Neraca massa rata-rata perlakuan K2C2 73
Pengupasan buah
Air 11.84 liter
Buah merah terpilih 50 kg
Limbah Cair 6.59 kg Pulp 20.25 kg
Fermentasi kering
Pencucian
Pengeringan
Pengupasan kering kulit
kopi HS
Air 90.30 liter
Biji Kopi basah 23.5 kg Limbah Cair + Lendir
100.58 kg
Biji Kopi HS 10.67 kg Kulit tanduk 1.70 kg
Biji Kopi 8.97 kg Biji kopi 35 kg
Pulp 1.23 kg
Perlakuan K3C2
Biji kopi 35 kg
Uap air 12.84 kg
Neraca massa rata-rata perlakuan K3C2 77
Pengupasan buah
Air 37.1 liter
Buah merah terpilih 50 kg
Limbah Cair 20.35 kg Pulp 27 kg
Fermentasi kering
Pencucian
Pengeringan
Pengupasan kering kulit
kopi HS
Air 85.5 liter
Biji Kopi basah 25.5 kg Limbah Cair + Lendir
98.8 kg
Biji Kopi HS 11.05 kg Kulit tanduk 1.64 kg
Biji Kopi 9.41 kg Biji kopi 39.75 kg
Biji kopi 39.75 kg Pulp 0.88 kg
Perlakuan K2C2
Uap air 14.45 kg
Pengupasan buah
Air 72.05
Buah merah terpilih 50 kg
Limbah Cair 53.8 kg Pulp 27.75 kg
Fermentasi kering
Pencucian
Pengeringan
Pengupasan kering kulit
kopi HS
Air 54.65 liter
Biji Kopi basah 26.25 kg Limbah Cair + Lendir
67.90 kg
Biji Kopi HS 10.73 kg Kulit tanduk 1.60 kg
Biji Kopi 9.13 kg Biji kopi 40.5 kg
Biji kopi 40.5 kg Pulp 1.0 kg
Perlakuan K1C3
Uap air 15.53 kg
Neraca massa rata-rata perlakuan K1C3 72
Neraca massa rata-rata perlakuan K2C3 79
Pengupasan buah
Air 36.56 liter
Buah merah terpilih 50 kg
Limbah Cair 20.06 kg Pulp 26.5 kg
Fermentasi kering
Pencucian
Pengeringan
Pengupasan kering kulit
kopi HS
Air 56.55 liter
Biji Kopi basah 25.5 kg Limbah Cair + Lendir
70.08 kg
Biji Kopi HS 11.55 kg Kulit tanduk 1.95 kg
Biji Kopi 9.57 kg Biji kopi 40.0 kg
Pulp 0.98 kg
Perlakuan K2C3
Biji kopi 40.0 kg
Uap air 13.95 kg
Pengupasan buah
Air 13.3 liter
Buah merah terpilih 50 kg
Limbah Cair 2.05 kg Pulp 23.75 kg
Fermentasi kering
Pencucian
Pengeringan
Pengupasan kering kulit
kopi HS
Air 55.5 liter
Biji Kopi basah 25.5 kg Limbah Cair + Lendir
66.73 kg
Biji Kopi HS 10.58 kg Kulit tanduk 1.43 kg
Biji Kopi 9.15 kg Biji kopi 37.5 kg
Biji kopi 37.5 kg Pulp 0.78 kg
Perlakuan K3C3
Uap air 14.93 kg
Neraca massa rata-rata perlakuan K3C3 85
LAMPIRAN 6 HASIL ANALISIS LIMBAH CAIR PENGOLAHAN KOPI
Hasil analisis air proses sortasi rambang
No Kode pH
BOD COD
TSS 1 R1
5,41 115,3
306,8 61,8
2 R2 4,97
343,0 528,8
216,7
Rata-rata 5,19
229,15 417,80
139,25
Hasil analisis air proses pengupasan perlakuan minimisasi
No Kode
Vol m
3
ton BOD mgL
COD mgL TSS mgL pH
1 K11 1,480
6264,4 14436,5
378,0 5,46 2 K12
1,444 8000,6
15330,9 823,3 4,89
Rata-rata 50 1,462
7132,5 14883,7
600,65 5,17 3 K21
0,754 8949,9
17763,9 956,7 4,88
4 K22 0,742
11753,1 26021,5
966,7 4,13
Rata-rata 74 0,748
10351,5 21892,7
961,7 4,51 5 K31
0,287 12678,5
23478,4 1079,3 4,40
6 K32 0,237
13267,4 26896,5
1567,3 4,17
Rata-rata 90 0,262
12972,9 25187,4
1323,3 4,29
Hasil analisis air proses pencucian perlakuan minimisasi air tahap pertama
No Kode
Vol m
3
ton pH
BOD mgL COD mgL
TSS mgL
1 C32
1,013 4,00
8718,4 19141,3
12145 2
K11C31 1,196
4,24 8690,4
19248,7 14000
3 K21C31
1,230 4,28
9072,0 20143,1
