Keadaan dan Potensi Perkebunan

76 dibandingkan tahun 2006, dimana produktivitas rata-rata tanaman kopi berkisar antara 0,9-1,1 tonHa kopi beras. Penurunan produksi ini terutama disebabkan faktor alam yang mengakibatkan pembungaan bakal calon buah banyak yang gagal.

3.4. Gambaran Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Kopi Robusta

Bulan panen kopi biasanya terjadi antara bulan Mei hingga bulan September dengan puncak panen antara Juli-Agustus. Penanganan pasca panen yang umum dilakukan oleh petani kopi rakyat di Desa Sidomulyo adalah pengolahan kering. Beberapa kelompok tani pernah melakukan pengolahan basah pada tahun 2004. Sejak tahun 2010, Kelompok Tani Sidomulyo memulai kembali melakukan pengolahan basah yang bekerja sama dengan Community Development Comdev dari I-MHERE Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficiency Project –UNEJ Universitas Jember, dan Puslitkoka Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Petani lebih memilih sistem pengolahan kering karena proses pekerjaan lebih mudah dan tidak membutuhkan air seperti pengolahan basah, sehingga metoda ini dinilai petani kopi di Desa Sidomulyo sebagai cara pengolahan kopi yang paling efektif dan efisien. Selain itu kopi yang diproduksi di daerah ini umumnya digunakan sebagai campuran untuk pengolahan kopi bubuk. Pengolahan kering yang diterapkan di Desa Sidomulyo adalah pengolahan kering pecah kulit. Pemanenan buah kopi umumnya untuk buah kopi petik merah dan kuning umumnya dilakukan selama 3 kali masa panen selama bulan Juli hingga September. Setelah panen, buah kopi dipecah menggunakan alat yang disebut kneuzer. Buah kopi yang telah dipecah dikeringkan selama 7 – 10 hari di atas lantai semen hingga mencapai kadar air 13 – 15. Kopi pecah kulit yang telah kering kemudian dikupas menggunakan huller. Tahap akhir adalah proses sortasi jika diinginkan oleh pembeli. Pada pengolahan basah, petani menerapkan pemetikan selektif sejak di pohon. Setelah pemetikan buah kopi merah, buah kopi dikupas pulping. Setelah pengupasan kulit buah, biji kopi difermentasi selama ± 12 - 24 jam dalam bak fermentasi. Pencucian biji kopi dilakukan secara manual ataupun menggunakan mesin pencucian washer. Biji kopi kemudian dikeringkan selama 4 - 5 hari 77 untuk mencapai kadar air 12. Pada saat ini, pengeringan biji kopi olah basah untuk ekspor tidak dilakukan hingga kadar air 12 tapi hingga kering angin dengan kadar air ± 40 untuk selanjutnya diolah kembali di tingkat eksportir. Sortasi Buah Pemetikan Buah Pengeringan Pengemasan Olah Kering Pecah Kulit Pemecahan Kulit Buah Kneuzer Pengupasan Kulit Sortasi Buah Pemetikan Buah Pengupasan Kulit Buah Pulping Sortasi Buah Pengupasan Kulit Tanduk Hulling Pengeringan Pencucian Washing Fermentasi Pengemasan Pengeringan KA ± 40 Olah Basah Gambar 22 Pengolahan kopi di Desa Sidomulyo Selama masa panen puncak, praktek pengolahan terutama difokuskan pada kuantitas dan kecepatan pengolahan bukan faktor kualitas. Pemanenan dimulai sejak pagi hari hingga siang hari dengan total waktu panen sekitar 7-8 jam. Setelah panen, pada hari yang sama atau keesokan harinya, buah yang telah dipanen dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pertama adalah buah yang masak, terlalu masak, dan agak masak. Kelompok kedua adalah buah yang belum matang. Buah ini cukup lunak untuk dapat dikupas menggunakan pulper. Buah yang belum masak dapat merusak mesin, sehinggga diproses berbeda. Pekerjaan ini terutama dilakukan oleh wanita, pada saat kaum lelaki bekerja memanen kopi di kebun. Proses sortasi ini dapat menghabiskan waktu yang lama. Terutama pada saat panen puncak proses pengolahan ini dapat berlangsung hingga malam hari.