Kesimpulan STRUKTURISASI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER

pengolahan anaerobik tinggi 90, tetapi efluen yang dihasilkan dari digester anaerobik belum layak untuk dibuang ke lingkungan, sehingga dibutuhkan penanganan sekunder bahkan tersier. Pemilihan penanganan hingga tahap tersier disesuaikan dengan tujuan pemanfaatan akhir dari efluen yang dihasilkan. Produk samping yang masih dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomis dari tahapan penanganan limbah cair adalah biogas, pupuk cair, air daur ulang, dan air untuk pengairan. Pengolahan kopi menghasilkan limbah padat yang besar mencapai 60 dari total volume produksi awal. Limbah padat utama yang dihasilkan dari proses pengolahan kopi adalah pulp kopi dan kulit tanduk. Limbah padat tersebut bersifat organik dan memiliki nilai ekonomi apabila dilakukan penanganan secara tepat. Penanganan limbah padat sebaiknya terintegrasi bersama penanganan limbah cair untuk meningkatkan efisiensi penanganan dalam sistem agroindustri kopi rakyat. Beberapa alternatif pemanfaatan limbah padat yang dapat diterapkan di KUPK Sidomulyo, Silo, Kabupaten Jember adalah pembuatan briket, pakan ternak, kompos, media produksi jamur, dan papan partikel. Secara sistematis, sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih disajikan dalam Gambar 101. Gambar 101 Skema sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih Aplikasi modifikasi teknologi pengolahan basah melalui upaya minimisasi air berbasis produksi bersih pada agroindustri kopi rakyat membutuhkan investasi lebih besar tetapi memiliki nilai lebih layak dibandingkan pengolahan kering. Fluktuasi harga kopi dunia merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kelayakan dan keberlanjutan pertanian kopi. Nilai tambah ekonomi dari produk samping pengolahan kopi dapat mendukung keberlanjutan agroindustri kopi rakyat. Penerapan teknologi minimisasi air pada pengolahan kopi juga dapat menjadi solusi terhadap permasalahan kesulitan air untuk proses pengolahan yang umumnya terjadi di daerah-daerah perkebunan kopi di Indonesia. Konsep produksi bersih pada agroindustri kopi rakyat membutuhkan upaya terus menerus dan konsisten. Wawasan dan pengelolaan yang menyeluruh terhadap proses konversi buah kopi menjadi biji kopi tidak semata-mata berdasarkan konsep ekonomi. Perspektif sosial dan lingkungan adalah bagian dari sistem pengolahan sejak awal yang harus dikelola untuk menjaga keberlanjutan agroindustri kopi rakyat. Keikutsertaan secara aktif kelompok tani dalam adopsi teknologi bersih serta penghargaan terhadap upaya peningkatan mutu biji kopi dari stakeholder terkait akan membantu pengembangan agroindustri kopi rakyat. Strukturisasi upaya pengembangan agroindustri kopi rakyat melalui penerapan konsep produksi bersih direkayasa menggunakan teknik pemodelan interpretative ISM Interpretative Structure Modelling. Strukturisasi pengembangan dilaksanakan dalam lembaga koperasi yang telah dibentuk atas dasar keinginan bersama kelompok tani. Strukturisasi dianalisis berdasarkan 5 elemen sistem yaitu kebutuhan, kendala pengembangan, perubahan yang diinginkan, tujuan, dan indikator pengembangan. Kebutuhan pengembangan pasar dan peningkatan pendapat menjadi dasar bagi upaya pemenuhan kebutuhan sistem lainnya. Sub elemen keterbatasan akses pasarekspor merupakan kendala utama pengembangan yang harus ditangani pertama kali sebelum sub elemen kendala lainnya. Berdasarkan keterbatasan pengembangan akan pasar, dibutuhkan pengembangan agroindustri kopi ke arah perluasan pasar dan ekspor, serta pola pengolahan kopi rakyat yang berorientasi bisnis dalam kelompok. Tujuan pengembangan agroindustri rakyat terutama diarahkan untuk peningkatan kualitas bahan baku dan produk, peningkatan nilai ekspor, dan perbaikan kinerja kelembagaan. Adapun indikator utama yang menunjukkan telah tercapainya upaya pengembangan agroindustri kopi rakyat dapat dilihat pada sub elemen terpenuhinya kebutuhan dasar anggota kelompok tani maupun pekerja yang terlibat. Berdasarkan hasil analisis ISM, terdapat kecenderungan sub elemen sistem yang termasuk dalam dimensi ekonomi menjadi dasar bagi pemenuhan sub elemen lainnya. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil analisis keberlanjutan, yang menggambarkan masih besarnya dimensi ekonomi dalam pengembangan agroindustri kopi rakyat. Meskipun demikian sub elemen berdimensi sosial ternyata dominan sebagai ukuran keberhasilan pengembangan agroindustri. Faktor eksternal menjadi faktor pendorong utama perubahan untuk pengembangan agroindustri kopi rakyat di KUPK Sidomulyo. Oleh karena itu, kelembagaan agroindustri kopi rakyat hendaknya mampu dan terus berusaha melakukan perbaikan sehingga mampu mengikuti dinamika perubahan kopi internasional. Perkembangan pertanian kopi cenderung dipengaruhi oleh kebijakan kopi internasional. Perkembangan kopi dunia yang mengarah pada konsep kopi berkelanjutan yang ramah lingkungan dan meniadakan kesenjangan sosial ternyata tidak sepenuhnya mempengaruhi perkembangan kopi di Indonesia. Dominasi kepentingan ekonomi masih menjadi dasar untuk melakukan perubahan sesuai persyaratan internasional. Meskipun demikian, perubahan pandangan kelompok tani dan stakeholder terkait harus terus diupayakan untuk menyeimbangkan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam rangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan gambaran bahwa pemenuhan indikator dimensi lingkungan secara langsung akan membantu meningkatkan ekonomi petani. Terutama didasarkan pemahaman bahwa keberlanjutan sumberdaya akan menentukan keberlanjutan kegiatan ekonomi. Selain itu, dimensi sosial sebagai salah satu elemen keberlanjutan yang menunjukkan interaksi antara manusia dan sistem lingkungan juga harus dijaga. Penerapan konsep produksi bersih dalam agroindustri kopi rakyat adalah salah satu upaya menjaga keseimbangan antara dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial pertanian kopi yang berkelanjutan.