14250 4
K31C31 1,202
4,21 7692,1
18658,3 11800
Rata-rata 81 1,160
4,18 8543,2
19297,8 13048,7
5 C22
1,457 4,03
8568,5 19016,1
14450 6
K11C21 1,632
4,28 8156,3
18515,2 12000
7 K21C21
1,786 4,11
7467,3 17692,3
11000 8
K31C21 2,150
4,12 7382,8
17298,7 14550
Rata-rata 70 1,756
4,13 7893,7
18130,6 13000,0
9 C12
2,203 3,99
6714,7 15241,5
13400 10
K11C11 2,333
4,11 5937,4
13942,7 14450
11 K21C11
2,268 4,11
5150,8 12670,3
13950 12
K31C11 2,362
4,13 6505,4
14695,3 12450
Rata-rata 57 2,291
4,08 6077,1
14137,4 13562,5
Hasil analisis limbah cair proses pengupasan perlakuan minimisasi air tahap kedua
Parameter K21 74
K22 74
Volume air m
3
ton 0,756
0,644 pH
4,52 4,43
TSS mgL 17782
23088 TDS mgL
1254 1428
TS mgL 19036
24516 BOD mgL
11059,2 8640
COD mgL 20480
16000 Fosfat mgL
33,12 17,7
Nitrat mgL 55,12
63,53 Total N mgL
404,37 356,52
Total Karbon mgL 8400
10000 Total VSS mgL
13340 17316
Hasil analisis limbah cair proses pencucian perlakuan minimisasi air tahap kedua
Parameter K21C2
57 K22C2
57 K21C5
35 K22C5
35 K21C4
K22C4
Volume air m
3
ton 2,472
2,565 3,778
3,853 4,809
5,933 pH
3.84 4.02
3,95 3,93
3,85 3,87
TSS mgL 14868
24532 10512
14522 12510
8628 TDS mgL
1331 2016
972 1314
1110 852
TS mgL 16200
26368 11484
14522 13620
9480 BOD mgL
7499,52 10248,32
4215,2 6220,1
6091,6 3494,4
COD mgL 15120
21440 8800
12720 12560
7280 Fosfat mgL
22,78 23,33
17,82 22,78
14,36 15,89
Nitrat mgL 6,78
88,35 4,61
6,64 8,31
3,82 Total N mgL
363,35 632,68
303,2 453,58
318,23 171,95
Total Karbon mgL 6690
10650 4680
6320 5750
4100 Total VSS mgL
11150 18264
11484 10890
9382 6470
LAMPIRAN 7 KUISIONER PENELITIAN ISM KUISIONER PENELITIAN
INTERPRETATIVE STRUCTURE MODELLING DESAIN MODEL PROSES PENGOLAHAN KOPI RAKYAT MENGGUNAKAN
TEKNOLOGI SEMI BASAH BERBASIS PRODUKSI BERSIH
Kuis ini dibuat dalam rangka mendapatkan justifikasi mengenai aspek, kriteria dan hubungan konstektual antar elemen pengembangan industri
pengolahan kopi rakyat yang berbasis produksi bersih khususnya di wilayah Kabupaten Jember.
Pada kuisioner ini dibutuhkan penilaian BapakIbu, selaku pakar proses pengolahan kopi rakyat khususnya yang berkaitan dengan Elemen
KEBUTUHAN, KENDALAMASALAH, PERUBAHAN, TUJUAN DAN INDIKATOR dalam pengembangan industri pengolahan kopi rakyat yang berbasis
produksi bersih. Atas perkenan BapakIbu, kami mengucapkan terima kasih.
IDENTITAS PENELITI Judul Penelitian
: Desain Proses Pengolahan Pada Agroindustri Kopi Robusta Menggunakan Modifikasi Teknologi Olah
Basah Berbasis Produksi Bersih Nama Mahasiswa
: Elida Novita Program Studi
: Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan- SPs IPB
Alamat : Jl. Lingkar Perwira No. 8, Pondok Tazkia,
Darmaga, Bogor TeleponEmail
: 0811354686 elida_novitayahoo.com
======================================================== IDENTITAS PAKAR
Nama Pakar : .........................................................
Instansi : .........................................................
Alamat : .........................................................
