Rekomendasi Penanganan Limbah Proses Pengolahan Kopi
pengupasan sebanyak 2-3 kali. Modifikasi peralatan akan membantu mengurangi kebutuhan air, meskipun dalam penerapannya membutuhkan penilaian lanjut yang
disesuaikan dengan kondisi setempat. Menurut Calvert 1998, keuntungan resirkulasi air proses pengupasan
untuk proses pengupasan kembali adalah mempercepat aksi bakteri mendegradasi komponen lendir pada proses fermentasi. Apabila air bersih berlebih yang
digunakan untuk proses pengupasan, maka akan banyak gula terlarut yang dapat tercuci sebelum proses fermentasi. Kondisi demikian akan mengurangi kerja
bakteri pembusuk yang menguntungkan dan menambah bakteri ataupun kapang yang menghasilkan asam-asam tingkat tinggi seperti propionat dan butirat yang
dapat menyebabkan onion flavor pada biji kopi. Meskipun demikian dibutuhkan pengawasan terhadap kondisi air proses pengupasan terutama tingkat gula dan
enzim yang terlarut. Oleh karena itu, pada saat air daur ulang yang digunakan untuk proses pengupasan mulai mengental dan pekat, air ini harus dibuang. Lebih
lanjut Calvert 1998 menjelaskan proses fermentasi yang berfungsi mendegradasi lendir dari daging buah kopi tidak dapat digantikan dengan proses mekanis jika
kualitas akhir biji kopi yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kualitas limbah cair, limbah padat
serta upaya penanganannya pada proses pengolahan kopi, maka dapat diterapkan
sistem tertutup penanganan limbah Gambar 84. Sistem tertutup penanganan
limbah merupakan bagian penerapan konsep ekoteknologi untuk meningkatkan kualitas lingkungan terutama kualitas badan air dan tanah. Jacobi 2004,
memberikan contoh penerapan ekoteknologi pada pertanian kopi di Matagalpa, Nicaragua untuk meningkatkan kualitas air. Pertanian kopi di Matagalpa
memanfaatkan kombinasi teknologi UASB, penggunaan bio-filter kolam dengan tanaman air untuk mengolah limbah cair proses pengolahan. Adapun air setelah
penanganan efluen dialirkan ke areal pertanian melalui irigasi sprinkler. Desain sistem tertutup proses pengolahan kopi dan alternatif penanganan
limbah pengolahan kopi merupakan desain integrasi pengolahan kopi dan penanganan limbah pengolahan yang berbasis produksi bersih. Pengolahan kopi
rakyat berdasarkan prinsip minimisasi air optimum yang mampu meningkatkan mutu biji kopi sekaligus menurunkan volume limbah cair yang dihasilkan.
Desain terintegrasi penanganan limbah meliputi upaya penanganan limbah cair dan limbah padat yang bernilai ekonomis dan menerapkan konsep 3R reduce,
reuse, and recycle. Desain penanganan limbah cair dapat dibagi menjadi beberapa tahap,
meliputi 1 pra penanganan, 2 penanganan primer, 3 penanganan sekunder dan 4 penanganan tersier.
1. Proses netralisasi limbah cair dalam tahap pra penanganan akan dibutuhkan apabila limbah cair yang dihasilkan memiliki nilai pH di bawah 5,0.
2. Penanganan primer dilakukan dengan menerapkan teknologi pembangkitan biogas. Digester anaerobik yang mampu menghasilkan biogas dapat
disesuaikan dengan kapasitas pengolahan kopi KUPK Sidomulyo. Adapun biogas yang dihasilkan dapat dialirkan kembali ke sentra pengolahan kopi
sebagai bahan bakar proses pengeringan ataupun dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai alternatif pengganti kayu bakar dan LPG untuk memasak.
3. Penanganan sekunder dapat diterapkan dengan tujuan mendapatkan kembali air hasil pengolahan limbah untuk dimanfaatkan kembali pada proses sortasi
dan pengupasan buah kopi pulping. Alternatif tahap penanganan sekunder meliputi; 1 proses sedimentasi, 2 proses koagulasi flokulasi, dan 3
pembuatan pupuk cair dari air limbah keluaran efluen digester anaerobik. 4. Penanganan tersier meliputi beberapa alternatif yaitu; 1 filtrasi atau
penyaringan efluen proses sedimentasi, 2 filtrasi atau penyaringan efluen proses koagulasi flokulasi, 3 penanganan lumpur atau limbah padat dari
penanganan limbah cair. Sebagaimana penanganan limbah cair, upaya penanganan limbah padat
proses pengolahan kopi juga dilakukan berdasarkan beberapa alternatif penanganan yang meliputi;
1. Pemanfaatan pulpa kopi dari proses pulping untuk pembuatan pakan ternak, kompos dan media produksi jamur.
2. Pemanfaatan pulpa dan kulit tanduk kopi untuk pembuatan briket, kompos, papan partikel ataupun bahan baku reaktor anaerobik.
3. Pemanfaatan limbah padat hasil penanganan limbah cair untuk pembuatan kompos ataupun papan partikel.