96.034 orang, 6,9 mata pencaharian masyarakat kota Sibolga adalah sebagai nelayan yaitu sebanyak 6.621 orang. Ikan teri merupakan ikan ekonomis tinggi dan setiap penangkapan jumlah yang diperoleh cukup banyak dan bersifat pelagis. Mengkonsumsi ikan teri cukup baik karena mengandung kalsium terbaik untuk mencegah osteoporosis. Permintaan akan ikan teri cukup besar karena masyarakat banyak yang suka dari kalangan yang tinggi sampai kalangan terendah dan harganya yang relatif stabil. Ikan teri yang umumnya berkelompok schooling memiliki respon yang positif terhadap cahaya, selain itu juga memiliki kepekaan terhadap gerakan yang berasal dari luar dan ikan teri merupakan salah satu ikan pelagis kecil Hutomo et al. 1987. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan teri adalah jaring pantai, pukat kantong dan bagan. Penggunaan alat tangkap ini tergantung pada iklim, letak geografi dan topografi perairan. Di Palabuhanratu, Belawan, dan Kabupaten Tuban nelayan melakukan penangkapan ikan teri dengan bagan yang mengunakan alat bantu lampu karena ikan teri merupakan fototaksis positif. Bagan apung dan pukat tarik ikan adalah alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Sibolga untuk menangkap ikan teri. 2 Makanan ikan teri adalah krustasea dan plankton-plankton yang ada di perairan. Sebaran daerah penangkapan ikan sangat berhubungan dengan sebaran klorofil-a sebagai indikasi kandungan produktivitas primer. Produktivitas primer adalah laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawa anorganik Nybakken 1992. Melimpahnya produktivitas primer di perairan akan menarik perhatian ikan untuk mencari makan. Jumlah produktivitas primer di perairan dapat diperkirakan dengan konsentrasi klorofil-a. Klorofil-a merupakan salah satu pigmen yang paling dominan di fitoplankton dan berperan dalam fotosintesis. Cahaya matahari merupakan salah satu faktor fisika yang memegang peranan penting dalam perubahan produktivitas perairan. Pigmen klorofil menyerap energi cahaya matahari yang digunakan dalam proses fotosintesis. Distribusi klorofil-a dapat dideteksi dengan menggunakan satelit Terra EOS AM dan Aqua EOS PM dengan sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer MODIS Girsang 2008. Teknologi penginderaan jauh Remote Sensing digunakan untuk membantu mendeteksi kondisi lingkungan laut seperti klorofil-a, suhu permukaan laut dan parameter-paremeter oseanografi dan biologi untuk mengetahui keadaan perairan sebenarnya. Kandungan klorofil-a dapat menentukan daerah penangkapan ikan di suatu perairan sehingga membantu nelayan, karena dengan metode ini nelayan dapat mengetahui daerah operasi penangkapan ikan lebih efektif dan efisien. Sebelum nelayan mengetahui pengideraan jauh, nelayan tradisional menentukan daerah penangkapan ikan dengan pengalaman mereka melaut atau tradisi dari nenek moyang mereka secara turun-temurun. Dari pengalaman nelayan dapat menentukan daerah penangkapan de ngan melihat keberadaan burung dan adanya buih serta riak kecil. Setelah mengetahui daerah penangkapan ikan maka akan mudah melakukan penangkapan. Namun demikian, cara tersebut kurang efektif dan efisien karena tingkat ketidakpastiannya cukup tinggi. Pengetahuan tentang penyebaran daerah dan musim penangkapan ikan merupakan faktor penting dalam kegiatan penangkapan ikan, termasuk perikanan teri. Informasi mengenai daerah penangkapan dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga. Pola musim dapat digunakan menentukan waktu yang tepat untuk 3 melakukan penangkapan ikan. Daerah dan musim penangkapan ikan teri umumnya bervariasi, tergantung pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti tingkah laku ikan. Faktor eksternal meliputi kondisi perairan seperti suhu, salinitas, kandungan klorofil-a dan faktor lainnya. Penelitian dilakukan untuk memahami hubungan antara sebaran klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan teri, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan daerah penangkapan ikan teri dan musim penangkapan. Sehubungan dengan penentuan daerah penangkapan berdasarkan kandungan klorofil-a, nelayan diharapkan dapat lebih mudah menentukan daerah penangkapan dengan menggunakan teknologi yang sedang berkembang.

1.2 Tujuan Penelitian