SEKILAS MENGENAI ISM DAN AGROINDUSTRI PENGOLAHAN KOPI RAKYAT
Interpretative Structure Modelling ISM adalah suatu metodologi untuk menggambarkan struktur dari suatu sistem yang akan dikaji. Struktur adalah
penggambaran pengaturan dari elemen-elemen dan hubungan antar elemen dalam membentuk suatu sistem. Melalui proses identifikasi struktur yang ada
dalam suatu sistem akan memberikan kontribusi yang besar dalam menangani permasalahan dalam sistem secara efektif dan memberikan sumbangan yang
berarti dalam proses pengambilan keputusan. ISM berkenaan dengan interpretasi dari hubungan antar elemen dari suatu sistem yang didasarkan atas
hubungan kontekstual tertentu.
Agroindustri kopi rakyat disini adalah industri pengolahan kopi primer milik rakyat yang menggunakan teknologi olah basah dan berbasis produksi
bersih. Industri pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih adalah usaha pengolahan kopi primer yang diharapkan mampu meminimalkan produksi
limbah yang dihasilkan melalui upaya meminimalkan limbah cair, pemanfaatan limbah menjadi produk yang bernilai ekonomis nilai tambah serta
pemanfaatan kembali air limbah daur ulang.
Berdasarkan kondisi agroindustri kopi rakyat di Kab. Jember terutama di Desa Sidomulyo, maka akan dibuat
5 elemen sistem pengembangan agoindustri kopi berkelanjutan, yaitu 1 Elemen Kebutuhan Pengembangan,
2 Elemen KendalaMasalah, 3 Elemen Perubahan yang diinginkan, 4 Elemen Tujuan Pengembangan, dan 5 Elemen Indikator Pengembangan
yang masing-masing elemen terdiri atas sub elemen. Proses strukturisasi dari 5 lima elemen sistem pengembangan agroindustri kopi yang berkelanjutan akan
diperoleh berdasarkan masukan dari para stakeholder terkait. Hubungan kontekstual antar sub elemen dalam sistem pengembangan adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Hubungan Kontekstual Antar Elemen
Nama Elemen Hubungan Kontekstual
Kebutuhan Pengembangan Sub elemen kebutuhan yang satu mendukung terpenuhinya
sub elemen kebutuhan yang lain KendalaMasalah
Sub elemen kendala yang satu menyebabkan sub elemen kendala yang lain
Perubahan yang diinginkan Sub elemen perubahan yang satu menyebabkan atau mendorong sub elemen perubahan yang lain
Tujuan Sub elemen tujuan yang satu memberikan kontribusi
tercapainya sub elemen tujuan yang lain Indikator
Sub elemen indikator pencapaian tujuan yang satu memberikan kontribusi terhadap sub elemen indikator
yang lain
PETUNJUK PENGISIAN
Terdapat 5 elemen sistem pengembangan industri pengolahan kopi primer rakyat berbasis produksi bersih yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1 Elemen Kebutuhan Pengembangan, 2 Elemen KendalaMasalah, 3 Elemen
Perubahan yang diinginkan, 4 Elemen Tujuan Pengembangan, dan 5 Elemen Indikator Pengembangan. Masing-masing elemen memiliki sub
elemen. BapakIbu diminta untuk membandingkan antar sub-elemen pada setiap
elemen dengan memilih huruf-huruf V, A, X dan O, dimana; V : Jika sub-elemen yang ke-1 lebih penting atau harus lebih dahulu ditangani
dibandingkan dengan sub-elemen ke-2 A : Jika sub-elemen yang ke-2 lebih penting atau harus lebih dahulu ditangani
dibandingkan dengan sub-elemen ke-1 X : Jika kedua sub-elemen sama pentingnya atau keduanya harus ditangani
bersama O : Jika kedua sub-elemen tidak sama penting atau kedua sub-elemen bukan
prioritas yang harus ditangani. 1.
Pertanyaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antara suatu sub elemen dengan sub elemen baris lainnya.
2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden pakar
berdasarkan tingkat kepentingan dari sub elemen-sub elemen yang dibandingkan secara berpasangan.
3. Nilai komparasi berupa kode V, A, X ataupun O dan dituliskan dalam kotak-
kotak yang tersedia.
Contoh pengisian:
Sub elemen kebutuhan ke-i
Sub elemen kebutuhan ke-j yang akan dicapai b-1
b-2 b-3
b-4 b-1
X V
a
A
b
O
c
b-2 X
A
d
X
e
b-3 X
V
f
b-4 X
Keterangan: Nilai pada
a
: sub elemen b-1 lebih penting dibandingkan sub elemen b-2 Nilai pada
b
: sub elemen b-3 lebih penting dibandingkan sub elemen b-1 Nilai pada
c
: kedua sub elemen b-1 dan b-4 tidak sama penting bukan prioritas yang harus ditangani
