Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Produktivitas Primer dan Klorofil-a

3 melakukan penangkapan ikan. Daerah dan musim penangkapan ikan teri umumnya bervariasi, tergantung pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti tingkah laku ikan. Faktor eksternal meliputi kondisi perairan seperti suhu, salinitas, kandungan klorofil-a dan faktor lainnya. Penelitian dilakukan untuk memahami hubungan antara sebaran klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan teri, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan daerah penangkapan ikan teri dan musim penangkapan. Sehubungan dengan penentuan daerah penangkapan berdasarkan kandungan klorofil-a, nelayan diharapkan dapat lebih mudah menentukan daerah penangkapan dengan menggunakan teknologi yang sedang berkembang.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk : 1 Menentukan sebaran klorofil-a di perairan Sibolga; 2 Menentukan pola musim penangkapan ikan teri Stolephorus spp. di perairan Sibolga; 3 Menganalisis pengaruh klorofil-a terhadap hasil tangkapan ikan teri Stolephorus spp.; dan 4 Menentukan daerah penangkapan yang potensial untuk ikan teri Stolephorus spp. di perairan Sibolga.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi p ihak yang terkait seperti mahasiswa, nelayan dan pihak pemerintah dalam penentua n daerah penangkapan ikan teri. Bagi mahasiswa penelitian bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan terkait dengan daerah penangkapan ikan. Bagi nelayan adalah optimalisasi dalam operasi penangkapan ikan seperti hemat bia ya, waktu dan tenaga. Pihak pengelola perikanan perairan Sibolga dapat menggunakannnya untuk mengatur atau menentukan kebijakan pola penangkapan ikan khususnya ikan teri di perairan Sibolga. 4 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan Teri

2.1.1 Identifikasi dan habitat penyebaran ikan teri

Klasifikasi lengkap mengenai ikan teri menurut Saanin 1984 adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Subfilum: Vertebrata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Malacopterygii Famili : Clupeidae Subfamili : Engraulidae Genus :Stolephorus Spesies: Stolephorus spp. Sumber: Hutomo et al. 1987 Gambar 1 Tatanan morfologi Stolephorus Ikan teri Stolephorus spp. bersifat pelagik dan memenuhi perairan pesisir dan estuary Hardenberg 1934 diacu dalam Hutomo et al. 1987, tetapi ikan teri dapat hidup pada kisaran suhu 26-29 C. Teri pada umumnya berukuran kecil sekitar 6-9 cm, tetapi ada pula yang berukuran besar misalnya Stolephorus 5 commersoni, dan S. indicu yang berukuran mencapai panjang 17,5 cm Nontji 1993. Hutomo et al. 1987 menyatakan bahwa teri termasuk ke dalam golongan ikan omnivora yang memiliki ciri anatomi yaitu gigi runcing pada gigi taringnya yang berfungsi untuk memangsa makanan, memiliki lambung, panjang usus sama atau lebih pendek dari panjang badannya. Menurut Subani 1982 dalam Priyanto 2001 terdapat 20 jenis ikan teri di Perairan Indo Pasifik. Nama- nama jenis serta wilayah sebarannya adalah 1 Jenis yang tidak terdapat di Samudra Pasifik, yaitu Stolephorus andhraensis, S. chinensis, S. dubiosus, S. holodon; 2 Jenis yang terdapat hanya di Samudra Pasifik, yaitu Stolephorus oligobranchus, S. purpureus, S. branchycephalus, S. pasificus, S. ronguilloi, S. tysoni, S. waitei; dan 3 Jenis yang mempunyai sebaran luas, baik di Samudra Pasifik. Tampak adanya kemungkinan arah migrasi ikan teri menuju utara. Berdasarkan sifatnya yang sering melakukan migrasi sehingga ikan teri melakukan penyebaran yang dilakukan dipengaruhi oleh perubahan musim pada perairan. Pola musim ikan teri terjadi secara periode setiap tahunnya Hardenberg 1934 diacu dalam Hutomo et al. 1987.

2.1.2 Tingkah laku ikan teri

Ikan teri memiliki jumlah mencapai ratusan bahkan sampai ribuan ekor dan hidup bergerombol terutama jenis yang berukuran kecil. Jenis ikan teri yang berukuran besar seperti jenis Stolephorus indikus dan Stolephorus commersonii lebih bersifat soliter Hardenberg 1934 diacu dalam Hutomo et al. 1987. Ikan teri bardasarkan sifatnya yang sering melakukan migrasi, untuk jenis ikan teri yang lebih besar biasanya bersifat soliter dikarenakan adanya asumsi ikan teri yang tertangkap dalam jumlah kecil. Ikan teri yang tertangkap oleh nelayan yang umumnya berkelompok memiliki respon yang positif terhadap cahaya dan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap reaksi yang berupa getaran yang berasal dari luar Hardenberg 1934 diacu dalam Hutomo et al. 1987. 6

