49 Wilayah perairan Sibolga memiliki potensi dalam pemanfaatan
sumberdaya ikan teri. Nilai IMP yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan moving average menunjukkan bahwa ikan teri melimpah pada
musim barat di perairan Sibolga. Hal tersebut terbukti pada Gambar 13 yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata nilai IMP pada musim barat di atas 100 yaitu
sebesar 134,56. Nilai IMP pada musim timur sebesar 82,60 sehingga nilai tersebut berada dibawah 100. Bulan Januari memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan nilai IMP pada bulan lainnya, ini diduga karena ikan teri lebih menyukai perairan yang memiliki kandungan zat hara yang tinggi. Pola musim
ikan teri saling berkaitan erat dengan keadaan perairan. Setiap tahunnya pola musim ikan teri dapat berubah sesuai perubahan
keadaan perairan Sibolga. Nilai IMP pada musim barat meningkat yang berarti bahwa puncak penangkapan ikan teri terjadi pada musim barat. Nilai IMP
meningkat karena kandungan klorofil-a pada musim barat meningkat dimana pada musim barat kandungan klorofil-a sebesar 0,47 mgm
3
, musim barat-timur sebesar 0,46 mgm
3
, musim timur sebesar 0,40 mgm
3
, dan musim timur-barat sebesar 0,48 mgm
3
. Hasil penelitian ini menunjukkan pola yang sama dengan penemuan Gunawan 2004 yang menyatakan bahwa musim penangkapan ikan teri di
perairan Kabupaten Tuban pada musim peralihan timur-barat Oktober dan musim barat Desember-Januari. Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa bulan
Oktober nilai IMP meningkat drastis hal ini disebabkan ikan teri melakukan pemijahan. Tiews et al. 1970 diacu dalam Hutomo et al. 1987 di Teluk Manila
mendapatkan bahwa S. heterolobus dan S. devisi memijah sepanjang tahun, tetapi ada puncak-puncak pemijahan selama musim timur laut dari Oktober sampai
Maret.
6.5 Hubungan Hasil Tangkapan dengan Konsentrasi Klorofil-a
Kandungan klorofil-a di suatu perairan berhubungan dengan jumlah produksi ikan yang akan didaratkan oleh para nelayan. Pada tahun 2006-2010
jumlah produksi ikan teri meningkat maka jumlah kandungan klorofil-a juga meningkat terutama pada musim barat. Hal tersebut terkecuali pada tahun 2007
nilai produksi yang semakin menurun pada saat kandungan klorofil yang
50 meningkat. Hubungan kandungan klorofil-a melimpah pada musim peralihan
timur-barat tetapi hasil tangkapan berkurang karena pada musim peralihan timur- barat keadaan perairan kurang baik sehingga nelayan tidak melakukan operasi
penangkapan. Time lag
berkaitan dengan rantai makanan yang merupakan proses makan- memakan di dalam suatu perairan. Fitoplankton merupakan produser utama yang
dimakan oleh organisme herbivora dan organisme herbivora dimakan oleh organisme yang memiliki tingkat tropik lebih tinggi. Di laut terbuka fitoplankton
merupakan pangkal rantai makanan yang terpenting sehingga kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan dapat memberikan indikasi melimpahnya
sumberdaya ikan pada perairan tersebut. Time lag merupakan kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan perpindahan senyawa organik dari fitoplankton
hingga tingkat tropik pemangsa. Herbivora sebagai pemakan alga dan fotoplankton adalah konsumen primer serta herbivora dimakan oleh karnivora
sebagaimana diperoleh data rantai makanan pada Gambar 17. Nilai Time lag ikan teri lebih pendek dibandingkan ikan yang lain seperti ikan tongkol, lemuru,
cakalang dan tuna mata besar Tabel 9.
Tabel 9 Nilai time lag ikan
Jenis Ikan Lokasi Penelitian
Penulis, Tahun Time lag
Teri Sibolga
Surbakti, 2012 23 hari
Tongkol Palabuhanratu
Girsang, 2008 3 bulan
Lemuru Samudra
Hindia bagian
Timur Lumban Gaol, 2003
4 bulan Cakalang
Perairan Binuangeun, Banten Nababan, 2008
4 bulan Tuna mata besar
Samudra Hindia
bagian Timur
Lumban Gaol, 2003 5 bulan
51
Gambar 17 Rantai makanan di perairan modifikasi dari Girsang 2008 Hasil yang diperoleh dari SPSS dengan analisis cross correlation adalah
lag+23 hari. Lag+23 hari menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-a di perairan Sibolga mempengaruhi hasil tangkapan ikan teri pada 23 hari kemudian. Nilai
korelasi r sebesar 0,1 hal ini menunjukkan bahwa hubungan kandungan klorofil-a dengan produksi ikan teri sangat lemah sedangkan koefisien determinasi
R
2
sebesar 0,579. Dengan demikian, kandungan klorofila-a di perairan Sibolga mempengaruhi hasil tangkapan ikan teri sebesar 57,9 . Hal tersebut
menunjukkan bahwa jumlah hasil tangkapan dapat dijelaskan oleh kandungan klorofil-a sebesar 57,9 dan 42,1 dijelaskan oleh faktor-faktor yang lain seperti
suhu, salinitas, arus, dan faktor- faktor teknis operasi penangkapan ikan. Nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,474 sehingga hubungan hasil tangkapan dan
kandungan klorofil-a belum terlihat nyata.
6.6 Penyebaran Daerah Penangkapan Ikan Teri