Nilai pada
d
: sub elemen b-3 lebih penting dibandingkan sub elemen b-2 Nilai pada
e
: kedua sub elemen sama pentingnya Nilai pada
f
: sub elemen b-3 lebih penting dibandingkan sub elemen b-4
1. ELEMEN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT BERBASIS PRODUKSI BERSIH.
b-1 :
Pengembangan teknologi pasca panen b-2
: Pengembangan kelembagaan usaha
b-3 :
Pengembangan peralatan pasca panen b-4
: Pengembangan pasar
b-5 :
Pengembangan alternatif sumber modal b-6
: Pembinaan petani
b-7 :
Pemanfaatan limbah proses pengolahan b-8
: Peningkatan pendapatan
b-9 :
Pengembangan pertanian berbudaya industri yang berkelanjutan Sub elemen
kebutuhan ke-i Sub elemen kebutuhan ke-j yang akan dicapai
b-1 b-2
b-3 b-4
b-5 b-6
b-7 b-8 b-9
b-1 X
b-2 X
b-3
X
b-4 X
b-5 X
b-6 X
b-7 X
b-8
X
b-9 X
2. ELEMEN KENDALAMASALAH SISTEM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT BERBASIS PRODUKSI BERSIH.
k-1 : Skala usaha yang kecil
k-2 : Keterbatasan penguasaan teknologi pengolahan
k-3 Keterbatasan pemahaman akan nilai sumberdaya alam
k-4 : Keterbatasan akses pasarekspor
k-5 : Keterbatasan sumber modal
k-6 : Ketergantungan pada pedagang pengumpul dan eksportir
k-7 : Ketergantungan lahan pengusahaan kopi
k-8 : Kualitas bahan baku dan produk yang rendah
k-9 : Konflik internal antara anggota kelompok tani
Sub elemen kendala ke-i
Sub elemen kendala ke-j yang akan dicapai K-1
K-2 K-3
K-4 K-5 K-6
K-7 K-8 K-9
K-1 X
K-2 X
K-3 X
K-4 X
K-5 X
K-6 X
K-7 X
K-8 X
K-9 X
3. ELEMEN PERUBAHAN
YANG DIINGINKAN
DALAM SISTEM
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT BERBASIS PRODUKSI BERSIH.
p-1 :
Penerapan teknologi perkebunan kopi yang berbasis ekologis
p-2 :
Pengembangan pola pengolahan kopi rakyat berbasis kelompok berorientasi bisnis
p-3 :
Peningkatan kontinuitas serta kualitas bahan baku p-4
: Penerapan teknologi pengolahan kopi yang ramah
lingkungan p-5
: Peningkatan peran dan keterlibatan instansi pemberi modal
p-6 : Peningkatan kualitas dan diversifikasi produk kopi
p-7 :
Perluasan pasar dan ekspor p-8
: Peningkatan pola kelembagaan yang mendukung peran
serta stakeholder agribisnis kopi p-9
: Peningkatan efisiensi proses produksi
Sub elemen perubahan ke-i
Sub elemen perubahan ke-j yang akan dicapai P-1
P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 P-7 P-8 P-9
P-1 X
P-2 X
P-3 X
P-4 X
P-5 X
P-6 X
P-7 X
P-8 X
P-9 X
4. ELEMEN TUJUAN YANG DIINGINKAN DALAM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT BERBASIS PRODUKSI BERSIH.
t-1 :
Peningkatan pendapatan petani t-2
: Peningkatan kualitas lingkungan
t-3 :
Peningkatan efisiensi produktivitas t-4
: Pengembangan nilai tambah produk kopi rakyat
t-5 :
Peningkatan posisi tawar kopi rakyat t-6
: Peningkatan kualitas bahan baku dan produk kopi rakyat t-7
: Perluasan akses dan kemudahan memperoleh modal usaha.
t-8 :
Peningkatan pendapatan daerah t-9
: Penurunan konflik internal pengurus dan peserta
t-10 : Peningkatan nilai ekspor bagi kopi rakyat
t-11 : Perbaikan kinerja kelembagaan usaha kopi rakyat.
