Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Potensial Penyebaran Klofofil-a

41 Gambar 15 Grafik korelasi silang antara hasil tangkapan dengan klorofil-a

5.6 Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Potensial

Spesies ikan teri yang layak tangkap adalah ikan teri yang berukura n besar dan sudah matang gonad. Jenis ikan teri yang biasanya tertangkap oleh nelayan adalah juvenile ikan teri teri nasiteri berukuran kecil. Nelayan bagan lebih senang apabila menangkap ikan teri yang berukuran kecil dalam jumlah yang banyak bila dibandingkan dengan ikan teri yang berukuran besar. Daerah penangkapan ikan teri di perairan Sibolga pada tahun 2006-2010 berdasarkan evaluasi kandungan klorofil-a dapat dikategorikan daerah penangkapan potensial karena memiliki kandungan klorofil-a di atas 0,2 mgm 3 . Klorofil-a yang terkandung di perairan Sibolga selama lima tahun adalah 0,45 mgm 3 sehingga perairan tersebut menunjukkan adanya kehidupan fitoplankton yang dapat mempertahankan rantai makanan di perairan. Posisi daerah penangkapan ikan teri yang dilakukan oleh nelayan bagan apung dan pukat tarik ikan berdasarkan kandungan klorofil-a dapat dilihat pada Gambar 16. Indikator kandungan klorofil-a membuktikan bahwa seluruh posisi penangkapan ikan teri tersebut termasuk dalam kategori daerah penangkapan ikan DPI yang potensial. Namun demikian, penentuan DPI potensial ini seyogyanya mempertimbangkan komposisi hasil tangkapan akan tetapi data jenis spesies dan 42 jumlah hasil tangkapan ikan teri pada masing- masing posisi penangkapan tersebut tidak dapat diperoleh. Gambar 16 Posisi daerah penangkapan 43 6 PEMBAHASAN