2.1.3 Makanan

Stolephorus umumnya terdiri dari organisme pelagis, meskipun komposisinya berbeda pada masing- masing spesies. Jenis-jenis ikan teri yang berukuran besar seperti S. indikus dan S. commersonii memangsa sebagian besar larva ikan bersama dengan Sergestes dan Mysis. Jenis-jenis yang berukuran kecil memangsa krustasea kecil seperti Copepoda, Ostracoda, individu- individu kecil Mysis, Sergestes , dan Euphasia serta larva krustasea tingkat Nauplius dan Zoea Hardenberg 1934 diacu dalam Hutomo et al. 1987. Isi perut ikan teri didapat larva Bivalvia dan Gastropoda, Anelida, Pteropoda dan Diatomea. Stolephorus tri, Stolephorus baganensis dan Stolephorus insuralis memakan jenis-jenis Sergestes dan Mysis. Organisme lain yang didapatkan yaitu Copepoda dalam frekuensi dan jumlah yang lebih renda h Hardenberg 1934 diacu dalam Hutomo et al. 1987. Tham 1951 diacu dalam Hutomo et al. 1987 menyatakan bahwa di Selat Singapura terdapat juvenile S. heterolobus sampai ukuran 40 mm terutama memangsa fitoplankton dan copepod dan setelah dewasa mulai memangsa calanoid yang lebih besar seperti Leptochela, polychaets, Mysis, Larva Squilla, Lucifer dan branhyura serta larva decapods yang lain.

2.1.4 Reproduksi ikan teri

Tiews et al. 1968 diacu dalam Hutomoet al. 1987, jenis-jenis Stolephorus berkelamin terpisah, ada yang jantan dan betina. Tingkat kematangan gonad Stolephorus secara umum, yaitu: 1 Tingkat I : Remaja Immature; 2 Tingkat II : Tingkat tenang Quiet Strage; 3 Tingkat III : Tingakat persiapan; 4 Tingkat IV : Tingkat penggabungan Fusing Stage; 5 Tingkat V : Tingkat berkembang; 6 Tingkat VI : Dewasa; 7 Tingkat VII : Memijah sebagian; dan 8 Tingkat VIII : Memijah. Puncak-puncak pemijahan Stolephorus ini ternyata bersamaan dengan perubahan musim, dari musim barat laut ke musim tenggara antara bulan Apr il 7 dan Mei dan sebaliknya antara Desember ke Januari. Puncak-puncak pemijahan yang terjadi pada satu tahun tidak selalu terulang pada tahun-tahun berikutnya Dalzell dan Wankowski 1980 diacu dalam Hotomo et al. 1987.

2.1.5 Produksi ikan Teri

Produksi ikan teri dalam negeri dari tahun 2000 sampai tahun 2005 barvariasi adalah yaitu pada tahun 2000 mencapai 173.944 ton, pada tahun 2001 mencapai 190.182 ton, tahun 2002 mencapai 168.959 ton, tahun 2003 mencapai 161.141 ton, tahun 2004 mencapai 154.811 ton, dan tahun 2005 mencapai 151.926 ton. Ikan teri di Indonesia telah banyak di ekspor ke luar negeri, volume ekspor setiap tahunnya meningkat pada tahun 2001 mencapai 1.980 ton dengan nilai 7.930.000 US, pada tahun 2005 meningkat tajam menjadi 2.443 ton dengan nilai 16.287.284 ton, dan pada tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 5 menjadi 2.597 ton dengan nilai 16.437.255 US DJPT 2008. Menurut DJPT 2005 produksi ikan teri di Sumatra Utara terjadi penurunan sebesar 1,42 pada tahun 1999-2003.