Sub elemen tujuan ke-i
Sub elemen tujuan ke-j yang akan dicapai T-1 T-2 T-3
T-4 T-5 T-6 T-7 T-8 T-9 T-10 T-11
T-1 X
T-2 X
T-3 X
T-4 X
T-5 X
T-6 X
T-7 X
T-8 X
T-9 X
T-10 X
T-11 X
5. ELEMEN INDIKATOR PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT BERBASIS PRODUKSI BERSIH.
i-1 : Meningkatnya kualitas biji dan produk kopi rakyat
i-2 : Meningkatnya kualitas lingkungan penurunan tingkat
pencemar i-3
: Meningkatnya nilai tambah produk dan pengolahan kopi rakyat
i-4 : Meningkatnya peluang kerja dan pendapatan rakyat
i-5 : Dapat diterapkannya upaya perbaikan sanitasi lingkungan
i-6 : Dapat diterapkannya konsep dan upaya K3 Kesehatan dan
Keselamatan Kerja i-7
: Meningkatnya kinerja kelembagaan kopi rakyat. i-8
: Tingkat kepuasan dan persepsi petani terhadap agroindustri kopi meningkat
i-9 : Mudahnya mendapatkan akses dana dan bantuan modal
i-10 : Terpenuhinya kebutuhan mendasar pekerja dan petani secara berkelanjutan
i-11 : Menurunnya tingkat konflik antar stakeholder yang terlibat i-12 : Meningkatnya efisiensi dan produktivitas proses produksi
Sub elemen tujuan ke-i
Sub elemen indikator ke-j yang akan dicapai I-1 I-2 I-3
I-4 I-5 I-6 I-7 I-8 I-9
I-10 I-11
I-12 I-1
X I-2
X I-3
X I-4
X I-5
X I-6
X I-7
X I-8
X I-9
X I-10
X I-11
X I-12
X
SEKIAN DAN TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN BAPAKIBU. SEMOGA KERJASAMA BAPAKIBU BERMANFAAT UNTUK PENGEMBANGAN
AGROINDUSTRI KOPI ROBUSTA RAKYAT DI INDONESIA HORMAT SAYA
ELIDA NOVITA
ABSTRACT
ELIDA NOVITA. Processing Design at Robusta Coffee Agroindustry Using Modified Wet Process Technology Based on Cleaner Production. Under direction
of RIZAL SYARIEF, ERLIZA NOOR, and RUBIYO. Coffee in Indonesia included 5 main crops commodities, and 10 main export
commodities. Since 2008, Indonesia is the third exporter countries after Brazil, and Vietnam. Coffee has been shown to have definitely beneficial for Indonesian
farmer as source of income, and contributes for regional development, so its sustainability should be maintained. One of constraints faced by farmers is low
quality of coffee beans due to post-harvest handling. Most coffee producer in Indonesia is smallholder Robusta coffee which used to dry process for coffee
berry. Application of wet process is more sophisticated than the dry process, but leads to better quality coffee bean, though need high input of water, and produce
wastewater that can pollute the environment. It should be designed coffee processing based on clean production to minimize, and prevent the wastewater
generated from processing. Development of processing technologies based on cleaner production is a part of sustainability development strategies on
smallholder coffee agroindustry. Therefore, the main objective of this research is to design sustainability of smallholder coffee processing using wet technology
that has quality oriented to improve farmer productivity, and incomes without dismissing social, and environmental interests. In particular, the general objective
is achieved through several phases with their aims as follows; 1 to formulate coffee agroindustry sustainability framework based on economic, environmental,
social, and institutional indicators, 2 to determine the sustainability status of smallholder coffee agroindustry, 3 to modify wet technology on Robusta coffee
processing by water minimizing, 4 to design of waste treatment system on smallholder coffee agroindustry, 5 to formulate the structure of smallholder
coffee agroindustry development which based on cleaner production. Research is conducted through several stages in the research field of coffee plantation area
Sidomulyo village, Jember Regency, laboratories Jember University, and AWMC, The University of Queensland, and pilot plant unit Indonesian Coffee
and Cocoa Research Institute. Sustainability analysis showed the value of sustainability is 58,94 sustainable enough with 10 main leverage factors.
Modified wet technology through water minimization can reach optimum levels at 2,987
– 3,345 m
3
tonne of coffee berry. Within this volume, the quality of green coffee could be maintained, and wastewater minimized until 67 compared to
conventional wet processing. Waste treatment designed of coffee processing have been done through reduce, reuse, and recycle 3R to obtain the economic value of
by-products. Economic analysis showed smallholder coffee agroindustry which applied modified wet technology based on cleaner production has higher
feasibility, and flexibility compared with the dry processing mainly deal with fluctuation of world coffee prices. Development of smallholder Robusta coffee
can be performed based on the structures of needs, constraints, required changes, goals, and indicators obtained through the ISM simulation.
Keywords: Robusta, coffee, wet process, cleaner production, sustainability, ISM
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertanian Kopi
Menurut Najiyati dan Danarti 2006, kopi adalah spesies tanaman tahunan berbentuk pohon. Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi
yang paling sering dibudidayakan hanya kopi Arabika, Robusta, dan Liberika. Secara lengkap, klasifikasi botani kopi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae Kelas
: Dicotyledonae Ordo
: Rubiales Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : coffea sp. Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun.