6.1 Penyebaran Klofofil-a

Klorofil-a adalah salah satu pigmen fotosintesis yang paling dominan pada fitoplankton. Secara kualitatif konsentrasi klorofil-a dapat menggambarkan konsentrasi fitoplankton dalam suatu perairan Alimina 2008. Konsentrasi klorofil-a di perairan Sibolga bervariasifluktuasi setiap bulannya. Pada tahun 2006-2010 data yang diperoleh dari pengolahan citra satelit MODIS menunjukkan bahwa kandungan klorofil-a dapat berubah-ubah sesuai keadaan perairan. Kandungan klorofil-a di perairan Sibolga berkisar dari 0,26-8,3 mgm 3 dan rata- rata kandungan klorofil- a pada tahun 2006-2010 sebesar 0,45 mgm 3 . Hal tersebut menunjukkan adanya fitoplankton yang melimpah di perairan Sibolga. Gambar 5 sampai Gambar 8 menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-a semakin berkurang saat menuju lepas pantai. Daerah pesisir memiliki konsentrasi yang lebih tinggi bila di bandingkan di daerah lepas pantai. Hal tersebut disebabkan wilayah pesisir lebih banyak terakumulasi dengan zat- zat hara yang berasal dari aliran sungai yang ada di daerah daratan Sibolga. Perairan Indonesia mempunyai kandungan klorofil- a antara 0,5-1,0 mgm 3 berada di perairan pesisir timur Sumatera dan kandungan klorofil-a antara 0,3-0,5 mgm 3 berada di pesisir barat Sumatera. Nilai kandungan klorofil-a yang tinggi kemungkinan karena banyaknya sungai yang bermuara disana, sehingga membawa substrat yang mengandung unsur organik dan zat hara lainnya Bakosurtanal 2004. Pada musim barat nilai rata-rata dari kandungan klorofil-a di perairan Sibolga sebesar 0,47 mgm 3 dengan nilai dominan 0,27 mgm 3 sehingga perairan tersebut berpotensi dalam kegiatan perikanan. Gambar 5 menunjukkan bahwa musim barat memiliki nilai kandungan klorofil- a yang tinggi di sekitar pantai Sibolga. Pada gambar bulan Februari tersebut terlihat bahwa di perairan tersebut berwarna putih dikarenakan pada saat bulan tersebut sinar matahari kurang sehingga tertutup awan. Konsentrasi klorofil-a yang mencapai maksimum pada musim barat diduga karena mendapatkan masukan material organik dan non organik yang terbawa dari pesisir yang terjadi pada musim hujan, zat hara yang datang dari daratan pada musim hujan yang dialirkan oleh sungai ke laut run-off, 44 material dari tambak perikanan dan pengadukan dasar Ramansyah 2009. Fluktuasi curah hujan bulanan diakibatkan karena adanya perbedaan pola angin yang terjadi di Indonesia. Pada musim barat, angin membawa banyak uap air yang berasal dari Samudra Pasifik sehingga menyebabkan curah hujan semakin tinggi Nababan et al. 2009. Nilai variabilitas pada musim barat adalah 0,17. Nilai tersebut menunjukkan bahwa data kandungan klorofil-a bersifat homogen. Musim peralihan barat-timur memiliki nilai rata-rata kandungan klorofil-a sebesar 0,46 mgm 3 dan nilai dominan sebesar 0,25 mgm 3 . Keadaan tersebut tidak jauh beda dengan musim barat tetapi curah hujan sudah berkurang pada bulan Maret. Musim peralihan barat-timur nilai kandungan klorofil-a tertinggi pada bulan April hal tersebut dikarenakan pada bulan April penyinaran matahari sudah semakin meningkat sehingga fitoplankton dapat berkembang. Nilai variabilitas pada musim ini adalah 0,16 dan memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai variabilitas pada musim barat sehingga data penyebaran kandungan klorofil- a pada musim barat-timur lebih homogen. Pada bulan Juni sampai Agustus merupakan musim timur sehingga nilai kandungan klorofil-a menurun. Musim timur memiliki nilai rata-rata kandungan klorofil-a senilai 0,40 mgm 3 dan nilai dominan adalah 0,27 mgm 3 . Kandungan klorofil-a pada musim timur lebih kecil dibandingkan dengan kandungan klorofil- a pada musim barat dan musim peralihan barat-timur. Hal tersebut dikarenakan pada bulan Juni-Agustus terjadi musim kemarau sehingga zat-zat hara yang dibawa oleh aliran sungai ke perairan Sibolga sudah semakin berkurang. Musim timur memiliki penyebaran kandungan klorofil- a yang sangat homogen hal tersebut ditunjukkan dengan nilai variabilitas 0,09. Musim peralihan timur-barat September-November memiliki nilai kandungan klorofil-a yang lebih tinggi. Nilai rata-rata kandungan klorofil-a pada musim peralihan timur-barat sebesar 0,48 mgm 3 dan nilai dominan 0,30 mgm 3 . Pada Gambar 8 terlihat bahwa pada bulan September, Oktober dan November memiliki nilai kandungan klorofil-a yang cukup tinggi. Awal curah hujan terjadi pada musim peralihan barat-timur sehingga kandungan klorofil-a pada perairan Sibolga tinggi. Hal ini berbeda dengan Syahdan et al. 2007 yang menyatakan bulan Juni kandungan klorofil-a tersebar secara heterogen pada seluruh sisi 45 kawasan perairan dengan kisaran konsentrasi yang lebih tinggi. Nilai variabilitas pada musim peralihan timur-barat adalah 0,15. Hal tersebut menunjukkan bahwa data penyebaran kandungan klorofil-a menyebar secara homogen. Keadaan perairan yang memiliki kandungan klorofil- a yang cukup tinggi membuat ikan teri berkumpul dalam jumlah banyak. Upwelling adalah proses naiknya massa air laut dari lapisan yang lebih dalam dan kaya akan nutrisi ke lapisan permukaan. Nutrisi Fosfot dan Nitrat merupakan makanan utama fitoplankton yang menghasilkan klorofil-a Sediadi dan Edward 2000. Fitoplakton berkembang dikarenakan banyaknya curah hujan dan adanya peristiwa upwelling yang membawa banyak unsur hara ke perairan. Proses upwelling adalah suatu proses dimana masa air dingin didorong ke arah atas dari kedalamam sekitar 100-200 meter yang terjadi disepanjang pantai barat di banyak benua. Upwelling merupakan suatu tempat yang subur bagi populasi ikan akibat adanya pertumbuhan fitoplankton sebagai dasar dari rantai makanan di laut Hutabarat dan Evans 1988. Pola SPL di Samudera Hindia timur saat fenomena Indian Ocean Dipole IOD menunjukan bahwa fase pembentukan fenomena IOD terjadi pada bulan Juni, fase pematangan umumnya mencapai puncaknya pada bulan September dan untuk fase peluruhan terjadi pada bulan November. Hal tersebut mengakibatkan terbentuknya Upwelling di selatan Jawa pada bulan Juni, September dan November Dipo et al. 2011. Klorofil-a mempunyai pengaruh terhadap kesuburan suatu perairan sehingga perairan dikatakan subur apabila kandungan zat hara yang terkandung di dalamnya cukup banyak. Konsentrasi klorofil-a yang tinggi di perairan mengakibatkan perairan tersebut memiliki banyak fitoplankton. Fitoplankton adalah tumbuhan yang dapat membantu menambah jumlah kadar oksigen terlarut pada lapisan permukaan di waktu siang hari. Penambahan ini disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai hasil dari proses fotosintesa. Peningkatan zat- zat hara di perairan akan mempengaruhi produktivitas primer di samping faktor cahaya matahari dan temperatur. 46

6.2 Hasil Tangkapan Ikan Teri