2.2 Produktivitas Primer dan Klorofil-a

Plankton adalah organisme yang hidup melayang ata u mengambang di perairan. Plankton dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara makan, keberadaandominasisebaran, asal- usul, ukuran, bentuk dan koloni sel, serta alat penangkapan. Pengelompokan plankton yang paling umum didasarkan pada cara makannya. Berdasarkan cara makannya, plankton dapat dikelompokkan ke dalam bakterioplankton, fitoplankton, dan zooplankton Wardhana 2003. Menurut Wardhana 2003 fitoplankton merupakan tumbuhan planktonik berklorofil yang umumnya terdiri atas Bacillariphyceae, Clorophyceae, Dinophyceae dan Haptophyceae. Selain berklorofil, fitoplankton juga memiliki bahan makanan cadangan yang umumnya berupa pati atau lemak, dinding sel yang tersusun dari selulosa, serta bentuk flagel yang beragam. Zooplankton merupakan kelompok planter yang mempunyai cara makan holozoik. 8 Menurut Odum 1971 fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopis yang hidupnya melayang dalam air dan pergerakannya pasif tergantung pada gerakan air. Fitoplankton memiliki berbagai fungsi yaitu: 1 Sebagai pemosok oksigen utama bagi organisme akuatik; 2 Mengubah zat anorganik menjadi zat organik; 3 Sebagai sumber makanan bagi zooplankton; 4 Menyerap gas-gas beracun seperti NH 3 dan H 2 S; 5 Sebagai indikator tingkat kesuburan perairan; 6 Sebagai indikator pencemaran, contohnya Skeletonema sp akan melimpah di perairan dengan kadar nutrisi tinggi; dan 7 Sebagai penyedia zat antibiotik seperti penisilin dan streptomisin. Sebaran klorofil-a di laut barvariasi secara geografis maupun berdasarkan kedalaman perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya matahari, dan kosentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Fujita 1970 diacu dalam Hatta 2001 mengklasifikasikan alga laut berdasarkan efisiensi fotosintesa pigmennya yaitu tipe klorofil-a dan b untuk alga hijau dan euglenoid; tipe klorofil-a, c dan caratenoid untuk diatom, dinoflagellata dan alga coklat; serta tipe klorofil-a dan ficobilin untuk alga merah dan alga hijau biru. Levinto 1982 diacu dalam Hatta 2001 menyatakan bahwa fitoplankton berfotosintesis menggunakan klorofil-a, c dan pigmen tambahan seperti protein fucoxanthin dan peridinin yang secara lengkap menggunkan semua cahaya da lam spectrum tampak. Sebaran klorofil-a di laut lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pesisir pantai dan semakin rendah pada lepas pantai. Namun beberapa daerah perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi klorofl-a yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan permukaan Valiela 1984. Tingkat kesuburan suatu ekosistem perairan dapat digambarkan dengan produktivitas primer. Indikator variabel produktifitas primer perairan adalah jumlah kuantitatif fotosintesis seperti kandungan oksigen DO, jumlah dan kelimpahan komponen produsen. Kelimpahan komponen produsen akan berpengaruh terhadap keanekaragaman produktivitas perikanan. 9 Produktivitas primer adalah laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawa-senyawa anorganik. Biasanya produktivitas primer dianggap sebagai pendanaan fotosintesis. Jumlah seluruh bahan organik yang terbentuk dalam proses produktivitas dinamakan produksi primer kotor atau produksi total. Jumlah sisa produksi primer kotor setelah sebagian digunakan tumbuhan untuk respirasi Nybakken 1992. Produktivitas primer dari suatu ekosistem, komunitas, atau berbagai unit kehidupan yang lain didefinisikan sebagai kecepatan daripada penyimpanan energi radiasi matahari melalui proses fotosintesis dan kemosintesis dari organisme. Lebih lanjut dijelaskan bahwa produktivitas primer dari tumbuhan hijau adalah sebagai jumla h energi yang disimpan per unit waktu per area Odum 1971. Nontji 1993 mengatakan bahwa rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Indonesia kira-kira 0,19 mgm 3 dan 0,16 mgm 3 selama musim barat sedangkan 0,24 mgm 3 selama musim timur. Faktor yang dapat meningkatkan konsentrasi klorofil-a di lautan adalah adanya peristiwa upwelling yang salah satu pemicunya adalah sistem angin muson. Hal ini berkaitan dengan daerah asal dimana massa air diperoleh. Rendahnya kosentrasi klorofil-a tersebut disebabkan konsentrasi nutrien lebih rendah akibat upwelling tidak terjadi dalam skala besar. Fitoplankton yang subur umunya terdapat diperairan sekitar muara sungai atau perairan lepas pantai yang mengalami upwelling. Kedua lokasi tersebut terjadi proses penyuburan karena masuknya zat hara kedalam lingkungan. Zat- zat hara yang ada di laut berasal dari daratan yang dialirkan oleh sungai. Pada tipe rantai makanan, produsen utama diawali dengan tumbuhan hijau yang ada di laut, selanjutnya dimakan oleh konsumen pertama hingga konsumen tertinggi. Sumber: Nybakken 1992 Gambar 2 Rantai makanan di laut 10 Produktivitas primer merupakan mata rantai makanan yang memegang peranan penting bagi sumberdaya perairan melalui produktivitas primer, energi akan mengalir dalam ekosistem perairan dimulai dengan fiksasi oleh tumbuhan hijau melalui proses fotosistesis. Peningkatan suplai zat hara dan tersedianya zat hara khususnya nitrogen dan fosfor merupakan faktor kimia perairan yang dapat mempengaruhi produktivitas primer disamping faktor fisik cahaya matahari dan temperatur. Oksigen merupakan komponen penting yang dibutuhkan organisme perairan yang berfungsi sebagai regulator pada proses metabolisme tanaman dan hewan air Odum 1971. Fotosintesis adalah suatu proses permulaan yang penting dimana organisme dapat membantu atau mensintesa glukosa karbohidrat dari ikatan- ikatan anorganik karbondioksida CO 2 dan air HO 2 . Hal ini menyangkut serangkaian reaksi- reaksi yang dapat disingkat sebagai reaksi berikut ini Nybakken 1992: Karbondioksida + Air Glukosa + Oksigen 6CO2 + 6H 2 O C 6 H 12 O 6 + 6O 2 Hubungan makan- memakan sedemikian rupa sehingga setiap pemangsa memangsa beberapa jenis makanan dan setiap jenis makan dimakan oleh banyak jenis hewan, maka demikian tidak dapat dinyatakan sebagai deretan-deretan mata rantai yang terletak bersebelahan. Jika digambarkan maka jumlah seluruh rantai makanan dalam suatu masyarakat ini dimanakan jejaring makan food web Romimohtarto 2005.

2.3 Pola Musim Penangkapan