Bila bunga sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah. Kulit buah yang berwarna hijau
akan menguning dan menjadi merah tua seiring dengan pertumbuhannya. Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah matang sekitar 6-11 bulan, tergantung
jenis dan lingkungan. Kopi Arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi Robusta 8-11 bulan. Bunga umumnya mekar awal musim kemarau dan buah
siap dipetik di akhir musim kemarau. Di awal musim hujan, cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada
awal musim kemarau mendatang Najiyati dan Danarti 2006. Jika dibandingkan dengan kopi Arabika, pohon kopi Robusta lebih rendah dengan ketinggian sekitar
1,98 hingga 4,88 meter saat tumbuh liar di kawasan hutan. Pada saat dibudidayakan melalui pemangkasan, tingginya sekitar 1,98 hingga 2,44 meter
Retnandari dan Tjokrowinoto 1991. Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga
lapisan yaitu lapisan kulit luar exocarp, daging buah mesocarp, dan kulit tanduk endocarp yang tipis, tetapi keras. Kulit luar terdiri dari satu lapisan tipis.
Kulit buah yang masih muda berwarna hijau tua yang kemudian berangsur-angsur
menjadi hijau kuning, kuning, dan akhirnya menjadi merah, merah hitam jika buah tersebut sudah masak sekali. Daging buah yang sudah masak akan berlendir
dan rasanya agak manis. Biji terdiri dari kulit biji dan lembaga Ciptadi dan Nasution 1985; Najiyati dan Danarti 2006. Kulit biji atau endocarp yang keras
biasa disebut kulit tanduk. Lembaga endosperma merupakan bagian yang
dimanfaatkan untuk membuat minuman kopi Gambar 4.
Gambar 3 Bunga kopi a dan tahap awal perkembangan buah b
Sumber: Najiyati dan Danarti 2006
Gambar 4 Bagian-bagian buah kopi Gambar 5 Kopi Robusta
Sumber: Najiyati dan Danarti 2006
Menurut Ciptadi dan Nasution 1985, buah kopi umumnya mengandung 2 butir biji, tetapi kadang-kadang hanya mengandung satu butir saja. Biji kopi ini
disebut biji kopi lanangkopi jantankopi bulat. Buah kopi yang sudah masak pada umumnya akan berwarna kuning kemerahan sampai merah tua. Tetapi ada
juga yang belum cukup tua tetapi telah terlihat berwarna kuning kemerahan pucat yaitu kopi yang terserang hama bubuk buah kopi. Buah kopi yang terserang hama
bubuk ini mengering di tangkai atau luruh ke tanah. Buah kopi yang kering a
b
tersebut dipetik dan yang luruh di tanah dipungut secara terpisah dari buah masak yang dinamakan pungutan ”lelesan”. Pada akhir masa panen dikenal rampasan
atau racutan yaitu memetik semua buah yang tertinggal di pohon sampai habis, termasuk yang masih muda. Petikan rampasan ini dimaksudkan guna memutus
siklus hidup hama bubuk buah. Pemetikan buah kopi dilakukan secara manual Ciptadi dan Nasution 1985; Najiyati dan Danarti 2006.
Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi Arabika, Robusta, dan Liberika. Kopi Robusta
bukan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi terutama Coffea canephora. Kopi Robusta berasal dari hutan-hutan
khatulistiwa di Afrika, yang membentang dari Uganda hingga Sudan Selatan, bahkan sampai Abyssinia Barat sepanjang curah hujan mencukupi. Kopi ini
masuk ke Indonesia pada tahun 1900 dan saat ini termasuk jenis yang mendominasi perkebunan kopi di Indonesia Retnandari dan Tjokrowinoto 1991.
Di beberapa negara Afrika dan Asia, kopi menjadi sumber pendapatan utama dalam pertanian subsisten untuk memenuhi kebutuhan mendasar seperti
kesehatan, pendidikan dll. Petani di negara-negara tersebut tergantung hampir sepenuhnya pada kopi. Di awal abad 21, pada saat harga kopi dunia menurun,
pernah terjadi kelaparan di beberapa daerah penghasil kopi di negara Nicaragua dan Guatemala. Ditinjau dari sisi sosial ekonomi, kopi juga telah membentuk
aktivitas-aktivitas pengolahan, jasa, dan tradisi yang berkaitan secara historis terhadap terbentuknya kelas kapitalis dan institusi sosial lainnya.
Kopi merupakan sumber pendapatan untuk lebih 125 juta masyarakat di 52 negara berkembang. Sekitar 25 juta orang yang sebagian besar adalah usaha kecil
menengah menanam kopi pada 11,8 juta ha lahan, menghasilkan 6,6 juta ton kopi per tahun. Seperempat kopi yang ditanam dikonsumsi di negara asal dan tiga
perempatnya diperdagangkan secara global. Kopi merupakan komoditas ke-2 terbesar yang diperdagangkan di dunia setelah minyak Pelupessy 2003. Buah
kopi dipetik kemudian diubah menjadi biji kopi yang siap diekspor dalam rantai perdagangan global. Biji kopi diolah menjadi kopi bubuk, dikemas, dan dijual
kepada konsumen setelah tiba di negara pengimpor.
Tabel 1 Total produksi tahunan negara eksportir kopi beras
Negara Volume ekspor x 1000 bags
2006 2007
2008 2009
2010 2011
Brazil 42512
36064 45992
39470 48095
43484 Vietnam
19340 16467
18500 18200
19467 18300
Colombia 12541
12504 8664
8098 8523
7800
Indonesia
7483 7777
9612 11380
9129 8250
Ethiopia 5551
5967 4949
6931 7500
8312 India
4563 4319
3950 4764
5033 5333
Mexico 4200
4150 4651
4200 4850
4300 Guatemala
3950 4100
3785 3835
3950 3750
Honduras 3461
3842 3450
3575 4326
4500 Peru
4319 3063
3872 3286
3986 5443
Sumber: ICO 2012
Produsen kopi utama dunia adalah Brazil. Vietnam yang merupakan pendatang baru menjadi pesaing utama Indonesia karena memproduksi kopi yang
sejenis. Pada saat ini perkebunan kopi Indonesia kalah bersaing dengan perkebunan kopi Vietnam karena perkebunan kopi Indonesia umumnya sudah
berumur tua dan produktivitasnya rendah Herman 2008. Seiring penurunan ekspor biji kopi dari Colombia, posisi Indonesia saat ini naik menjadi nomor 3
sejak tahun 2008. Komoditas kopi memegang peranan penting dalam sejarah perekonomian
Indonesia sejak periode kolonial Belanda. Berjangkitnya penyakit tanaman kopi antara tahun 1910-1914 menyebabkan penurunan produksi kopi secara drastis dan
mulai diperkenalkannya varietas kopi Robusta yang lebih tahan penyakit di Jawa. Kopi Robusta segera menyebar ke daerah lain di luar Jawa khususnya Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Lampung, dan Aceh. Pertumbuhan kopi Robusta melampaui produksi kopi Arabika pada tahun 1935-1940. Masa suram produksi
kopi terjadi pada masa Perang Dunia II PD II ketika Indonesia dijajah Jepang hingga masa setelah proklamasi. Perkebunan kopi yang tidak terawat dengan baik
menyebabkan merosotnya produk kopi yang berada di bawah perkebunan besar. Di sisi lain, areal dan produk kopi rakyat cenderung meningkat. Pada tahun 1955,
luas areal tanaman kopi rakyat mencapai 148.000 ha, sedangkan luas areal perkebunan besar kopi mencapai 47.100 ha. Produksi kopi rakyat pada saat yang
sama mencapai 47.300 ton, sedangkan produksi kopi perkebunan besar mencapai 15.200 ton.
Sejak orde baru, terjadi pergeseran struktur industri kopi yang semula didominasi oleh perkebunan besar di masa kolonial Belanda menuju struktur
industri yang didominasi perkebunan kopi rakyat. Pada tahun 1940, perbandingan antara perkebunan besar dan rakyat adalah 19:1. Pada tahun 1988, perbandingan
tersebut berubah menjadi 1:19 yang terutama didominasi perkebunan rakyat di luar Pulau Jawa. Pergeseran dominasi ini memberikan kontribusi dalam daya
adaptasi perkebunan kopi terhadap situasi harga kopi yang cenderung fluktuatif di pasar internasional. Pada saat harga di pasar internasional turun, perkebunan
besar cenderung menurunkan jumlah kopi yang dipetik dan mengurangi lahan usaha. Sebaliknya, petani kopi melakukan penanaman tumpang sari yang
menjamin stabilitas pendapatan petani dan meningkatkan jumlah kopi yang dipetik untuk dapat mempertahankan derajat kehidupan subsistensi. Pada saat
harga jatuh, petani berusaha di luar sektor kopi yang pada saat harga kopi tinggi, usaha tersebut ditinggalkan.
Perubahan struktur dari dominasi perkebunan besar ke dominasi perkebunan rakyat akan mempengaruhi karakteristik output yang dihasilkan. Menurut
Kasyrino 2002, beberapa perbedaan karakteristik output antara perkebunan besar dan perkebunan rakyat adalah meliputi; 1 skala usaha, 2 teknologi yang
diterapkan, dan 3 tingkat interaksi yang diterapkan. Pada saat ini terdapat 3 kelompok produsen kopi di Indonesia, yaitu Perkebunan Besar Negara PBN,
Perkebunan Besar Swasta PBS, dan Perkebunan Rakyat. Perkebunan rakyat mendominasi perkebunan kopi yang ada di Indonesia. Terdapat perbedaan
karakteristik antara perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Bagi perkebunan besar, usaha tani kopi adalah suatu perusahaan, menerapkan prinsip-prinsip
perusahaan yang jelas. Sebaliknya, tanaman kopi bagi rakyat merupakan jaminan kelangsungan hidupnya prinsip safety first merupakan pedoman utama bagi
petani. Adanya perbedaan tempat dan perilaku menimbulkan perbedaan dalam produksi dan mutu kopi yang dihasilkan. Mutu kopi Indonesia terutama kopi
rakyat hingga saat ini masih menjadi masalah karena mutunya yang dinilai kurang baik oleh negara konsumen.
2.2. Pengembangan Kopi Rakyat Berbasis Agroindustri
Kopi telah memberikan keuntungan bagi petani kopi, tetapi belum dapat menjamin untuk memenuhi keperluan rumah tangga petani. Karena dibandingkan
dengan para pelaku ekonomi dalam rantai usaha tani dan pemasaran kopi, petani memiliki posisi paling lemah. Para pedagang dan eksportir memiliki peluang
untuk memperoleh keuntungan meskipun pada tingkat harga terendah. Petani yang telah mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan tidak dapat menyesuaikan
dengan rendahnya harga kopi. Hal ini akan mempengaruhi pola pengelolaan kopi pada tahap berikutnya yang selanjutnya berpengaruh terhadap mutu kopi yang
dihasilkan dan pendapatan petani Retnandari dan Tjokrowinoto 1991. Beberapa keterbatasan petani kopi dan industri pengolahan kopi rakyat skala
kecil adalah sebagai berikut: 1. Keseragaman dan kepastian ketersediaan produk yang rendah yang
menyebabkan rendahnya standar dan harga produk. 2. Keterbatasan akses terhadap pembiayaan.
3. Ketidakmampuan memenuhi volume yang dipersyaratkan pembeli komersial. 4. Umumnya tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan pembiayaan
operasional dari sumber-sumber formal. 5. Kesulitan untuk mengakses pasar terkait faktor logistik, ketidaktepatan, dan
rendahnya persiapan pengolahan kopi yang bermutu baik. 6. Mekanisme resiko yang terbatas meskipun bergerak dalam suatu kelompok
tani. 7. Kelompok tani cenderung berorientasi sosial, memiliki manajemen
pengelolaan yang rendah. Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup petani, yang dicapai melalui strategi investasi dan kebijaksanaan pengembangan profesionalitas dan produktivitas tenaga kerja
pertanian, pengembangan sarana, dan prasarana ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai dengan penataan dan pengembangan
kelembagaan pedesaan Kasryno 2002. Potensi pertanian memiliki potensi besar dalam menghasilkan produk pertanian dan potensi kebutuhan potensial terhadap
hasil industri yang relatif tinggi
Menurut Yusdja dan Iqbal 2002, agroindustri mempunyai peran yang sangat besar dalam pembangunan pertanian di Indonesia terutama dalam rangka
transformasi struktur perekonomian dan dominasi sektor pertanian ke dominasi sektor industri. Peran agroindustri adalah menciptakan nilai tambah hasil
pertanian di dalam negeri, penyediaan lapangan kerja khususnya dapat menarik tenaga kerja sektor pertanian ke sektor agroindustri, meningkatkan penerimaan
devisa melalui ekspor hasil agroindustri, memperbaki pembagian pendapatan dan menarik pembangunan sektor pertanian. Agroindustri dapat dipandang sebagai
langkah pertama menuju industrialisasi. Agroindustri berasal dari 2 kata yaitu agricultural dan industry yang berarti
suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya; atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai
sarana atau input dalam usaha pertanian. Austin 1981 diacu dalam Yusdja dan
Iqbal 2002, mengidentifikasikan agroindustri sebagai pengolahan bahan baku yang bersumber dari tanaman atau binatang. Pengolahan yang dimaksud meliputi
pengolahan berupa proses transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengepakan dan distribusi. Ciri kegiatan agroindustri
adalah i meningkatkan nilai tambah, ii menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan, iii meningkatkan daya simpan, dan
iv menambah pendapatan dan keuntungan produsen. Said dan Haritz 1998,
mendefinisikan agroindustri sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa
untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin
pertanian, industri input pertanian, dan industri jasa sektor pertanian. Menurut Saptana dan Sumaryanto 2002, di antara komoditas pertanian,
komoditas perkebunan mempunyai interdependensi yang sangat kuat dengan industri pengolahan karena sebagian besar output sektor perkebunan digunakan
sebagai bahan baku industri pengolahan. Kelembagaan merupakan salah satu aspek yang sangat strategis dalam pengembangan industri perkebunan.
Organisasi yang mungkin beroperasi dalam mata rantai kelembagaan